aeri to gisell

222 19 2
                                    

Aeri sedang memakai baju dan melihat dirinya pada pantulan cermin. Setelah mendapat ingatan yang gisell asumsikan sebagai ingatan pemilik tubuh, gisell dapat sedikit terbiasa. Ya walaupun belum semua ingatan dia dapatkan, jadi masih banyak ingatan bolong yang gisell sendiri juga penasaran.

Gisell melenggak-lenggokkan badannya didepan cermin. Setelah mendapat ingatan gisell dapat menduga bahwa dirinya masuk ke dalam novel yang karin buat. Gila? Tentu! Gisell hampir ingin melompat keluar jendela saking terkejutnya dengan hal ini.

Mau mengeluh, tapi pada siapa? Mungkin sudah takdir gisell karena sempat mengkritik novel tragis ini. Gisell kangen karin.

Ngomong-ngomong, ternyata karin betulan menjadikan gisell inspirasi untuk sang antagonis ceritanya. Buktinya tidak ada fisik ataupun visual yang berbeda antara aeri dan gisell.

Yaa walaupun aeri akui, aura gisell itu cukup aur-auran. Walaupun wajah mereka sama, tapi tidak dengan aura. Kalau begini kan gisell jadi tambah betah didepan cermin.

"Woy lampir lama amat! Lo ngapain dah?" Heran shaka melihat gisell sedang berpose didepan cermin.

"Kenapa? Gue lagi menikmati kecantikan yang tuhan berikan ke gue ini lah" Balas gisell yang tidak peduli dengan kehadiran shaka dan lanjut berpose kembali.

"Oh udah balik jadi gila lagi rupanya. Gue kira lo sakit soalnya tadi keliatan sedikit normal. Yaudah cepet turun, bokap lo udah mo jalan" Perintah shaka dan langsung pergi turun ke lantai bawah.

"Ck, ganggu ratu lagi ngaca aja. Padahal kan tetep bokap dia juga ya.. Mentang-mentang lah bapak tiri, songong amat"

Gisell langsung turun dan bertemu pandang pada sang ayah. Tubuhnya sedikit menegang, dan degup jantungnya mulai tidak beraturan. Aish, gisell lupa. Diantara bapak-bapak bejat yang aeri baca, ayah gisell inilah yang masuk kedalam kategori 10 besar.

Walaupun bejat dan brengski, gisell tetap bergelimangan harta dari sang ayah. Jadi gisell anggap tidak sejahat itulah.

"Gisell jangan bandel. Jangan buat keributan juga, jangan buat nama baik ayah rusak. Kalian berdua juga, beramah tamah jangan nakal. Ingat gisell ayah tidak main-main dengan ucapan ayah, sekali kamu buat ayah malu lagi. Habis kamu ditangan ayah! Mengerti?" Gisell mengangguk.

Sungguh aura intimidasi yang sempurna.

"Jaga rumah ya sayang" Ramah lemil tersenyun pada gisell dan memeluknya.

"Kalau kamu usik barangku lagi. Habis kamu!" Ancamnya sambil berbisik.

Gisell bergedik dalam hati. Ibu tirinya memanglah ibu tiri.

"Kok dia nggak pamit ke si kembar?" Gumam gisell yang sedikit bingung karena lemil berjalan melewati si kembar tanpa menoleh sedikit pun.

"Nggak nangis kan lo berdua? Nggak ada balon soalnya"

"Apaan si!" Sebal shaka melototi gisell.

"Yakan bilang doang. Abisnya si lemonilo nggak pamit ke lo berdua, kan lo berdua anaknya" Ucap gisell membuat esok terkejut.

"Maap. Abis nama emak lo lemil. Udah ya gue mau rebahan nih, lelah banget aduh" Gisell langsung naik dan masuk ke kamar. Dia tuh mau lanjut tidur, capek.

"Kok tumben ya dia nggak ngamuk abis diancem mama" Heran esok melihat ke lantai atas.

"Merinding gue. Dia emang sawan nggak si dari dulu? Mak lampir ke gitu emang gausah diperhatiin, bikin bingung doang. Mending kita main aja"

Esok menghela nafas, benar kata shaka. Yasudah biarkan gisell sendiri. Lebih baik esok main saja.





°°°°°







MisunderstandingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang