Gisell menatap shota dengan wajah datarnya. Tadi pagi shota menelpon gisell dan bilang, kalau hari ini tidak bisa berangkat bersama seperti biasanya. Gisell kira karena motor shota bermasalah, ternyata anaknya yang bermasalah.
"Jadi, bisa lo jelasin kenapa kaki lo sampai di perban gini?" Interogasi gisell membuat shota tertawa hambar.
"Serem banget ibu jijel kalau kayak gini. Gue jatuh, terus kecengklak deh telapak kakinya. Makanya diperban, gue jadi nggak bisa bawa motor sendiri. Dianterin sama ibu tadi" Intrupsi shota menunjuk kaki nya yang diperban.
"Kenapa nggak bilang? Lo emang nggak pernah anggep gue, sedih banget selama ini cuma gue yang anggep lo sahabat sho. Sumpah sakit" Dramatis gisell membekap mulutnya sendiri.
"Maaf. Bukan maksudnya gitu jel, kemarin tuh tiba-tiba banget. Gue aja baru pulang dari rumah sakit, gue belum sempet buka hp. Baru tadi pagi gue buka" Sanggah shota menatap gisell dengan mata melas nya.
"Tuh curang. Mulai pake jurus mata meong! Gue mau marah loh ini, jangan bikin gue adem!" Kesal gisell membuang wajahnya dari hadapan shota.
'Yeu licik juga si yamaha! Mentang mentang gue lemah sama yang kayak gitu'
"Lo gamau maafin orang sakit jel? Aduh tambah sakit ni gue kalau lo ngambek. Jangan marah dong ya?" Pinta shota dengan lembut.
"Iyaa. Tapi kabarin gitu lain kali kalau sakit! Jangan tiba-tiba duwar! Sakit! Kabarin sho! Kita ni hidup udah di zaman serba tekhnologi bukan di jaman purba" Perintah gisell dengan gemas mencubit lengan shota.
"Janji janji! Sumpah cubitan lo sakit banget, pantes esok trauma!" Shota mengelus lengannya yang sakit. Gisell ni memang tidak pernah main-main kalau soal seperti ini.
"Tidak usah lebay yaa bapak yamaha. Terus lo udah kabarin itu dua komodo?"
"Belum. Gue aja baru kasih tau lo pas disekolah, gimana si jel"
"Kak! Kak gigi, kok belum ke kantin si? Gue kan sendirian!" Sedih willo nangkring disebelah gisell.
"Emang chena di mana?" Tanya gisell mencari keberadaan chena.
"Dia lagi mukbang bareng esok. Gue nggak bisa makan disebelah si kembar kak! Mereka berisik banget, gue nggak tenang mau makan doang!" Adu willo sambil menginjak-injak lantai.
Prinsip hidup willi, dunia boleh gempar tapi, acara makannya jangan sampai di ganggu.
"Ikutan mukbang bareng aja" Saran shota.
"Ga mau. Shaka cerewet kayak cewek, esok berisik ganggu gue mulu. Intinya mereka tengil banget! Si chena emang fake friend" Kesal willo melengkungkan mulutnya.
"Yaudah, ke kantin aja ayo!" Ajak gisell menggandeng lengan willo.
"Lo mau nitip apa? Atau lo mau ikut?" Tawar gisell pada shota.
Shota menggeleng, dia mengambil kotak bekal pada tas nya mengisyaratkan bahwa shota tidak perlu jajanan.
"Nanti kita balik lagi! Jangan makan sendiri!" Pinta gisell. Shota mengangguk.
"Kak shota kenapa itu?"
"Keseleo kaki nya"
"Ouh. Kak gigi mau beli apa?"
"Dimsum. Lo mau nitip?" Tawar gisell.
"Heh curut! Kenapa lo ninggalin gue sama dua tiang itu hah?" Marah chena menarik kerah belakang baju milik willo.
Willo merengut "kan lo lagi asik makan sambil bercanda sama esok! Ga usah peduliin gue!" Ucap nya sambil bersedekap dada.
Chena terkekeh "cemburuan! Udah ayo, udah gue beliin bolu, cilor, maklor, khusus buat lo"
"Nggak ada minum nya, masih ngambek"
"Kalau bukan sahabat gue udah gue maki lo wil, nanti gue beliin"
Willo tersenyum, ia menggandeng lengan chena dengan manja "nah gitu dong. Makanya jangan asik sama temen baru, udah tau sahabat lo cemburuan"
"Lesbi" Sindir shaka membuat willo memutar bola matanya.
