BAGIAN 10

169K 5.9K 113
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

-----------------------------------------

Calvin menatap hunian yang di tempati sang sahabat bersama sepupu barunya dengan tatapan menilai. Gaya rumah modern yang benar-benar terlihat nyaman dan juga pasti dengan sekali lihat saja sudah bisa beranggapan jika rumah tersebut harganya tidak main-main. "Oke juga gaya lo."

"Vin, duduk. Gue mau ngomong penting."

Calvin menoleh, dia melihat jika Agatha sudah duduk tenang seraya menatap ke arahnya. Dia pun menghampiri perempuan itu. "Mau ngomongin apa? Masalah om Adit? Atau lo mau nyuruh gue tutup mulut tentang apa yang gue tau hari ini?"

Sial, tebakan Calvin seratus persen benar.

Melihat wajah Agatha yang sedikit kesal membuat Calvin terkekeh. "Kenapa? Tebakan gue benar kan? Pasti lo mau nyuruh gue buat nutupin masalah lo dan juga Axel dari om Adit?"

Agatha mengangguk. "Lo benar, gue emang mau nyuruh lo buat tutup mulut tentang gue dan juga terlebih lagi tentang Axel dari om Adit."

"Alasannya?" tanya Calvin sambil menatap malas pada sang sahabat.

"Sederhana, gue gak mau bikin pernikahan orang lain hancur karena gue dan hadirnya anak lain di rumah tangga mereka."

Mendengar ucapan Agatha, Calvin tertawa. "Agatha... Agatha... Lo kayanya masih belum paham juga ucapan gue waktu di cafe. Padahal gue udah sedikit banyaknya loh cerita tentang kondisi om Adit setelah lo pergi. Emang lo gak paham ya, Tha?"

"Emang bener kan om Adit udah nikah sama si Sarah-Sarah itu atas permintaan nenek lo? Lagian ya Vin, gue gak mau kehadiran gue ini bikin ribet dan bikin ribut kehidupan orang lain. Gue masih cukup waras buat gak merebut kebahagiaan orang lain."

"Walaupun lo sendiri terluka karena itu?" sahut Calvin cepat.

Agatha terdiam dan membuat Calvin menghela nafasnya panjang.

"Tha, dengerin gue. Om Adit gak pernah menikah dengan perempuan bernama Sarah itu."

Agatha terkejut.

"Saat tau lo pergi waktu itu, om Adit benar-benar marah sama nenek. Bahkan, setiap ada nenek di rumah gue, om Adit gak pernah mau datang ke sana. Hubungannya dengan nenek waktu itu bisa di bilang buruk. Dan, di saat bersamaan lo pergi, nenek akhirnya tau hubungan lo dan om Adit karena gue yang ngasih tau. Gue juga waktu itu sempat kecewa sama nenek bahkan marah. Tapi, kemarahan gue sedikit berkurang karena gue kasian melihat nenek yang sedih sejak hubungannya dan om Adit berubah buruk."

Fakta apalagi ini pikir Agatha. Kenapa banyak sekali fakta-fakta baru yang dia ketahui kebenarannya.

"Tha, gue bukannya mau ikut campur masalah lo dan om Adit. Tapi, menurut gue alangkah baiknya lo dan om Adit ketemu. Lo perlu bicara sama om Adit, Tha. Mau sampai kapan lagi lo nyembunyiin ini semua? Bahkan, ini udah enam belas tahun berlalu, Tha. Om Adit pun saat ini masih selalu menunggu lo. Dia gak pernah sekalipun dekat dengan perempuan lain. Cuma lo, Tha. Cuma lo yang di tunggu om Adit" ucap Calvin serius.

"Apa gue salah ambil langkah saat itu, Vin?" tanya Agatha dengan bibir yang bergetar.

"Gue gak mau nyalahin atau pun membenarkan apa yang lo lakuin saat itu, Tha. Mungkin, kalau gue di posisi lo saat itu, gue juga bisa ambil langkah yang sama. Apalagi di saat itu lo lagi hamil Axel, right?" Agatha mengangguk. "Cuman, yang mau gue bilang sama lo, cukup, udah cukup Tha main petak umpetnya. Lo gak kasian apa sama Axel? Dia juga butuh figur ayah di sampingnya. Gue mau tanya deh sama lo, apa Axel pernah lo kasih lihat wajah papinya?"

PAMAN SAHABATKU || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang