Tiap waktu Gin selalu mencoba menghubungi Souta tetapi anak itu tidak pernah mengangkatnya. Dan sekarang mengirim pesan pun juga tidak ada gunanya, jangankan di balas di baca saja tidak, ribuan pesannya di anggurkan. Tapi yang namanya Gin tidak akan pernah berhenti untuk terus mengirim pesan Souta, entah itu permintaan maaf, penjelasan, pertanyaan, dll.
Tiga hari berlalu, sama saja. Kacau. Lantas kenapa Gin tidak mencoba bertemu paksa, pergi ke rumah Souta atau yang lainnya, CEO ini punya kuasa kan?.
Di sini Gin, pergi ke rumah seseorang. Bukan, bukan rumah Souta. Gin memberhentikan mobilnya di depan rumah nek bro, ini siang hari, Souta masih di sekolah sekarang. Gin berdiri di depan pintu nek bro, mimik wajahnya penuh harap, dia kacau akhir-akhir ini, entahlah pikirannya berkecamuk, Gin juga sering ke bar untuk sekedar melampiaskan emosinya.
Tok tok.
"Permisi"
"Sebentar" Balasan dari dalam.
Wanita tua itu membuka pintu. "Gin, ayo masuk" Senyumnya merekah, Gin mengangguk, masuk kedalam.
Mereka duduk bersandingan, "Aduh nenek ngga punya apa-apa nih, kamu datangnya ngga bilang-bilang sih" Nek bro terkekeh.
"Gapapa nek, Gin cuma sebentar kok"
"Oho ya sudah. Jadi, ada apa?"
"Emm Gin cuma mau bertanya, Souta baik-baik aja?"
"Kenapa ngga tanyain langsung ke anaknya" Nek bro menaikkan alisnya.
"Gin ngga tau kenapa, tapi Gin rasa Souta menghindari Gin. Gin coba telpon dan chat dia sama sekali ngga ada respon atau balasan" Jelasnya.
"Kamu udah coba temuin dia?"
"Souta nya yang ngga mau ketemu Gin" Nadanya lesu.
"Kamu... suka ya" Nek bro tersenyum simpul. Gin tidak menjawab, hanya ada helaan nafas.
"Gin semua ini tinggal nunggu waktu, nenek ngga bisa ikut campur, kamu harus bisa menangani sendiri. Tapi yang pasti, nantinya Souta bakal balik ke kamu" Ucap nek bro, tangannya memegang pundak Gin.
"Souta ngga ada cerita apa ke nenek?" Nek bro menggeleng.
"Jadi sekarang Gin harus gimana" Kepalanya menunduk.
"Kamu mau tau sesuatu?" Gin mengangkat kepalanya.
"Waktu itu Souta kesini, anak itu sedang mode kangen orang-orang tersayangnya, dia menangis"
"Souta kenapa?" Tanya Gin khwatir.
"Nenek bisa menyimpulkan dia nangis bukan cuma karna kangen, kamu ikut kebawa" Gin mengerutkan dahinya. Dia tidak mengerti.
"Intinya, kamu dapat akses masuk. Buat dia jadi milik kamu, nenek mau lihat kalian bareng-bareng lagi" Nek bro tersenyum hangat.
Gin mengerti sekarang, senyumnya terukir, dia sedikit lega. Baik, jadi Gin hanya perlu more and more. "Terimakasih"
"Kamu dapat satu dukungan dari nenek"
"Iya, terimakasih. Kalau gitu Gin pamit dulu, maaf kalau Gin mengganggu"
"Ndak kok, gapapa" Keduanya beranjak, Nek bro mengantarkan Gin sampai ke pintu.
"Aku senang sekali pulang cepet~" Senandung gembira Souta sembari berjalan ke arah yang di tuju. Tetapi sesuatu menghentikan langkahnya.
"Ini mobil... Huh?!"
"Souta" Mata Gin menangkap sosok yang ia cari-cari tiga hari ini.
Souta tersadar, dia berbalik dan langsung berlari menjauh. "Souta!" Gin mengejarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Gin [Ginsou]
Sonstigeshallo epribadiiii jadi di sini aku buat book khusus 'Daddy Gin' dari book ku yang One Shoot, ku angkat derajatnya menjadi book ini. udah si gitu aja semoga syuukaaa. warning⚠ bahasa campur aduk⚠ ini cuma karangan semata jangan di ambil serius⚠ Typo...