adiknya kak jijel

93 13 2
                                    

"Katanya udah di diobatin, bohong aja lo" Kesal gisell memukul pundak shaka.

Gisell dan shaka saat ini dalam perjalanan pulang, walau sempat ada drama sedikit karena gisell tidak mau kembali ke rumah yang katanya neraka itu. Namun karena shaka mengeluarkan tatapan memelas seperti anak kucing, yang seperti kita tau itu adalah kelemahan gisell, jadi gisell menurut.

"Gue buru-buru ini ya cari lo, terus pas bang sho kasih tau lo sama dia, gue istirahat dulu lah, cape. Niatnya tadi mau sekalian beli obat luka sama salep, tapi males. Yaudah gini aja" Jawab shaka mengedikan bahunya.

"Utamakan diri sendiri! Emang mau nambah sakit?" Omel gisell memukul shaka lagi.

Shaka menunduk menatap bayangan dirinya pada jalanan. Mengingat kejadian tadi rasanya tubuh shaka masih gemetar, apalagi kejadian tian yang menampar gisell. Sudah sangat jelas membekas dalam ingatan shaka, dan itu membuat shaka tambah memikirkan kakak tirinya.

Dari semua hal yang terjadi dalam hidupnya, shaka sangat menyesal karena telah menjadi seorang pengecut. Pengecut yang bahkan tidak dapat membela gisell padahal gisell sendiri sedang membela shaka dan esok. Sendirian.

"Jangan bengong, nanti kerasukan aja"

"Kak, lo nggak benci gue sama esok kan??" Tanya shaka menarik ujung baju milik gisell.

Mata nya memerah, membayangkan gisell akan mengatakan yang ada dalam pikirannya.

"Ngapain? Lo tuh kadang gemesin ya! Ayo pulang dulu baru kita lanjut ngobrol. Tapi shak, apa yang lo bilang sama kayak apa yang gue pikirin. Jadi artinya kita sama-sama khawatir padahal nggak kan?"

Shaka mengangguk. Gisell mengelus kepala shaka dan menggandeng adiknya itu di sepanjang jalan. Menikmati senyap malam dan semilir angin sejuk, saling menetralkan pikiran masing-masing.

"Kak!! Kok belum pulang?? Udah jam berapa ini!!" Teriak esok menggowes sepedanya dengan kecepatan maksimal. Ia menghampiri gisell dan mengecek tubuh gisell dengan teliti.

"Oke. Bang sho lulus dari amukan gue, karena udah ngurusin kanjeng ratu dengan baik!! Ayo naik sepeda biar cepet, si shaka kita tinggal" Esok menarik gisell untuk naik pada jok belakang dan benar-benar meninggalkan shaka sendirian.

Shaka termenung menatap sepeda esok yang semakin jauh dari pandangannya, sial sekali kembarannya itu! Shaka sedang lelah malah ditinggal sendiri dan disuruh mandiri. Memang budiman yang beradab.






"Wey, lo kok keluar? Tadi kan gue suruh tunggu sini, nanti kalau lo kayak tadi dijalan gimana? Mampus dah sesek sendiri" Omel shaka merasa jengkel dengan sikap tak dengar esok.

"Nggak betah gue, udah jangan dibahas" Pinta esok.

Gisell memicingkan matanya, kali ini apa yang si kembar rencanakan dibelakang dirinya. Gisell meletakan kotak obat dengan keras, membuat dua orang itu terperangah dan meneguk ludah nya.

"Siapa yang mau duluan?" Tanya nya menatap si kembar secara bergantian. Esok mendorong shaka untuk di obati, karena esok merasa tidak perlu. Kan tadi sudah.

"Jadi anu kak, mau bahas yang tadi kan?" Tanya shaka mengecilkan suaranya.

"Bahas paan?" Penasaran esok.

"Gue benci sama kalian berdua?" Esok menatap gisell dengan terkejut. Dia melengkungkan mulutnya kebawah, dan menatap gisell dengan sedih.

"Itu pertanyaan ya piscok, bukan pernyataan!" Gemas gisell mencubit hidung esok.

"Makanya dengerin! Bolot si lo" Ledek shaka.

"Diem kamu codet"

"Jadi gimana? Enggak kan? Bilang enggak ayo, biar adek nggak tantrum!! Cepat bilang tidak, atau aku hancurkan bumi!" Pinta esok mengguncang tubuh gisell ke kanan dan ke kiri. Membuat wajah shaka cemong karena obat merah.

"Lo gue buang ya! Ini wim sok!! Serius dikit kek" Kesal gisell memukul lengan esok untuk tenang. Padahal sudah jelas ini waktu indonesia mengsedih, tapi esok malah mereok.

"Lo milih bersihin muka gue, atau gue gantung lo di balkon?" Tanya shaka membuat esok tertawa dan mengelap obat merah pada wajah tampan shaka.

"Gue nggak benci kalian, kalian itu adik kesayangan gue yang ngeselin dan gemesin. Jadi jangan benci gue juga karena udah jadi kakak yang serabutan gini. Walaupun gue gagal di masa depan, gue harap kalian nggak benci sama gue. Gue cuma punya kalian sebagai keluarga gue. Gue mau kita tetap rukun, mengingat kejadian tadi. Kita kesampingkan masalah orang tua kita ya? Kalian mau kan tetep jadi adek gue yang rusuh dan ngeselin?" Pinta gisell menatap esok dan shaka dengan air mata berlinang.

Perasaan gisell kembali berkecamuk, jika saja gisell memiliki kekuatan super, gisell akan memusnahkan semua orang yang jahat kepada kedua adiknya. Ada pribahasa yang mengatakan, darah lebih kental dari pada air. Gisell tidak percaya dengan itu, karena kenyataannya ayah nya tidak seperti ayah nya.

Walaupun tidak sedarah, tapi gisell dapat merasakan tawa bahagia bersama esok dan shaka. Mereka memang sempat berada di suasana yang dingin, namun itu cepat berlalu karena kenyataannya mereka saling mengayomi satu sama lain dari jauh.

Shaka mengangguk dan menghambur ke dalam pelukan gisell. Dia terisak dan menumpahkan air matanya yang tertahan sejak tadi, karena sejati nya shaka dawyn dilahirkan menjadi orang yang gampang terbawa suasana dan perasa.

"Kak, maafin gue. Maafin karena gue nggak bisa apa-apa lagi kali ini, gue minta maaf" Esok terisak, rasanya sangat sesak karena kali ini pun dia hanya bisa diam. Selalu seperti ini, dan esok selalu menyalahkan diri nya sendiri.

"Gapapa esok, bukan salah lo. Jangan minta maaf" Balas gisell mengusap pundak esok.

Mereka bertiga menangis disepanjang malam. Saling merangkul dan mengucapkan banyak kata maaf dan terima kasih. Mengesampingkan gengsi, dan saling mengucapkan kata sayang satu sama lain tidak seperti biasa.

Ingatkan mereka untuk tidak saling canggung besok pagi. Karena memang malam itu waktu rawan manusia, semua hal akan disampaikan tanpa berpikir panjang.

'Gisell maaf, gue harap lo nggak akan balik lagi. Karena gue udah terlanjur nyaman dan sayang sama mereka'

MisunderstandingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang