Souta tiba di rumahnya sekitar 1menit 20 detik yang lalu. Sekarang sudah berada di kamarnya, meringkuk bersandar di pintu. Dia salah besar, kenapa dia harus mengikuti kata otaknya bukan hatinya?. Jadi, apa yang dia peroleh sekarang?, ketenangan?, sebaliknya. Tapi dia bisa apa, dia bukan siapa-siapa, dia tidak punya hak, lalu disini siapa yang salah?.
"Aku sendiri yang bilang kenapa aku sendiri yang sakit, lebay banget kamu Sou" Ucapnya pelan, pandangannya kosong.
"Nelen ludah sendiri kan jadinya" Souta tertawa miris seraya dialiri air dari matanya.
"Kenapa gini sih" Ucapnya menekan, tangannya mengepal.
"Maaf" Lirih.
Sisi lain, tempat lain, suasana lain. Di sini di G'Corp. Beberapa pegawai sedang rusuh kesana-kemari, bukan bertengkar ataupun adu bacotan, lebih ke arah takut dan khawatir nantinya bagaimana.
"Ini harus Sir Gin sendiri yang turun tangan" Pegawai 1.
"Ini hari minggu, serius mau ganggu?" Pegawai 2.
"Ya mau bagaimana lagi, mati kita" Pegawai 3.
"Tapi Sir Gin mempercayai kita disini, apa ngga marah besar kalau dia nantinya tau?" Pegawai 1.
"Ngga ada jalan lain, kita harus mengabari Sir Gin. Lagi pula cepat atau lambat dia akan tau" Pegawai 4.
"Tapi..." Pegawai 2.
"Gimana lagi, kita udah berusaha sebaik mungkin. Kita harus terima konsekuensinya" Pasrah pegawai 3.
"Hmm. Tapi..., kalau kita semua di pecat bagaimana" Pegawai 4.
"Nah itu yang ku maksud" Pegawai 2.
Pegawai-pegawai itu sama-sama menghela nafas berat.
"Dari pada Sir Gin tau sendiri, emang paling bener kita kasih tau. Aku cukup yakin Sir Gin mulai terbuka, ngga terlalu sedingin dan sedatar biasanya" Pegawai 1.
"Serius?" Pegawai 2 ragu.
"Mungkin" Cicit pegawai 1.
"Ini udah sore banget, yakin Sir Gin ngga marah besar" Pegawai 4.
"Entahlah" Pegawai 3.
Mereka semua berpikir keras.
"Besok saja, kurang sopan kalau harus sekarang" Pegawai 4. Diam sejenak, akhirnya mereka semua mengangguk setuju.
"Besok siap mental aja kita" Pegawai 2.
Malamnya. Gin terbaring seperti orang gila di lantai kamarnya, di sampingnya banyak kaleng-kaleng minuman beralkohol. Matanya memerah, wajahnya kecut, pakaiannya berantakan. Mulutnya berucap tidak jelas dan terus mengumandangkan nama Souta. Sedih dan kecewa tercampur menjadi satu, Gin tidak pernah sekalipun merasakan ini.
"Merepotkan sekali" Gumamnya.
"Hilang sana, kenapa terus-terusan di otak ku" Racau nya.
"Engga jangan hilang, Souta" Gin menggeleng. Ah, CEO ini harus pergi ke RSJ. Canda.
________________________________
Pagi, pagi yang tidak menyenangkan. Souta baru terpejam 3 jam yang lalu, matahari sudah menyuruhnya untuk bangkit dan semangat lagi, matanya tidak bisa di ajak kerja sama, lihat keadaan matanya. Sembab, berkantung, dan berat, Souta sudah menyuruh untuk berhenti mengeluarkan air, tapi matanya tidak mau menurut.
Souta tidak banyak bicara, bahkan dengan acan tidak ada tuh bersalam sapa. Setelah selesai melakukan semua hal paginya, Souta tanpa babibu langsung tancap gas ke sekolah. Ini hari senin, kemungkinan dia akan bolos upacara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Gin [Ginsou]
Randomhallo epribadiiii jadi di sini aku buat book khusus 'Daddy Gin' dari book ku yang One Shoot, ku angkat derajatnya menjadi book ini. udah si gitu aja semoga syuukaaa. warning⚠ bahasa campur aduk⚠ ini cuma karangan semata jangan di ambil serius⚠ Typo...