27. Selesai

118 11 3
                                    

[Full chapter sampai tamat sudah bisa dibaca di karyakarsa.com/bgstito]

HARI kedua proses pengambilan gambar, pada akhirnya berhasil kami selesaikan ketika matahari mulai menyengat di atas kepala. Bersamaan dengan teriakan wrap yang dipekikkan oleh sang sutradara serta tepuk tangan bahagia dari para kru, Rangga memelukku seraya meluapkan ekspresi lega dan bahagia. Pada akhirnya, dua hari yang kami habiskan untuk pengambilan gambar, terasa terbayar lunas begitu semua proses melelahkan telah berhasil diselesaikan.

Rangga mengajakku untuk menikmati makan siang di salah satu taman terbuka tak jauh dari set yang tadi kami gunakan. Sejak syuting dimulai tadi pagi, Damar izin pergi karena diminta menemani Micky jalan-jalan. Dan karena kedua laki-laki itu belum kembali sementara sudah tiba waktu untuk makan siang, maka aku langsung menerima saja ajakan Rangga.

“Hah, finally! Lega banget ya semua proses syutingnya akhirnya selesai!”

Sementara aku mulai membuka pembungkus makan siangku, Rangga memilih merentangkan kedua tangannya setelah sebelumnya menyesap soda di mejanya. Hari ini, menu makan siangku adalah sebungkus burger sapi tanpa paprika, kentang serta segelas besar kola diet. Mendapati ekspresi bahagia yang kini menyelimuti wajah tampan Rangga, entah kenapa makan siangku kini terasa menggoda.

“Nggak salah memang aku milih kamu sebagai model untuk video klipku, Rayn,” lanjut Rangga lagi. “Kamu memang benar-benar profesional seperti yang dikatakan oleh banyak orang.”

Mengunyah potongan burger yang berhasil kugigit, aku tak bisa menyembunyikan senyuman atas pujian Rangga itu. Dalam alasan yang tak pernah kuketahui, kurasakan dadaku menghangat mendengar kalimatnya

“Kau memujiku dengan terlalu berlebihan, Ngga,” kataku sementara Rangga mulai sibuk dengan makanannya. “I just do the best for my job. Jadi kamu nggak perlu menganggapnya sebagai sesuatu yang harus dipuji.”

Atas jawaban yang kukatakan, kulihat Rangga kembali mengurai senyuman di bibir dadunya. Sudah kukatakan bukan kalau Rangga ini adalah tipikal laki-laki yang akan membuat siapapun meleleh oleh senyumnya?

“Tapi tetep aja aku harus memujimu, Rayn,” katanya tulus. “Sekarang, aku jadi nggak sabar buat melihat hasil akhir videonya. Aku yakin, para penggemarku akan sangat menyukainya.”

Maka setelah ucapan terakhir itu, baik aku dan Rangga sama-sama tertawa sebelum mulai larut dalam prosesi makan siang. Sesekali, pemuda itu melemparkan jokes-jokes ringan yang membuatku tak bisa menahan tawa. Aku tahu, pribadi Rangga yang hangat serta pesonanya yang menarik akan bisa dengan mudah memukau siapapun yang berada di dekatnya. Untuk ukuran laki-laki yang masih berusia muda, sosok Rangga memang benar-benar membuat siapapun akan jatuh bangun mengagumi dengan mudahnya.

Selesai proses syuting, para kru membuat syukuran kecil dengan menyediakan tumpeng sebagai ucapan terima kasih. Bersama Damar, Micky juga beberapa kru yang lainnya, kami berjabatan tangan mengucapkan terima kasih atas kerja keras yang telah kami lakukan sebelum kemudian mengambil foto bersama sebagai kenang-kenangan. 

Aku baru saja akan berpamitan dengan Micky yang masih asyik mengobrol dengan orang-orang dari Nagaswara ketika Rangga menghampiriku dengan senyum lebarnya.

“Jadi, sudah mau menerima ajakanku untuk makan malam sekarang?” tanya Rangga melipat kedua tangan di dadanya. “Syutingnya kan juga sudah selesai, jadi nggak ada salahnya sekalian menganggap makan malam tersebut sebagai perayaan atasnya.”

Atas ucapan tersebut, bisa kulihat Damar melemparkan tatapan tak sukanya ke arah Rangga. Aku tahu, ajakan Rangga yang terang-terangan tersebut tentu direspons pemuda itu sebagai tabuhan genderang untuk memulai peperangan. Meskipun Damar tidak dengan jelas menunjukkan ketidaksukaan, aku tetap bisa melihat kilatan itu di matanya.

CHASING THE BODYGUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang