[Full chapter sampai selesai sudah bisa dibaca di karyakarsa.com/bgstito]
PADA akhirnya, ketika permainan tersebut usai, kami berempat sama-sama mabuk dan tertawa-tawa.
Damar dan Micky yang paling parah. Karena dua laki-laki tersebut tetap kekeuh lebih memilih dare alih-alih menjawab pertanyaan, mereka berdua lah yang paling berat mabuknya. Sementara aku, aku cukup bisa menahan diri untuk tidak memilih menenggak soju meskipun pertanyaan-pertanyaan yang bergantian dilemparkan Micky, Rangga dan juga Damar cukup membuatku harus menahan malu.
“So, aku anterin kalian pulang saja, ya?” Rangga yang masih nampak segar meski beberapa sloki soju kini mengisi perutnya baru saja menyerahkan kartu kredit kepada waiter untuk membayar makanan saat dia mengucapkan itu. “Micky sama Damar udah mabuk berat, tuh, jadi aku anter kalian pake mobilku aja, ya? Biar besok mobil kamu sama Micky dianterin sama karyawan sini.”
Di atas kedua kakiku, aku menoleh ke arah Micky dan Damar yang kini saling tertawa-tawa sambil sesekali mengobrol tak jelas. Damar yang tak pernah sekalipun minum alkohol, pasti punya efek yang lebih dahsyat dibandingkan Micky. Dan melihatnya dalam keadaan begini, aku jadi merasa bersalah karena pemuda itu lebih memilih mencelakakan dirinya sendiri ketimbang harus berdiam disepelekan oleh pertanyaan Rangga.
“Ya udah kalau begitu.” Karena aku merasakan kepalaku juga sedikit pening, aku memilih mengiakan tawaran Rangga ketimbang nanti malah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Maka sembari memapah Damar—sementara Rangga membantu Micky berjalan—kami bergegas menuju mobil Rangga yang terparkir rapi di bagian depan restoran. Setelah menitipkan pesan pada karyawan restoran untuk mengantarkan mobilku pun Micky esok hari, kami lantas menjatuhkan tubuh Damar pun Micky ke jok belakang sementara aku memilih mengambil duduk di bagian depan bersama Rangga.
“Sorry ya kalau makan malamnya jadi berakhir kayak begini, Rayn.” Sembari berkata, Rangga mulai menyalakan mobilnya dan membuat Jazz biru mengkilat itu bergerak meninggalkan area parkir restoran. Kulirik arloji, waktu sudah menunjuk angka sembilan malam. “Tadinya aku nggak pengin main mainan konyol kayak begituan, tapi Micky memaksa dan aku jadi nggak enak sama dia.”
Menyandarkan kepalaku pada sandaran kursi, aku memilih melemparkan pandangan ke arah gedung-gedung tinggi yang berlarian di luar jendela. “It’s okay, Ngga. Nggak apa-apa. Micky emang suka random kayak gitu orangnya. Jadi nggak usah terlalu dipikirkan kalau dia udah mulai bikin ide-ide gila plus nggak jelas kayak tadi.”
Sebagai tanggapan, Rangga meretas senyuman di bibirnya. Dari pantulan kaca di hadapanku, aku bisa melihat bayangan wajahnya yang sesekali dipermainkan cahaya.
“So you lie to me about Damar?” Karena aku tak berniat membuka mulut, Rangga melanjutkan pertanyaan. “Kalian berdua pacaran, kan?”
Tanpa bisa ditahan, refleks membuat aku menolehkan pandangan usai apa yang dikatakan Rangga itu. Pada akhirnya, gelagat yang ditunjukkan oleh Damar ketika kami bermain tadi bisa ditangkap dengan jelas olehnya.
“Kamu nggak perlu berbohong, Rayn,” kata Rangga, fokus pada jalanan dihadapannya. “Aku bukan anak kemarin sore yang bisa dibohongi sementara mataku melihat interaksi kalian berdua dengan begitu jelas. Jadi kamu nggak perlu berbohong dan menyembunyikan kalau kalian berdua mempunyai sebuah hubungan.”
Disudutkan begitu, tentu saja aku tak bisa memberikan tanggapan lain selain mengembuskan napasku dengan panjang.
“Aku sama sekali nggak bermaksud buat bohong sama kamu, Ngga,” kataku. “Aku cuma nggak siap aja kalau harus di-judge sama orang lain karena hubunganku sama Damar. The both of us come from a different place, jadi aku nggak mau ada orang yang beranggapan kalau aku tak seharusnya berpacaran sama Damar karena kami berdua berbeda kasta.”
![](https://img.wattpad.com/cover/303058410-288-k122538.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CHASING THE BODYGUARD
Romance(TAMAT 16 SEPTEMBER 2024) Rayner Jeffrey Saloka, dua puluh tiga tahun, model, merasa bahwa hidupnya terkekang oleh perlakuan kakak dan kedua orangtuanya yang masih menganggapnya seolah anak kecil. Sebuah insiden yang membuatnya hampir masuk penjar...