"Lo tuh homo! Udah gue bilang nggak baik bicara sama bambu kayak dia, ayo kak gigi" Ajak willo merasa darah tinggi nya tiba-tiba kambuh.
Gisell menggeleng "kalian aja. Gue mau ke kelas abis ini"
Willo dan chena pergi meninggalkan gisell yang sedang menatap shaka dengan galak.
Gisell mencomot mulut shaka secara spontan "ini mulut penuh dengan pisau, tajem banget. Udah gue bilang tahan kalau mau nge judge orang, nanti lo sendiri yang kepikiran" Nasihat gisell.
Shaka manggut-manggut "maap, suka kelepasan"
"Mana si esok? Tumben nggak ngerusuh"
"Dia lagi dipalak chena. Perkara seblak kemarin. Abis itu dia ke asik kan bercanda sama si siscom, pantesan gue ngerasa hawa aneh gitu waktu liat chena, kembaran si esok ternyata" Jawab shaka yang tidak pernah meragukan firasatnya.
"Nggak boleh gitu. Gitu-gitu chena bercandaannya lucu dibandingin sama si piscok garing"
"Bang sho di mana? Biasanya dia udah nangkring tuh didepan kelas gue waktu bel, tapi dari tadi dia nggak keliatan" Tanya shaka
"Ada di kelas, samperin gih" Perintah gisell, shaka pun pamit dan berlari menuju kelas gisell.
Shaka tuh mau curhat sama shota, dia mau ceritain kejadian wadidaw kemarin sambil ngegosip.
°°°°°°
Shaka membantu shota berjalan menuju parkiran, dia dengan telaten menuntun shota agar tidak terbentur apapun. Saat pertama kali melihat kaki shota jantung shaka terasa jatuh, ia khawatir kalau kaki shota kenapa-kenapa.
"Kenapa jalannya harus kayak gini si?" Protes shota kesal karena shaka menuntunnya dengan sangat lambat dan hati-hati.
"Nanti kaki lo sakit bang kalau cepet, atau kaki lo kepentok kan sakit"
"Ya nggak selambat ini juga yaa shaka dawyn" Shota melepaskan rangkulan shaka pada pundak nya, dia memilih untuk jalan sendiri saja.
"Lama lo!" Tak senang esok yang sudah nangkring di motor bersama gisell.
"Tau tuh si shaka. Lebay nya kumat, ayo cepet shak gue mau makan ni laper" Perintah shota mendorong shaka untuk gerak cepat.
"Mau makan apa si emang nya? Sini gue beliin" Ucap shaka.
Gisell tersenyum senang "asik! Di traktir shaka sok! Gass lah kita makan naspad!" Katanya sambil memukul pundak esok.
"Lah, gue mo beliin bang-"
"Ayok cepet shak! Gue juga udah laper banget nih. Gue sama kak jijel duluan ke rumah makan di perempatan gang yang langganan gue. Dah!" Esok melajukan motornya dengan hati membara. Kapan lagi ditraktir sama si pelit shaka, ini rezeki setahun sekali jangan ditolak.
Shaka menatap kepergian esok dan gisell dengan hati membara, padahal tidak ada yang bilang kalau dia mau mentraktir dua orang itu. Tapi karena shaka cinta damai, bakal shaka biarkan kali ini. Akan shaka palak mereka lain kali, tunggu saja.
"Heh! Ayo malah bengong lagi lu!" Kesal shota memukul shaka agar tidak melamun.
"Bisa naik nya lo bang?" Tanya shaka khawatir, shota memutar bola matanya
"Gue keseleo, bukan lumpuh!"
Padahal kan shaka tidak perlu sampai se lebay itu menanggapi kaki shota. Wong shota nya saja santai, walau hati nya tidak bisa diam.
'Kabur aja kali ya abis ini'
KAMU SEDANG MEMBACA
Misunderstanding
General FictionMasuk ke dunia novel dan jadi antagonis, sudah biasa. Tapi nyangka nggak si, kalau seorang aeri harus jadi antagonis di novel bl. Ini semua berawal dari karin, sohib absurd aeri yang mendadak gabut bikin novel bl. Entah ke sialan apa yang menimpa ga...