[Full chapter sampai tamat bisa dibaca di karyakarsa.com/bgstito]
ITU adalah video yang kurekam saat persenggamaan terakhirku dengan Damar.
Video tersebut memang sempat kupindahkan ke laptopku untuk kujadikan sebagai arsip pribadi. Namun mengingat Micky punya akses penuh untuk me-remote komputerku tersebut dari kejauhan (sebenarnya itu suruhan Mami karena kali terakhir, aku ketahuan terlibat perjudian online melalui histori website yang tak sempat kusembunyikan), aku tentu langsung sadar bahwa laki-laki itu juga bisa dengan mudah mendapatkan akses pada video mesumku tersebut.
“Dasar Micky bangsat!” umpatku menjatuhkan tinjuku ke atas dashboard. Membuat salah satu penutup air conditioner-nya jatuh terlepas terkena pukulanku. “Bisa-bisanya dia ngelakuin ini ke aku. Apa dia pikir aku bakal takut dengan semua yang dilakukannya?”
Sebagai respons dari ucapanku, Damar mengusap-usap bahuku supaya aku bisa lebih menahan emosi. “Mas Rayin sabar dulu, ya? Akan ada waktunya bagi kita kok buat membalas apa yang sudah dilakukan Pak Micky sama Kanaya.”
“Tapi sampai kapan, Mar?” cercaku cepat. “Sampai namaku benar-benar hancur dan dia semakin leluasa mempermainkan kehidupanku?”
Disanggah seperti itu, Damar tak memberikan respons lain selain membawa kepalaku ke pelukannya. Dalam alasan yang sama sekali tak kuketahui, pelukan hangat pemuda itu selalu berhasil meredam amarah yang mulai mendidihkan kepala.
“Mas Rayin tolong sabar dulu, lah,” katanya mengecup puncak kepalaku. “Emosi sesaat seringkali hanya akan membuat kita salah langkah. Kita perlu menjernihkan kepala supaya bisa menyelesaikan suatu masalah.”
“Tapi dia dan Kanaya sudah mulai berani mempermainkan kita, Damar,” rajukku.
“Maka dari itu, kita permainkan balik saja mereka.”
Usai kalimat itu, aku tak bisa menahan diri untuk tak mengangkat wajahku menatapnya. “Maksud kamu?”
Alih-alih langsung menjawab, Damar kini justru merogoh ponsel yang sejak tadi terkungkung di saku celana jinsnya. Menekan ikon galeri pada layarnya, Damar lalu menyentuhkan telunjuknya pada salah satu foto yang tersimpan, hingga foto tersebut kini terpampang jelas di depan mata kami berdua.
“Kanaya itu punya fetish yang aneh, Mas,” kata Damar menunjukkan foto Kanaya yang tengah mengenakan pakaian berbahan latex dengan seorang laki-laki mengenakan topeng anjing di bawah kakinya. “Dia itu suka BDSM. Dia pernah ngiriminin ini waktu kami masih pacaran dan ngajakin saya buat ngelakuin yang begituan.”
“Dan kamu mau?”
Damar dengan cepat menggeleng. “Sudah saya bilang kan kalau saya pertama kali begituan cuma sama Mas Rayin?” Ada senyuman malu di sudut bibirnya. “Saya sama sekali nggak punya niatan buat bercinta sama Kanaya. Terlebih dengan gaya yang seperti itu.”
“Terus hubungan BDSM sama serangan balik yang kamu maksudkan?”
“Kita bisa balik menjebak mereka dengan melakukan itu bersama mereka.”
Aku seketika tercekat.
“Maksud kamu? Kita foursome? BDSM? Aku, kamu, Micky dan Kanaya?”
Damar mengangguk mantap. “Saya pernah dengar kalau orang sudah telanjur horny, tak akan pernah sadar akan apa yang dilakukannya. Kita bisa membuat mereka bertekuk lutut dahulu, memancing mereka buat mengaku, lalu secara diam-diam merekamnya sebagai bukti.”
Ide yang bagus, sebenarnya. Tapi membayangkan aku harus membagi Damar dengan Micky pun Kanaya, rasanya sisi kecil dalam hatiku langsung menjerit ingin menolaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHASING THE BODYGUARD
Любовные романы(TAMAT 16 SEPTEMBER 2024) Rayner Jeffrey Saloka, dua puluh tiga tahun, model, merasa bahwa hidupnya terkekang oleh perlakuan kakak dan kedua orangtuanya yang masih menganggapnya seolah anak kecil. Sebuah insiden yang membuatnya hampir masuk penjar...