cibaduyut

91 13 4
                                        

Chena berjalan mengendap-endap sambil memeriksa keadaan sekitar, sekiranya sudah aman dia akan melanjutkan pelariannya pada malam ini. Dia berencana pergi ke rumah willo, soalnya dia hanya berdua saja di rumah bersama arsen.

Awal nya si chena malas keluar, jadi dia mengunci kamar nya agar arsen tidak bisa masuk. Tapi entah bagaimana ceritanya arsen bisa masuk menggunakan kunci cadangan yang chena yakin kunci itu dipegang oleh ayahnya. Chena merasa beruntung karena kamar nya berada di lantai satu, jadi dia bisa melompat keluar lewat jendela meski dengan keadaan kaki telanjang.

"Cringe banget si arsen lama-lama! Cabul nya makin berasa, gue kan jadi takut sama rumah sendiri. Mana dia segala ngancem bakal ngadu ke ayah kalau gue pernah main sampe jam 11 sama willo. Ih musnah ajalah si arsen tuh!" Gumam chena dengan kesal.

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang memegang pundak nya, chena menoleh dengan perlahan lalu berjongkok secara tiba-tiba.

"Maaf kak maaf!! Maafin gue! Jangan ngadu ke ayah please, tolong banget gue mohon!!" Pinta chena menyatukan kedua telapak tangannya sambil memohon. Berharap arsen mengampuni nya dan memaafkannya.

"Lah cibaduyut! Ngapain lo disini?" Tanya esok membuat chena lemas seketika.

"Harus nya gue yang nanya, lo ngapain disini?! Ini kan kawasan gue. Lagian apaan itu cibaduyut! Yang estetik dikit kek" Kesal chena menendang betis esok.

Esok mengaduh kesakitan dan mengantungi bungkusan rokoknya, lalu esok menarik tali hoodie milik chena.

"Lah lu aja manggil gue dugong! Padahal gue duyung ya! Gue amuk lu pake aer sunami!" Ancam esok mengikat tali hoodie chena membuat sang empu berteriak karena tidak dapat melihat.

"Heh cepet buka nggak!! Gue lagi urgent jangan bercanda dulu!! Gue tendang lagi lu sampe mental ke palembang! Biar lu diolah jadi pempek, dan berguna dikit" Chena mencoba melepaskan ikatannya tapi tetap tidak bisa, sialan sekali esok yasha ini.

"Buruan buka, kalau diliat arsen bisa bahaya gue!! Asal lo tau ya, dia hapal sama tinggi dan hoodie gue ini! Cepet ah gue lagi nggak pengen bercanda!!" Pinta chena sedikit kesal.

Esok membuka ikatan hoodie milik chena, padahal seru ngeliat chena kayak corong sambil mukul-mukul angin.

Chena terkejut saat melihat wajah esok tepat berada di depan wajahnya. Merasa tersihir dengan tatapan esok, chena dengan betah menatap esok lekat-lekat.

"EH!" Teriak chena membuat esok tersentak. Esok merapihkan rambutnya dan menatap chena dengan jahil.

"Ngapa? Salting lu cibaduyut?"

"Itu kenapa pipi sama kelopak mata lo! Kok lebam? Lo abis tauran ya!" Tuduh chena menunjuk esok untuk mengaku.

"Iya. Tauran sama ikan gue. Ngaco banget lo, anak baik-baik macem gue mana mungkin tauran!" Esok menyentil dahi chena membuat chena kesal dan beralih menginjak kaki esok dengan brutal.

"Lo nyeker? Kayak ayam aja lo nyeker!" Ledek esok menertawakan chena.

"Diem lo!"

"Nih pake sendal gue ni" Tawar esok menyerahkan sandal nya pada chena untuk dipakai.

Chena menatap esok sambil tersenyum, "lo kira kaki gue satu hah?!! Siniin sebalah nya lagi!" Pinta chena sedikit memaksa.

"Contoh manusia dikasih hati minta jantung. Ini tuh namanya setia kawan chen! Ayo gue anter sampai tujuan" Tawar esok menarik chena untuk menaiki sepeda pink nyentrik nya.

"Sepeda siapa ini anjir?" Tanya chena melihat ke arah sekitar. Karena takut esok mengambil milik orang lain, bisa diamuk chena nanti.

"Punya bu ningsih, art di rumah. Udah ayo naik! Lo mau kemana emangnya malem-malem gini sambil nyeker?" Tanya esok mulai mengayuh sepeda nya.

MisunderstandingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang