salah karimet

333 25 1
                                    

Aeri memandang jam tangannya, sudah lewat 30 menit dari janji. Aeri menghela nafas nya kesal, dia bosan melihat orang berlalu lalang dan sahabatnya belum datang juga.

"Ri! Maaf woy! Gue hampir kena jambret cok" Sesal karin menyengir lebar.

"Nyengir lo. Jadi lo kenapa met? Sumpah yaa kalau nggak penting gue sleding beneran lo!" Ucap aeri sambil menarik bangku untuk karin.

"Lo kan tau ni yaa, kalau gue punya forum cerita yang gue rahasiain dari lo. Sumpah ri! Cerita gue yang itu udah terbit! Ni baca. Katanya lo penasaran waktu itu" Kata karin sambil menyerahkan sebuah novel berwarna abu-abu pada aeri.

Aeri berteriak antusias, dia memeluk karin dengan heboh. "Sumpah! Kok lo bisa-bisanya nggak ngasih tau gue?! Selamat yaa my bestod! Asik banget udah jadi novelis niih" Ledek aeri mencubit kedua pipi karin karena bangga.

"Okey, jangan ganggu gue dulu! Gue mau baca" Pinta aeri langsung menfokuskan diri pada novel ditangannya.

"Gue mau pesen makan dulu ya?"

"Pake kartu gue. Gue traktir" Karin tersenyum senang, kapan lagi kan ditraktir.

Karin segera mengambil kartu aeri dan berjalan untuk memesan. Sedangkan aeri sudah mulai membaca dengan beraneka macam mimik wajah. Dari yang awalnya antusias, terkejut, sinis, aneh, merinding.. Maybe?

Bukannya aeri tidak menghargai cerita yang sahabatnya tulis ini, dan bukannya karena tulisannya yang tidak jelas. Tapi karena genre novel seperti ini sangat berbeda dengan image sahabatnya. Aeri kira novel ini akan penuh dengan colorful, ceria, dan dibumbui humor.

Namun ternyata salah. Novel yang sedang aeri pegang sangat berbau angst, dari prolog dan judul saja aeri sudah menduga ini akan ber-ending sad. Sudah begitu bl? Aeri sangat tidak menduga.

"Met, ini beneran cerita lo? Bukan ketukar? Coba deh lo liat lagi met" Pinta aeri yang tetap ber positif thinking.

Karin menggeleng "cerita gue kok itu" Jawab karin membuat aeri syok.

"Bjir, lo sejak kapan dah suka sama genre kayak gini?! Terus kan kata lo waktu itu lo mau jadiin gue karakter dibuku ini ya met. Gue yang mana cok? Laki semua ini? Pemeran utamanya laki! Masa gue transgender!" Heboh aeri sambil menunjuk nama-nama karakter yang jelas-jelas LAKIK.

"Loh ada kok itu, coba dicari dengan tepat. Lagian keren lohh gue, karakter gue yang penuh ceria tapi enggak dengan tulisannya. Jadi orang-orang yaa nggak bakal ngira itu gue" Jelas karin.

Aeri membaca novel karin lagi dengan seksama. Dan berteriak sampai membuat karin terkejut "kenapa si?!"

"Masa gue jadi antagonis si rin?! Mentang-mentang gue sering ngebully lo, sedih banget. Cukup tau gue ya met. Cewe satu-satunya disini itu cuma si antagonis! Terus lagi, dia dicap jahat sama dua ml!" Amuk aeri sudah siap-siap ingin memukul karin.

"Eh woy! Sabar, tenang. Lagian di penggambaran karakter, dia cantik, seksi, kaya raya, smart, kurang apa lagi coba ri?"

"Kurang ajar! Percuma ya kalau bakal dihujat mah. Nih liat halaman 180, mati rin. Masa lo nyumpahin gue mati" Amuk aeri lagi.

"Cepet amat lo baca nya?!"

"Lompat si gue. Soalnya ini judulnya 'kematian antagonis' ya pasti mati lah goblok, dimana-mana mah antagonis selalu dapet bad ending" Jelas aeri dengan sedikit emosi.

"Yaa maap. Lagian nggak selalu, kalau tobat pasti happy ending. Lo coba aja, lagian nggak semua antagonis itu jahat. Itu cuma karena keadaan" Jelas karin yang malah beradu argumentasi.

"Nggak percaya dah gue happy ending. Judulnya aja 'bad ending'. Nihh coba liat akhir babnya. 'Mereka semua memang tidak ditakdirkan untuk bersatu, ada kalanya sang norma mengatur semua tatanan peraturan dunia. Dan semua yang melanggar dapat dimusnahkan kapan saja, seperti ketiga insan itu. Mereka tidak dapat menghindar dari hukuman yang norma tetapkan. Mereka mati tanpa dapat merasakan kebahagiaan' TAMAT. Wahh gila!" Aeri bertepuk tangan dengan takjub.

