BERBEKAL alamat yang dikirimkan Micky, aku membawa mobilku menuju daerah Lebak Bulus yang padat.
Dengan bantuan navigasi GPS di ponselku, aku baru saja berhasil membelokkan kemudi melewati lampu merah di depan Poin Square yang ramai dengan kendaraan. Lalu setelahnya, aku bergerak menuju kawasan ujung Jakarta Selatan yang berbatasan langsung dengan wilayah Depok tersebut. Jika saja boleh mengaku, kawasan Lebak Bulus ini sebenarnya satu dari sekian kawasan padat yang selalu kuhindari jika aku harus membawa kendaraan menuju kawasan selatan Ibu Kota. Bukannya apa, menurutku penataan lalu-lintas di kawasan ini masih sedikit carut-marut. Badan jalan yang sempit (ditambah pengerjaan beberapa proyek yang membuat hampir seperempat badan jalan tak bisa digunakan), serta jumlah kendaraan yang melimpah, acapkali membuat macet mendera di mana-mana. Meskipun berbatasan langsung dengan kawasan elit Pondok Indah, Lebak Bulus nyatanya tak memiliki sistem penataan arus lalu-lintas yang menjadi prioritas.
Memasuki kawasan perumahan yang terletak tak jauh dari terminal, aku lalu mengecek alamat di layar ponsel untuk kedua kalinya. Seharusnya, hanya dengan maju lagi sekitar setengah kilometer, aku hanya perlu berbelok kiri sebelum menemukan tujuan. Dan benar saja, tak jauh dari tempatku sekarang, sudah ada jalan mentok yang hanya menyisakan belokan ke kiri dan ke kanan.
Memutar kemudiku ke kiri, aku lalu memutuskan menghentikan mobil begitu mataku menemukan sebuah rumah bercat hijau dengan bebungaan rindang yang nampak memenuhi halamannya. Perumahan Arcadia Blok H nomor 15. Tepat seperti yang tertulis di layar ponselku. Tanpa membuang waktu, aku menggerakkan kenop pengunci pagar hingga benda memanjang yang terbuat dari besi tersebut mencumbu bilah pagar dan menciptakan suara berdenting yang cukup keras.
“Permisi,” sapaku sembari mengulangi apa yang kulakukan. Dan tak lama setelahnya, sebuah suara melengking yang mengatakan ‘iya’ terdengar bersama sesosok perempuan akhir tiga puluh yang muncul di hadapanku dalam balutan pakaian rumahannya.
“Maaf, cari siapa, ya?” tanya perempuan berambut ikal sebahu itu seraya menatapku dengan asing.
“Saya mencari Damar Pribadi,” jawabku cepat. “Asal Yogya. Apa Tante mengenalnya?”
Perempuan itu mengangguk pelan seraya menyunggingkan senyuman yang terasa ramah.
“Damar itu keponakan saya. Ibunya adalah kakak saya,” jawab perempuan yang dari Micky kuketahui bernama Utari tersebut. “Ada apa kamu mencarinya?”
Maka setelah jawaban tersebut, aku memutuskan untuk mengulurkan tangan kanan dan membiarkan perempuan tersebut menjabatnya. “Sebelumnya mohon perkenalkan, Saya Rayner. Damar bekerja untuk saya sebagai bodyguard. Dan sudah hampir dua hari ini dia pergi dan tidak masuk bekerja tanpa sedikitpun memberikan kabar. Saya khawatir kalau terjadi apa-apa dengannya, makanya saya ke sini untuk memastikan bahwa Damar memang di sini dan tidak terjadi apa-apa sama dia.”
Atas rentetan kalimat yang baru saja kukatakan, Tante Utari memilih menyunggingkan sekali lagi senyuman sebelum kemudian menggeleng pelan.
“Sayangnya, Damar tidak ada di sini Nak Rayner,” katanya sungkan karena merasa tak bisa memberikan bantuan. “Kali terakhir Damar di sini, sudah beberapa bulan yang lalu karena saya memintanya membantu saya mengurus bisnis katering. Tapi setelahnya, dia pergi dan tak sedikitpun memberikan kabar apapun kepada saya.”
Tak bisa kuterka, kekecewaan lain muncul dan menggelayuti dadaku dengan begitu kentara. Jadi Tante Utari ini adalah pemilik katering yang dulu dipakai JFW ketika aku dipertemukan kembali dengan Damar paska pertengkaranku dengannya. Namun mendapati bahwa Damar tidak di sini dan menjadikan usahaku untuk mencarinya menjadi sia-sia, aku tak bisa menyembunyikan ekspresi sedih yang kini membuatku tak mampu berbuat apa-apa.

KAMU SEDANG MEMBACA
CHASING THE BODYGUARD
Romantizm(TAMAT 16 SEPTEMBER 2024) Rayner Jeffrey Saloka, dua puluh tiga tahun, model, merasa bahwa hidupnya terkekang oleh perlakuan kakak dan kedua orangtuanya yang masih menganggapnya seolah anak kecil. Sebuah insiden yang membuatnya hampir masuk penjar...