Menceritakan tentang seorang anak laki-laki bernama Akira, yang berusaha membalaskan dendam masa lalu, karena keluarganya terbunuh, akibat sebuah insiden pembunuhan yang dilakukan oleh beberapa orang pembunuh, orang-orang pembunuh itu selalu meningg...
Saat berada di pulau yang entah berada di negara apa..
"Besar sekali." ucap Natsu yang kagum dengan padatnya Pulau itu, meski hanya sebuah pulau kecil, dan tidak terlalu besar..
"Perkenalkan, nama ku Megumi Kana, kepala guru di organisasi pembunuh khusus." ucap orang berambut hijau itu
Set!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Salam kenal, Aku Akira Natsu." ucap Natsu sembari berdiri.. "Senang bertemu dengan mu." ucap Kana..
Lalu setelah mereka berdua berkenalan, mereka pun berjalan dengan santai dari kerumunan itu, namun tiba-tiba Natsu merasakan nyeri dari kakinya..
"Ngh?" Natsu kesakitan..
Set!
Kana langsung pergi sebentar, untuk mencari tongkat berjalan, dari sebuah Rumah Sakit..
"Asliya kau kenapa sih? bisa sampai segininya." tanya seorang laki-laki, yang memiliki rambut berwarna ungu sebelumnya, dan dia bernama Yamada Hanatarō
"Ya mau bagaimana lagi? otot ku robek saat itu, dan sekarang saja belum saatnya aku harus bergerak, jadi bertambah menjadi 2 bulan lagi agar bisa bergerak." ucap Natsu..
Set!
Kana benar-benar tidak mendapatkan apapun, dan pada akhirnya Natsu di bopong oleh Kana sampai ke Markas..
... ...
Sesampainya di sana, Natsu langsung terperangah, melihat kecanggihan Markas itu..
"Ini semua pasti mahal." ucap Natsu yang selama ini jarang melihat hal-hal yang terlihat futuristik..
"Ya begitulah." jawab Kana dengan senyuman tipis..
Tmp!!
Mereka bertiga pun akhirnya sampai di ruang pertemuan, atau lobby, dan di perlihatkan lah 5 orang anggota yang lain, sedang membicarakan sesuatu..
"Halo semuanya! kenalin nih, sensei bawa murid baru lho!!" ucap Kana yang bahagia..
"Sensei, kalo mau jangan asal rekrut orang dong~"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
