mimpi shota

79 13 2
                                    

Shota memandang dua orang pria yang sedang menariknya untuk berlari, pikiran shota kosong. Ia juga merasa dirinya telah runtuh, hancur lebur dan redup. Semangatnya telah sirna, diisi dengan kehampaan dan rasa rindu luar biasa.

"Bang sho, lo nggak boleh pergi ke kak jijel!! Nggak boleh!!" Larang shaka memegang pundak shota dengan tatapan mata kalut.

"Bang sho, jangan tinggalin kita. Jangan pernah berpikir buat temuin kak jijel!! Jangan pernah, gue nggak mau!" Pinta esok menggeleng dengan kuat dan meremas bahu shota agar menurut.

Shota tertawa, "emang kalian siapa ngatur-ngatur gue seenaknya? Gue mau ketemu jijel! Kenapa kalian larang-larang gue?!! Gue nggak suka hidup kayak gini, gue benci!! Gue kangen jijel...." Shota meluruh, tangisannya mulai terdengar.

Esok mengusap punggung shota, "lo cuma punya kita" Ucap esok menatap shota dengan putus asa.

"Gue seharusnya nggak perlu ada disini, kenapa gue harus kayak gini?! Kenapa kita harus hidup kayak gini?! Kalian nggak cape?" Tanya shota sambil mengepalkan tangan.

Esok dan shaka menggeleng, mereka menarik tangan shota lagi untuk buru-buru masuk ke dalam sebuah rumah usang. Shaka memperhatikan sekitar dan menutup pintu rumah tersebut.

"Gue cape! Kita nggak boleh kayak gini terus"

"Tapi bang sho-"

"Enggak shak, gue cape!"

"Jangan childish, kak jijel juga udah nggak ada"


Shota membuka matanya, jantungnya berpacu dua kali lebih cepat. Bahkan peluh keringat sudah membasahi kasur shota saat ini, dari semua mimpi buruk. Ini adalah yang terburuk nomor 3 yang shota pernah mimpikan. Dan juga mimpi paling membingungkan, seperti kejadian nyata yang pernah shota alami.

"Anak bujang kenapa baru bangun? Ibu kira kamu udah rapih-rapih. Buru mandi, kasian nanti jijel nunggu kamu!" Perintah sora berkacak pinggang melihat anaknya seperti orang yang sedang merenung.

"Ya tuhan! Telat, telat! Ibu tolong setrikain seragam aku yaa!! Aku mandi kilat pagi ini!" Panik shota langsung bangun dan buru-buru mandi.

°°°°°°°

Shota menatap dua orang dihadapannya yang sedang mengusik pikirannya dari pagi, shota selalu terbayang kejadian dalam mimpi semalam. Padahal hanya mimpi, dan shota juga seharusnya tidak perlu ambil pusing. Namun, entah kenapa hatinya berisik tidak tenang.

"Gue mau nanya" Kata shota membuat tiga saudara dan dua sekawan menatap shota penasaran.

"Kak shota mau nanya apa?" Tanya chena menopang dagu nya dan tersenyum manis.

"Liat gaya nya" Sindir esok membuat chena memelet.

"Gue mau nanya sama lo berdua, jawab jujur biar gue tenang" Pinta shota menunjuk esok dan shaka.

Gisell menghela nafas dan melanjutkan acara makannya, ia mengira-ngira apa yang akan shota tanyakan dengan wajah serius itu. Jangan-jangan.... Tapi nggak mungkin ah.

"Lo berdua ada keinginan buat bawa kabur gue nggak?" Tanya shota spontan membuat gisell langsung tersedak makanannya.

"Air air!" Panik chena dan willo karena gisell terbatuk seperti orang yang kehilangan separuh jiwanya.

"Anying bengek lu bengek" Panik esok mengusap punggung gisell agar berhenti batuk.

"Makanya makan pelan-pelan" Nasihat shaka sambil menggeleng.

MisunderstandingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang