BAGIAN 8

191K 6.8K 256
                                        

Selamat membaca....
Sorry kalo ada typo....

----------------------------------------

Agatha menatap jengah pada kamar di hadapannya yang terlihat begitu berantakan bahkan bungkusan ciki terhambur ke sana ke mari, benar-benar membuat matanya sakit. Tatapannya pun mengarah kepada sesosok orang yang tengah tertidur dengan nyenyak di sebuah ranjang. Agatha mendekat dan menaikkan kedua tangannya yang memegang panci dan sutil. Agatha menarik nafasnya dan-----

"BANJIR! BANJIR! TOLONG!"

Sosok laki-laki yang tertidur dengan lelap tadi sontak terbangun dengan tergesa. "MI, AYO KITA NGUNGSI. BANJIR, MI."

Agatha hanya menatap datar pada laki-laki di hadapannya.

"Ya elah, mi. Ngapain malah berdiri. Ayo ngungsi" kepanikan jelas terlihat dari laki-laki berumur enam belas tahun itu. Laki-laki yang memakai baju kaos dan celana kolor itu tengah berjalan ke sana ke mari karena panik.

"AXELIO GAUTAMA, BERHENTI!" teriakan Agatha terdengar keseluruh penjuru kamar dan tentu saja berhasil membuat laki-laki yang berada di hadapannya terdiam.

Axel atau Axelio Gautama, seperti nama belakangnya, kalian sudah pasti bisa menebak jika Axel adalah anak Agatha dan juga Aditya. Itu benar. Anak yang dulu di bawa pergi oleh Agatha kini telah beranjak remaja dan berusia enam belas tahun. Axel tentu saja memiliki perpaduan wajah Agatha dan juga Aditya. Karena Agatha memiliki keturunan bule, maka Axel pun juga memiliki turunan dari mami nya itu. Namun, wajah Axel lebih dominan mirip Aditya.

"Mami bohongin aku?" terdengar decakan kekesalan dari Axel pada maminya.

"Kalau gak begitu, kamu gak akan bangun. Lagian ini hari pertama kamu masuk di sekolah yang baru. Kamu harus buat image yang bagus dulu dong di hari pertama. Hari-hari berikutnya terserah kamu deh mau gimana" Agatha tak pernah mengatur Axel. Dia membiarkan anaknya bergerak bebas. Meski begitu, dia juga memperhatikan pergaulan sang anak.

"Mi, pokoknya ini terakhir ya aku pindah sekolah. Cape tau mi pindah-pindah sekolah terus" keluh Axel yang kini duduk di sisi ranjangnya.

Memang benar, dari Axel bersekolah SD, anak itu terus pindah sekolah. Sebenarnya bukan tanpa sebab Axel terus berpindah sekolah, itu semua karena pekerjaannya. Semenjak mommy nya meninggal saat Axel berusia tujuh tahun, Agatha benar-benar harus mengurus semuanya sendiri. Di mulai dari pekerjaan bahkan sampai keperluan sekolah sang anak.

Mungkin, jika di hitung ada sekitar lima kali Axel harus pindah sekolah karena pekerjaannya yang terkadang mengharuskannya berpindah tempat. Seperti ucapannya dulu, Agatha benar-benar meneruskan usaha bisnis sang mommy. Kadang dia harus pindah ke Inggris untuk merawat mommy nya yang kala itu sakit, dan setelah mommy nya meninggal, dia pindah ke Bali, Surabaya, Palembang dan terakhir Jakarta. Ya, tempat dari mana semua kisahnya bermula dan sekarang dia kembali lagi ke sini.

"Mi..."

"Iya-iya, ini terakhir kamu pindah sekolah. Lagian mami juga udah bikin pusat bisnis di Jakarta yang mami jadiin satu dengan usaha-usaha yang lain dari luar kota. Mami juga males pindah-pindah kota terus, cape" tutur Agatha.

"Nah, gitu dong. Coba dari dulu-dulu mami mikir kaya gini" ceplos Axel.

"Gak semudah itu juga kali" sinis Agatha. "Udah sana, mandi terus siap-siap berangkat ke sekolah, mami antar. Kamu kan gak tau jalanan Jakarta."

PAMAN SAHABATKU || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang