Gisell memandang langit biru pada luar jendela, sambil menyesap teh manis nya. gisell termenung memikirkan masa lalu. Masa saat flat gisell. Karena dibilang bahagia tidak, sengsara pun tidak. Paling hidupnya ada teruwiw-uwiw sedikit karena si karin, sahabat paling random dan jamet semasa hidup gisell.
Gisell jadi kangen karin. Sebenernya kangen berat. Dari semua hal didunia ini gisell kangen karin, dia kangen karin buat ulah, kangen karin betingkah, kangen karin cerewet. Intinya kangen.
Dulu juga yang bantuin gisell sampai dapat dana bantuan buat ngejalani hidup itu karin. Entah lembaga mana yang karin daftarkan, gisell selalu dapat uang setiap bulan dari situ. Tentu saja semacam beasiswa, selama nilai gisell tinggi, beasiswa nya tetap jalan. Makanya kan dulu gisell keterima jadi maba si kuning.
Kira-kira gimana yaa perasaan karin waktu denger kabar sahabat cantiknya meninggal karena kecelakaan. Pasti karin syok berat deh, gisell jadi sedih.
"Lo kenapa?" Tanya shaka yang tiba-tiba ada dibalkon kamar gisell.
Gisell tersentak, padahal air matanya udah tinggal dikit lagi turun eh naik lagi gara-gara shaka.
"Lo kok bisa ada disini?!"
"Loncat dari balkon situ hehe. Soalnya gue kaget, tiba-tiba ada yang masuk kamar mama" Shaka menyengir lebar. Gisell memukuli shaka, bahaya aja ini anak.
"Ngapain kesitu hah?! Kalau barang mama ada yang pecah gimana?! Kalau ada yang rusak atau hilang gimana?! Mau dipukulin lagi?! Lo nggak takut?! Lo juga ngapain lompat dari balkon?! Kalau jatuh gimana?! Mau mati?!" Omel gisell sambil terus memukuli shaka, gisell menarik shaka untuk masuk kamarnya dan memeriksa keadaan adiknya.
"Gue gapapa elah. Lo tuh yang kenapa? Tadi gue liat mewek banget" Tanya shaka penasaran. Gisell berhenti memukuli shaka, dia mendengus. Pintar sekali merubah topik.
"Lo ngapain kesana shak?"
"Kepo! Emang udah pulang ya?" Tanya shaka pada gisell. Karena setau shaka orang tua mereka itu dinas sebulan. Makanya si shaka bebas berulah.
"Belum. Mungkin itu orang yang bersihin kamar si lemonilo kali. Enak banget dia, manggil pembantu buat kamarnya doang" Gerutu gisell kembali duduk dimeja belajar.
"Sabarin aja"
"Lo kemarin liat gue nembus kan?!" Tanya gisell memicingkan matanya.
"Aduh masih aja dibahas. Iya! Tapi gue bingung bilangnya! Pas mau bilang lo udah nggak dibawa si esok" Balas shaka. Beneran shaka nggak bohong.
"Besok-besok langsung bilang aja. Si esok malu-maluin soalnya"
Tok tok
"Kak jijel, dicariin bang sho... Kalian ngomongin gue yaa?" Curiga esok melihat shaka yang duduk ditepi kasur gisell.
"Kepo! Mau ngapain bang sho cari dia?" Penasaran shaka sambil memicingkan matanya.
Gisell meringis, dia lupa. Kan hari ini dia mau nonton sama shota. Gisell buru-buru mendorong si kembar untuk keluar kamar nya dan siap-siap.
"Bilangin aja si shota, gue mau dandan dulu gitu!" Pinta gisell grasak grusuk dalam kamar.
"Dandan? Mencurigakan" Ucap kedua nya.
"Bang. Jujur sama gue, lo mau ngapain sama kak jijel" Tanya esok sambil merangkul shota.
"Nonton"
"Nonton?! Kok nggak ngajak si?!" Marah shaka dan esok bersamaan.
"Jijel yang ajak. Katanya dia ogah ngajak kalian" Ucap shota sambil tersenyum.
Mereka berdua memicingkan matanya. Ini tidak boleh dibiarkan, enak saja!

KAMU SEDANG MEMBACA
Misunderstanding
General FictionMasuk ke dunia novel dan jadi antagonis, sudah biasa. Tapi nyangka nggak si, kalau seorang aeri harus jadi antagonis di novel bl. Ini semua berawal dari karin, sohib absurd aeri yang mendadak gabut bikin novel bl. Entah ke sialan apa yang menimpa ga...