"Dihujat ini mah lo rin. Bisa-bisa nya beneran bad ending! Mana nggak dikasih kebahagian lagi! Dipertengahan novel, si pemeran utama kena obses sama si kembar. Di akhir malah metong padahal dia masih normal. Anying amat dh, tapi seru si kalau gini. Tapi tragis banget. Udah mah si antagonis mati, semuanya juga mati. Gila banget emang ini novel" Hujat aeri tanpa melihat ke arah karin. Mungkin karin akan mengamuk sekarang.

Tapi sebaliknya, karin malah tersenyum dan memegang pundak aeri "coba rubah ri" Ucapnya membuat aeri bingung.

"Apanya? Jalan ceritanya? Ogah ah, gue bukan penulis yaa kalau lo lupa. Lagian kan gue bukan nya hujat lo met, tapi mengkritik. Ceritanya bagus, tapi menguras jiwa raga gue. Bad ending jelas bukan selera gue, gue lebih suka cerita lo yang lain." Koreksi aeri agar tidak membuat karin salah paham.

Gitu-gitu aeri sebenarnya takut karin marah, terus nggak mau jadi temannya lagi deh. Kan aeri cuma punya karin.

"Bukan itu. Udahlah, gue nggak marah kok ri! Jangan cemberut gitu! Niih kalau lo cemberut nanti lo jadi jelek. Kalau jelek kasian kan gue harus nemenin lo jadi perawan lapuk"

Aeri memukul lengan karin dan tertawa bersama. Mereka lanjut mengobrol tentang hal lain dan meninggalkan novel karin yang tergeletak diatas Tote bag aeri.


°°°°°

Aeri sedikit berlari ke arah pinggir jalan. Dia sedang menunggu lampu berubah warna, karena gerimis sudah mulai turun dan aeri khawatir karena tidak ingin kebasahan.

Aeri jadi kepikiran sama novel karin. Aeri jadi khawatir sama karin, jangan jangan karin nulis novel itu karena terinspirasi dari kehidupan karin lagi. Tapi kan karin dari keluarga harmonis, jadi itu nggak mungkin. Lagian kan pemeran utamanya laki-laki semua. Atau terinspirasi dari saudaranya lagi? Kalau iya turut berduka cita deh.

Saat lampu sudah berubah hijau aeri buru-buru berlari kecil. Langit mulai gelap dan gerimis juga mulai deras, aeri pasrah. Jika basah yasudah tidak apa-apa, mungkin dia akan mengeluh sedikit.

BRAK!

Aeri terpental setelah sebuah mobil menabraknya dengan kencang. Badannya terasa sangat sakit, apalagi kepalanya. Orang-orang yang awalnya sibuk pada urusan masing-masing langsung berbondong menghampiri tubuh aeri. Mereka buru-buru menelpon ambulance agar aeri bisa langsung ditangani.

Pengendara mobil itu juga langsung kabur tanpa peduli pada aeri yang terkapar lemah. Mata nya mulai berangsur-angsur memburam, aeri pasrah jika memang ini sudah takdirnya untuk mati. Toh, tidak ada hal apapun yang membuat aeri berat untuk tinggal.

'Good bay world'










"KAK JIJEL BANGUN!" Gisell terbangun dengan jantung yang berdetak tidak karuan. Dia memegang dadanya.

"Kok gue masih hidup?!" Syok aeri meraba tubuhnya setelah berhasil menyadarkan diri. Dia melihat ke arah sekitar, disini bukan rumah sakit, bukan rumahnya, bukan kamarnya, bukan kamar karin, dan bukan tempat yang ia kenal.

Dia melihat ke arah dua laki-laki yang juga sedang melihatnya dengan tatapan heran.

"Kalian siapa?!!" Tanya gisell sambil melindungi tubuhnya menggunakan selimut.

"Tuh kan. Mulai lagi dia ngedrama, kan udah gue bilang sok nggak usah peduliin dia. Biarin dia diomelin" Sebal laki-laki yang ada diseberang pintu.

"Gue nggak peduli. Kan kak jijel udah bantuin kita kemarin biar nggak diomelin sama mama, shak" Jelas orang yang membangunkannya tadi.

"Tapi kan itu salah dia sendiri. Ngapain coba dia pecahin gelas teh kesayangan mama. Udahlah, cepet lo turun mpir! Nanti bokap lo ngamuk lagi, dia kan mo pamit" Jelas shaka lalu menarik esok agar keluar dari kamar gisell.

"Hah?"  

Aeri atau kita sebut saja sekarang gisell merenung, sebenarnya ini kenapa?










MisunderstandingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang