AKU membuka mata dan menyadari bahwa aku tak lagi berada di dalam apartemenku. Sekarang, aku tergeletak di atas brankar rumah sakit dengan selang infus menancap di pergelangan kiriku sementara kulihat Micky nampak mengobrol dengan seorang perawat di dekat pintu. Begitu selesai dan menyadari aku telah siuman, laki-laki itu lantas mendekat dan menjatuhkan tubuhnya ke atas stole pendek di sampingku.
“Akhirnya lo siuman juga, Rayn,” kata Micky menyodorkan segelas air putih yang dengan segera kusesap untuk menyelamatkan tubuhku yang dehidrasi. “Hampir dua jam lo pingsan, makanya gue panik dan cepet-cepet bawa lo kesini karena takut lo kenapa-kenapa.”
Dengan lemah, aku menyunggingkan senyuman tipis sebagai tanggapan atas apa yang dikatakan Micky. “Thank’s, Mick. Bagaimana bisa lo nemuin gue pingsan?”
“Tadinya gue mau nganterin ini.” Micky menunjukkan dompetku yang rupanya tertinggal ketika kami meeting di kantor agensi. “Tapi berhubung gue ketuk pintu apartemen berkali-kali dan lo nggak ngasih jawaban, gue putusin buat nyelonong masuk aja. Beruntung gue dikasih access card cadangan waktu minta ke resepsionis.”
Atas penjelasan panjang lebar yang diberikan kakakku itu, aku menganggukkan kepala seraya mengingat-ingat apa yang terjadi kepadaku tadi. Dari yang kuingat, aku tadi sedang mandi sebelum tubuhku merasa dingin luar biasa dan aku jatuh pingsan saat hendak keluar dari kamar mandi.
“Lo kenapa lagi sih, Rayn?” sambung Micky memecahkan lamunanku. “Tadi waktu dokter meriksa, tubuh lo dingin dan lo kekurangan begitu banyak kalori. Apa lo mulai lagi dengan diet lo yang nggak masuk akal itu?”
Dari awal mengetahuinya, Micky memang menganggap diet yang kulakukan adalah sebuah hal yang tak masuk akal. Menurutnya, untuk apa aku harus susah-payah melakukan diet ketat sementara naik empat atau lima kilogram tidak akan membuat perubahan signifikan pada tubuhku. Namun karena dia mengucapkan kalimat tersebut berdasarkan kacamata yang berseberangan denganku, maka aku dengan segera membantahnya dan berpikir bahwa Micky hanya tak paham saja dengan prinsipku bahwa bagi model, tubuh adalah segalanya.
“Udahlah, gue nggak apa-apa kok,” kataku menghindari perdebatan. “Tubuh gue lagi kaget aja karena udah agak lama gue nggak melakukan diet yang ekstrem.”
“Terus dokter tadi juga ngambil sampel darah lo buat diperiksa.”
“Apa?”
“Dokter khawatir ada hal lain yang nyebabin kondisi lo sampai drop begini,” jelas Micky tanpa kuminta. “Makanya tadi darah lo diambil supaya dia bisa kasih diagnosa soal keadaan lo dengan akurat.”
Tanpa bisa memberikan respons lain, yang bisa kulakukan setelah satu penjelasan yang diberikan oleh Micky tersebut hanyalah menganggukkan kepalaku dengan lemah. Memang jika diingat, selama ini aku tidak pernah sampai drop begini saat sedang menjalankan diet. Makanya, mungkin saja memang ada sesuatu yang sedang tidak beres dengan tubuhku, sehingga membuat keadaanku jadi tidak stabil dan malah down begini.
UNTUNG saja dokter memperbolehkanku untuk pulang setelah menjalani hampir dua puluh empat jam rawat inap. Tadinya, Mami sama Papi baru saja mau menjenguk. Namun berhubung Micky sudah lebih dulu memberitahukan bahwa aku sudah boleh pulang siang ini, mereka berdua memutuskan untuk menungguku di rumah saja.
Setelah infus yang menancap di tanganku telah berhasil dienyahkan oleh suster serta pakaianku sudah kembali digantikan oleh piyama tidur milikku, dokter yang memeriksa memintaku untuk menemui beliau di ruangannya untuk memberitahukan hasil pemeriksaannya terhadap darahku. Tepat begitu pintu ruangan berukuran sedang tersebut kembali tertutup dan aku bersama Micky telah duduk pada kursi di seberangnya, laki-laki berkacamata dengan name tag bertuliskan Danu Prasadja itu lalu menyapa kami dengan senyuman ramah sebelum kemudian meletakkan sepucuk amplop berwarna putih ke atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHASING THE BODYGUARD
Romance(TAMAT 16 SEPTEMBER 2024) Rayner Jeffrey Saloka, dua puluh tiga tahun, model, merasa bahwa hidupnya terkekang oleh perlakuan kakak dan kedua orangtuanya yang masih menganggapnya seolah anak kecil. Sebuah insiden yang membuatnya hampir masuk penjar...