35. Saved by You

133 10 0
                                    

Brakkkk!

Dalam sekali ayunan, tongkat bisbol tersebut tepat mengenai kaca depanku dan menyisakan retakan yang cukup besar. Aku yang mulai panik karena serangan yang tiba-tiba itu, secara refleks menekan tombol lock pada dashboard yang membuat semua pintu di mobilku otomatis terkunci. Sementara kulihat, beberapa orang di sekitarku nampak tak berani maju untuk memberikan pertolongan.

“Buka pintunya!”

Salah seorang dari mereka, seorang laki-laki berkepala pelontos dengan tubuh yang nyaris penuh oleh tato masih berusaha membuka pintu mobilku. Aku berusaha berteriak minta tolong, namun rupanya, tak ada seorangpun dari orang-orang yang melihat kejadian tersebut memiliki nyali untuk melawan preman-preman mengerikan tersebut.

Brakkkk!!!

Laki-laki yang tadi memegang tongkat bisbol kembali mengayunkan benda di tangannya ke kaca mobilku entah untuk keberapa kalinya. Kali ini, kencangnya hantaman yang diberikan serta kondisi kaca yang mulai hancur berhasil membuat benda bening di hadapanku itu pecah terburai hingga beberapa pecahannya terlempar mengenai wajahku. Tanpa bisa melakukan apapun, aku hanya bisa berteriak histeris saat salah seorang dari mereka naik ke atas kap mobil dan menodongkan sebilah pisau ke arahku.

“Buka pintunya dan keluar sekarang!” ancamnya dengan suara tegas yang mengerikan. “Atau lo mau berakhir dengan mengenaskan di sini?”

Maka tanpa punya pilihan lain, aku memutuskan membuka kembali pintu mobil sebelum membukanya dengan tangan yang gemetaran. Tepat begitu tubuhku berhasil keluar dari mobil, laki-laki bertato yang tadi memaksaku membuka pintu segera  menarik tanganku ke belakang dan menjatuhkan wajahku ke atas kap mobil. Rasa takut sekaligus khawatir yang luar biasa, tak pelak membuat gigi-gigiku bergemelutuk serta dadaku berdentum-dentum dengan begitu kencangnya.

“Jadi, laki-laki modelan begini ini yang sudah berani bikin masalah sama bos kita?” Salah satu di antara mereka, laki-laki yang memegang pisau, mengatakan itu seraya memajukan langkahnya mendekatiku. “Gue nggak nyangka, rupanya cowok lemah kayak begini bisa juga punya nyali buat memancing perkara.”

Setelah apa yang dikatakan oleh kawannya, kedua lelaki lain yang berpenampilan sama sangarnya dengan lelaki yang berbicara meledakkan tawa yang membahana. Aku melirik sekeliling. Kenapa orang-orang diam saja? Tolong panggil polisi!

“Yang jenis-jenis begini ini, memang suka nggak tahu diri, Bang,” timpal laki-laki kedua. Si laki-laki pemegang tongkal bisbol. “Hanya karena mereka punya duit dan kekuasaan, suka nggak takut sama apapun yang ada di depan mereka.”

Di antara derai tawa yang kembali meledak, aku mencoba mencari kesimpulan dari setiap perkataan mereka. Siapa kira-kira ‘bos’ yang barusan mereka maksud? Apa orang yang menyuruh mereka untuk melakukan hal ini kepadaku, adalah orang-orang yang memiliki masalah padaku?

“Katakan siapa bos kalian?” Aku memberanikan diri untuk menyentak. Yang sialnya, membuat si pemegang pisau seketika menolehkan tatapan menjijikannya ke arahku.

“Jadi lo sama sekali nggak sadar dengan apa yang udah lo lakukan?” Si pemegang pisau menundukkan kepalanya. Membuat wajahnya kini berdiri sejajar di hadapanku. “Bos gue adalah orang yang sudah dengan sengaja lo permalukan. Apa jangan-jangan, lo udah lupa siapa karena lo bisa bertindak semena-mena pada siapa saja?”

Usai satu kalimat tersebut, si pemegang pisau melemparkan satu tinjuan ke pipiku. Cukup keras. Membuat wajahku seketika terasa nyeri bersamaan dengan rasa asin darah yang muncul di sudut bibirku.

“Angkat dia!” perintah si pemegang pisau yang dengan segera diamini oleh kedua rekannya. Kali ini aku berdiri di hadapannya dengan dua laki-laki yang masih dengan kuat mengunci tanganku. Si pemegang bisbol bahkan meletakkan tongkat yang dipegangnya di depan leherku sehingga aku tak bisa melakukan apa-apa.

CHASING THE BODYGUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang