23. The Last Warning

100 11 0
                                    

[Full chapter sampai tamat sudah tersedia di karyakarsa.com/bgstito]

AKU mengajak Kanaya bertemu untuk memberikan peringatan terakhir kepadanya. Maksudku, jika pada akhirnya perempuan itu mau diajak bekerja sama untuk menghentikan semua ulahnya, maka aku tidak akan perlu repot-repot menjebloskannya ke penjara atas tuduhan pemerasan. Akan tetapi, jika pada kenyataannya perempuan itu masih bersikeras dengan semua tindakannya, maka aku tidak akan punya pilihan lain selain melaporkannya ke polisi hingga hidup perempuan itu akan berubah menyedihkan di masa depan.

Kanaya muncul sesaat setelah waiter menyajikan Skinny Latte yang kupesan. Menjatuhkan pantatnya ke atas kursi di seberangku, perempuan itu melipat kedua tangannya sembari menampakkan wajahnya yang masih saja dibebat ekspresi yang menyebalkan.

“Jadi mau apa lo minta gue buat datang ke sini?” Tanpa tedeng aling-aling, perempuan itu langsung bertanya ke intinya. “Apa sekarang, lo mulai berubah pikiran dan menyetujui apa yang gue minta?”

Atas pertanyaannya, aku tersenyum tipis dengan nada menghina. Apa setelah semua yang telah dilakukannya, perempuan itu masih berpikir bahwa aku tidak bisa melakukan apapun untuk membalasnya?

Look, Ya.” Aku berusaha sebisa mungkin mengatur suaraku agar terdengar wajar dan tak memperlihatkan emosi. “Gue ngajak lo buat bertemu di sini hari ini sebenarnya dengan maksud baik.”

“Maksud baik?” Kanaya mengernyitkan keningnya. “Maksud baik apaan?”

“Gue pengin lo berhenti memanfaatkan kehidupan pribadi gue yang lo anggap bisa lo jadikan bahan buat memeras gue,” tukasku dengan nada tegas pada akhirnya. “Selama ini, lo pasti mulai sadar kan bahwa semua yang lo lakuin itu mulai berubah sia-sia? Lo sudah nggak bisa lagi memanfaatkan kelemahan Micky. Maka dari itu, gue pengen ngasih saran supaya lo berhenti dan menyerah saja.”

Di atas duduknya, kulihat Kanaya mencengkeramkan kesepuluh jarinya. Aku bisa melihat ekspresinya yang menunjukkan bahwa dia mulai merasakan kekalahan. Semua rencana busuk yang telah dilakukannya untuk menjebakku, pada akhirnya justru berubah menjadi gosip murahan yang tak memberikan arti apapun pada ketenaranku.

“Semua yang gue lakuin ke lo, baru sekadar permulaan, Rayn,” ancamnya tak terima. “Gue bisa melakukan yang lebih kejam dari yang sudah-sudah buat ngehancurin kehidupan lo!”

Mengangkat telapak tangan ke depan mulut seolah-olah aku ini cewek-cewek dalam film Hollywood yang sedang kaget, aku tak bisa menahan diri untuk tidak mengejeknya. Perempuan licik sepertinya, memang harus diperlakukan begini supaya dia tidak meremehkan korbannya.

“Oh, jadi lo masih punya segudang rencana ya, Ya?” kataku dramatis. “Aduh, gue jadi takut, nih? Takut kalau nggak sengaja, gue tiba-tiba nelepon polisi supaya mereka datengin rumah lo dan nangkep lo sih, lebih tepatnya. Gue punya bukti kuat atas pemerasan yang lo lakukan. Dan dengan bukti tersebut, gue tentu bisa dengan mudah menjebloskan lo ke dalam penjara.”

Mendengar ucapanku, Kanaya tak bisa menyembunyikan lagi rasa kesalnya. Perempuan itu menggebukkan tangannya ke atas meja, membuat latte-ku tumpah sebagian dan jatuh berceceran di atas meja.

“Lo cuma perlu sedikit bersabar buat menunggu apa yang akan gue lakukan, Rayner Jeffrey Saloka,” ancamnya mengangkat badan dari kursi yang didudukinya. “Silakan lo tertawa sepuas lo sebelum tiba nanti saatnya lo menangis merutuki semua yang gue hancurkan dari hidup lo!”

Tadinya, andai saja Damar tidak datang dan menahanku, aku pasti sudah mendaratkan tamparan ke wajah Kanaya yang menjijikan. Perempuan setan itu, memang apa yang bisa dia lakukan setelah segala upayanya untuk menghancurkan hidupku sudah gagal dengan mudahnya?

CHASING THE BODYGUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang