freak

18 5 1
                                    

"GILAA!! Gue hampir mati kalau aja nggak ditarik sama Chena, tangan lo masih sakit Chen?" tanya Esok sedikit meringis melihat sayatan pendek pada lengan Chena yang sedang diobati.

"sakit lah goblok! Rasanya kayak pengen mati, untung aja kejadian tadi nggak terjadi"

Tadi saat mereka semua sedang sedikit beradu mulut, entah datang dari mana orang berpakaian aneh mendekat ke arah Esok. Mereka berempat tidak ada yang tau menahu mengenai hal ini Saat Chena sedang bergelut dengan Esok perihal buku Chena yang digambar oleh Esok, tiba tiba saja orang itu ingin menikam Esok. Untung saja saat itu Chena menarik Esok karena ingin memukul anak jail itu, jadi Esok terselamatkan dari tikaman maut.

Lalu saat orang itu ingin manikam Esok lagi, chena juga refleks menarik lengan Esok yang mengakibatkan pisau itu menyayat tangannya. Teriakan melengking Chena membuat orang sekitar menjadi memusatkan perhatian padanya, lalu entah dari mana ada orang-orang berpakaian tertutup menangkap orang jahat itu. Jadi beruntung kejadian seperti ini tidak sampai membuat korban jiwa.

"lo ngide dari mana si jadi pahlawan kek gini?" cibir Shaka membuat Willo yang sedang menangis menjadi kesal dan memukul punggungnya.

"bisa nggak bilang makasi?! Sahabat gue udah nolongin kembaran lo!" omel Willo membuat Shaka mendengus dan mengucapkan kata kramat itu.

"makasi"

"yang ikhlas bego! Ini pahlawan gue! makasii banyak Chen. Tapi besok besok jangan gini lagi. nanti lo repot sendiri" perintah Esok dengan serius, ada nada penekanan dari perintahnya yang mau tak mau membuat Chena mengangguk.

"dek, mending kamu ke rumah sakit aja ya. Ini kayaknya perlu dijahit dikit" saran dokter dari ruang kesehatan milik sekolahnya.

Willo menangis bertambah kencang mendengar penuturan dari dokter, ia membayangkan sesakit apa yang sedang Chena rasakan saat ini.

"jangan nangis jirr Wil" tenang Chena memeluk sahabatnya itu agar berhenti menangis.

"si siscom aja nggak nangis, dia malah nangis deres. Udah deh mending anterin si Chena kerumah sakit dulu biar bisa ditanganin" lontar Shaka sambil menarik Willo dari dekapan Chena

"aduh jadi takut lagi" monolog Chena meringis membayangkan jarum dan benang menembus kulitnya.

"gapapa, nggak sakit kok. Kayak digigit semut, sermut raksasa" ucap Esok membuat Chena menjadi bertambah over thinking.

'tuhan tolong anak mu ini, hari ini aku udah jadi anak baik. Nggak lagi-lagi dehh jadi pahlawan dadakan gitu, sakit banget anjir kayak pengen mati. Tapi tangisan gue udah diwakilin sarma si Willo'

°°°°°°°

"kenapa selalu gagal? Gagal, gagal, gagal!!!"

"gimana kalau kita langsung ke tujuan utama kita?"

"jangan, selalu ikuti aba aba saya. Kita tidak boleh gegabah, atau semua data itu bisa terkuak kapan saja"

°°°°°°

Esok menatap lengan kiri Chena yang sedang diperban, kejadian tidak menyenangkan itu kembali berputar di otaknya. Esok mendengus, jangan sampai kejadian seperti itu terulang kembali, jangan sampai. Jika kejadian itu terulang, entah akan bagaimana lagi ke depannya, pasti akan hancur lebur berantakan.

"Esok, saya ada di depan bukan di sebelah kamu. Kenapa ngeliatin Chena aja hm?" tanya bu Risma yang sedang menjelaskan tentang perencanaan tata ruang dengan serius, namun tidak diperhatikan oleh Esok.

"IDIIIH CIHUUYY, CIEE CIEE Praktik" sorak teman teman kelasnya membuat Chena menyanggah dan melototi Esok

"apasii!! Diem nggak lo semua" teriak Chena membuat yang lain jadi bertambah heboh.

"kamu merhatiin apa sampai nggak fokus gitu? Terlena sama Chena yaa, aduh anak muda" ledek bu Risma membuat kelas lagi-lagi jadi heboh.

"ah ibu jangan gitu dong" tak terima Chena melengkungkan mulutnya.

"liat deh bu tangannya Chena, saya ngeri liat nya! Kalau tiba tiba Chena berubah jadi terminator gimana??" celetuk Esok membuat satu kelas jadi bingung, jawaban Esok diluar ekspetasi mereka.

Hisyam memejamkan matanya sambil menutup wajah, pasti pemikiran konyol Esok Yasha lagi

"kenapa tiba-tiba terminator?" tanya bu Risma bingung

"karena tangan Chena kemarin digigit benda logam jawab Esok dengan nada serius membuat satu kelas berseru mengatai Esok

Beberapa dari mereka yang baru mendapat kelas yang sama dengan Esok sudah menjuluki Esok sebagai orang terfreak sejagad raya, namun bagi mereka yang sudah pernah satu kelas sudah tidak heran. Karena memang Esok suka ber celetuk konyol bin ajaib. Kalau kata Chena, Esok itu asbun banget.

"nggak nyambung goblok!" kesal Chena memukul Esok, membuat yang dipukul tertawa tidak jelas.

"udah-udah, ibu udah nggak mood ngejelasin. Kalian langsung aja kerjain soal yang ibu kasih ya" kata bu Risma langsung menulis soal pada papan tulis

"lo nggak takut sama gue Sok?" bisik Chena tiba-tiba membuat Esok mengernyit bingung

"gue kan terminator mix hulk" lanjut Chena membuat Esok tertawa karena tidak berekspektasi Chena akan meladeni ucapannya tadi.

"enggak tuh, gue kan pangeran duyung. Nanti gue bawa lo ke samudra atlantik, gue jadiin pakan kraken" jawab Esok.

Chena menarik sebelah alisnya, "lo nggak bosen apa jadi duyung? Selain jadi duyung lo mau jadi apa?" tanya Chena menunggu jawaban luar binasa dari Esok. Karena pasti jawaban itu akan membuat siapa saja yang mendengarnya tidak menduga.

"jadi voldemort. Enak dia botak nggak perlu keramasan, kalau kesel sama orang tinggal 'eveda kedavra' mantap" jawab Esok membuat Chena menahan tawanya.

"jelek banget anjir, voldy lobang hidungnya Cuma segaris" kata Chena yang bertemu pandang dengan Esok dan tertawa dalam keheningan bersama

"freak banget gila, itu lucu darimana nya si?" gumam hisyam menatap dua orang didepannya dengan sinis.

"temen lo ganteng ganteng aneh tau, tapi anehnya gue nggak ilfeel malah tambah suka" bisik moza yang mendapat lirikan aneh dari hisyam.

"sengklek banget beziirr" cibir hisyam mencebikkan mulutnya, seperti tidak ada laki-laki normal saja si moza.




Orang ganteng mahh bebas–Esok Yasha

MisunderstandingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang