29. Scandalous Kiss

110 10 1
                                    

[Full chapter sampai tamat sudah tersedia di karyakarsa.com/bgstito]

.

.

BUNTUT dari tersebarluasnya foto ciumanku dengan Rangga, banyak portal gosip saling berlomba membuat berita spekulatif bahwa kami berdua berpacaran. Sejak tadi pagi, sudah ada puluhan berita—baik televisi maupun media digital yang menjadikan foto tersebut sebagai headline-nya. Pada direct message Instagramku pun, juga sudah banyak awak media yang meminta klarifikasi dariku tentang kebenaran isu tersebut. Namun berhubung pihak Rangga memintaku untuk tetap diam sampai waktu yang sudah mereka tentukan, aku membiarkan pesan-pesan tersebut tersimpan di sana tanpa sedikitpun mendapatkan jawaban.

Di sisi lain, jumlah view dan listen dari lagu Katakan Saja semakin merangkak naik seiring dengan merebaknya berita tersebut. Yang mana berarti, skandal yang memang sengaja diciptakan oleh pihak manajemen Rangga sudah berjalan sesuai dengan rencana. Kali terakhir aku mengecek, lagu tersebut bahkan sudah berada di puncak TOP 10 di nyaris semua platform musik. Video klip yang sebelumnya meraih sekitar sebelas juta view, kini juga mulai tembus menuju angka tiga puluh juta hanya dalam rentang dua hari perilisan.

“Dasar media aneh! Berita kayak begitu saja pakai dibesar-besarkan segala!”

Dari balik meja dapur, aku melihat Damar yang nampak memperhatikan setiap channel berita yang masih tiada henti memberitakan skandalku bersama Rangga. Meskipun dari tempatku berdiri aku tak begitu jelas melihat ekspresi wajahnya, tetap saja aku tahu bahwa kekasihku itu pasti mulai jengah dengan semua berita-berita itu. Dengan nyata, Damar telah mengetahui bahwa Rangga mulai berani mencuri ciuman dari bibir kekasihnya. Dan kenyataan bahwa banyak media yang membesar-besarkan beritanya, pastilah membuat pemuda itu semakin tidak nyaman dengan perasaannya.

Bukannya aku bermaksud tak peduli dengan perasaan Damar. Hanya saja, setiap mendengar berita itu, ingatanku justru seperti diseret kembali pada adegan di mana Rangga menciumku kemarin malam.

Kamu benar, Rayn. Mencium bibir seorang perokok itu memang jauh terasa lebih nikmat.

Aku masih ingat betul senyuman di wajah Rangga kala dia mengatakan kalimat itu. Pun, rasa bibirnya yang dengan lembut menyentuh bibirku juga masih jelas terasa meski berapa kalipun aku mencoba mengenyahkannya. Dan tiba-tiba saja, dadaku terasa berdegup dua kali lebih cepat setiap kepalaku kembali terisi dengan adegan kala ciuman kami terlerai dan laki-laki itu mengusapkan jemarinya untuk mengusap ujung bibirku yang basah. Ciuman Rangga ibarat sebatang anak panah dengan bisa kobra yang mematikan. Dan akulah si malang yang terkena bisa beracun tersebut hingga kewarasanku kini menggelepar tak berdaya.

“Mas, kamu bengongin apa, sih? Ayamnya gosong, ‘tuh?”

Ketika suara berat itu menggaung di udara, seketika saja aku membiarkan kesadaranku kembali menjejak tanah. Cepat-cepat, aku menoleh ke arah panci penggorengan yang kini nampak berasap sementara sepotong dada ayam yang sudah menghitam mengonggok di atasnya. Aku mematikan kompor seraya mendesah. Dasar Rayner bodoh! Apa yang sebenarnya sedang kamu pikirkan?

Melihat gelagat anehku, Damar bangkit dari sofa yang didudukinya dan mengayunkan kakinya mendekat. Pemuda itu melipat kedua tangan di dadanya, sebelum kemudian menundukkan kepalanya seolah ingin meneliti keganjilan yang kini terpampang jelas di wajahku.

“Mas Rayin nggak kenapa-kenapa, kan?” Damar mengangkat satu alisnya, mencoba menginterogasiku. “Apa ada sesuatu yang sedang Mas Rayin sembunyikan dari saya?”

Mendengar pertanyaan tersebut, tentu aku menggelengkan kepalaku kuat-kuat sebelum melepaskan celemekku dan meletakkannya ke atas meja. Aku tentu tak ingin kalau sampai Damar tahu bahwa barusan aku memikirkan tentang adegan ciumanku bersama Rangga.

CHASING THE BODYGUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang