[ Full chapter sampai tamat sudah bisa dibaca di karyakarsa.com/ bgstito]“Na-Naya?”
KAMI berempat—aku, Micky, Papi dan Mami yang tadinya asyik mengobrol soal mal baru yang akan dibuka Papi di Palangkaraya, seketika berhenti dan menoleh ketika suara Damar menggaung di udara. Dari tempatku duduk, aku bisa menangkap wajah Damar yang kini menatap lekat sosok Kanaya yang berada tak jauh dari pandangannya.
“Maaf. Apa kita saling kenal?” Di atas kursi yang didudukinya, Kanaya tentu sedikit kaget mendengar namanya disebut oleh seseorang yang bahkan baru pertama kali dikenalnya. Perempuan itu menyisipkan anak rambut ke belakang telinganya, seolah merasa rikuh dengan satu tindakan yang baru saja dilakukan oleh kekasihku itu.“Kamu kenal sama Kanaya?” Aku berbisik pada Damar seraya menyenggolkan sikuku ke lengannya. Yang oleh pemuda itu, diacuhkannya sementara kedua matanya masih terpaku lekat pada mantan istri kakakku tersebut serta ekspresi wajah yang sama sekali tak bisa kuterka.
“Ah, sepertinya, sudah saatnya kita makan malam sekarang.” Mencoba menyelamatkan suasana yang tiba-tiba berubah canggung, Micky memutuskan untuk mengangkat gelas wine-nya. “Mari kita sama-sama bersulang, untuk merayakan kehangatan keluarga di malam Natal yang indah ini.”
Mengabaikan Damar yang masih membisu di atas duduknya, aku memilih mengangkat gelasku dan menempelkannya dengan gelas-gelas lain yang kini terangkat di udara. Ketika suara gelas-gelas yang saling berdenting terdengar, aku menolehkan pandangan ke arah Damar yang kini masih mematung tanpa satupun kalimat terujar dari bibirnya. Pemuda itu, aku tak tahu apa yang sebenarnya ada di dalam kepalanya. Kenapa dia tiba-tiba menyebut nama Kanaya dan serta-merta berubah menjadi aneh seperti ini? Apakah dia benar-benar mengenal perempuan itu hingga kini gerak-gerik pemuda itu diliputi keanehan yang begitu kentara?
“Kamu bisa jelasin nggak kenapa kamu tiba-tiba aneh begini setelah ketemu sama Kanaya?”
Aku dan Damar baru saja selesai masuk unit apartemenku dan menjatuhkan diri di atas sofa. Setelah makan malam Natal yang berjalan cukup kaku, kami memutuskan pamit pulang karena aku sudah tak tahan dengan tingkah Damar yang terus saja membisu sepanjang acara dilaksanakan.
“Jawab aku, Damar!” Aku setengah berteriak saking tak sabar. “Kenapa kamu diam saja?”
Yang kusebut namanya, tak memberikan respons lain selain diam di atas sofa seraya memeluk kedua kakinya. Aku bisa melihat ekspresi sedih pemuda itu sekarang. Matanya yang sayu, entah kenapa kini mengisyaratkan sebuah beban yang tiba-tiba muncul di dalam dadanya.
“Kalau kamu diam aja, bagaimana aku bisa tahu kalau kamu ada masalah, Damar?”
Pada akhirnya, setelah satu kalimat yang kusebutkan itu, Damar menolehkan pandangannya ke arahku. Dua alis tebal yang biasa kukagumi karena selalu menampakkan ketegaran Damar, kini menggantung gamang seakan-akan ada sesuatu yang mengganjali perasaannya.
“Kanaya itu pacar saya yang dulu pernah saya ceritakan ke Mas Rayin.”
Hah?
“Apa?”
“Mas Rayin masih ingat waktu saya cerita soal pacar pertama saya, kan?” Damar memastikan. “Perempuan yang ninggalin saya demi menikahi seorang laki-laki kaya?”
Kedua kakiku terasa membatu sekarang.
“Kanaya itulah perempuan yang saya maksud, Mas.”
Kurasakan, sebongkah batu besar tak terlihat kini menghantam dadaku. Ada rasa sakit dan sesak yang tiba-tiba saja muncul usai satu kalimat yang Damar ucapkan. Bagaimana bisa Kanaya adalah sosok perempuan yang menjadi cinta pertama Damar? Bagaimana mungkin perempuan yang merupakan mantan istri kakakku itu adalah sosok kekasih yang pernah membuat kekasihku itu merasakan luka luar biasa?
KAMU SEDANG MEMBACA
CHASING THE BODYGUARD
Romance(TAMAT 16 SEPTEMBER 2024) Rayner Jeffrey Saloka, dua puluh tiga tahun, model, merasa bahwa hidupnya terkekang oleh perlakuan kakak dan kedua orangtuanya yang masih menganggapnya seolah anak kecil. Sebuah insiden yang membuatnya hampir masuk penjar...