Esok memeluk shaka dengan erat, rengekan terus keluar dari mulut esok namun shaka tidak peduli.
"Dengerin abang lu shak, lu di rumah aja! Gue mimpi tadi lu ketabrak motor terus mati!!" Pinta esok masih memeluk shaka.
"Mimpi doang! Gue mau sekolah jangan lo menjerumuskan gue ke jalan kesesatan ya asu" Omel shaka memukul kepala esok dengan kesal.
"Nggak boleh!! Mimpi gue tuh nggak pernah salah shak, jangan sekolah duluuu" Rengek esok dengan memelas.
"Najis, gausah begitu geli gue. Lepas nggak? Atau gue bogem lo biar tau rasa" Ancam shaka sambil mengepal tangannya.
Esok terpaksa melepaskan pelukannya dan berjalan mundur perlahan. Bogeman shaka itu tidak main-main rasanya, esok masih trauma.
"Jangan main dipinggir jalan, kalau nyebrang liat-liat, jangan ngebut, jangan nyalip-"
"Iya!! Gue bukan anak kecil ya, gue tau! Gue bisa jaga diri! Lo siap-siap aja sono, udah jam segini belum rapih. Gue ramal nanti kita beda kelas, gue bakal masuk kelas unggulan sendiri" Kata shaka memegang kepalanya pening.
Dikira shaka anak kecil yang tidak tau peraturan lalu lintas? Esok kalau cerewet nyebelin maximal. Terus, mereka kan udah janji mau mau masuk kelas unggulan bareng-bareng. Tapi esok sendiri tidak ada usaha nya, kerjaannya selalu nunda-nunda waktu. Kalau sudah beda kelas, nangis sendiri nanti.
"Iya nihh gue rapih-rapih. Jangan jalan duluan yaa shaka adikku tersayang" Pinta esok sambil mengambil handuk baru dari dalam lemari.
"Tergantung bang sho jalannya kapan"
"Pwiss, tungguin. Bang sho kan gimana kak jijel" Pinta esok mengedip-ngedipkan matanya.
"Iya iya" Pasrah shaka. Esok berseru senang, ia mencium pipi shaka dan buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.
"ASU LO!" Teriak shaka mengusap pipi nya dengan jijik.
Ingatkan shaka untuk tidak membunuh esok, karena esok adalah kembarannya sendiri.
°°°°°°
Shaka mengusap wajah nya jenuh, ia sedang mengisi waktu luang dengan belajar di perpustakaan. Sebenarnya shaka bukan anak yang ambis, tapi dikarenakan ini sudah mendekati akhir semester, shaka jadi banyak belajar untuk mempersiapkan diri. Shaka ingin masuk kelas unggulan agar lebih mudah mendapat jalur undangan untuk kuliah nanti.
Kepala shaka rasanya ingin meledak melihat lembaran soal matematika. Esok saja bisa terkapar lemas jika sudah berurusan dengan matematika, memang se mematikan itu matematika.
"Wuih rajin juga" Sindir willo duduk pada bangku sebelah shaka.
Shaka memutar bola matanya, "duduk ditempat lain kan bisa"
"Terserah gue, Lagian gue emang biasa duduk disini ya" Willo mendengus dan mulai mengerjakan soal-soal dengan semangat.
Semangat nya langsung membara begitu melihat soal matematika yang guru les nya berikan kemarin. Memang di dunia ini yang bisa meredakan stress willo hanyalah rumus-rumus menggemaskan yang selalu menyita perhatian willo.
Willo bersenandung kecil, ia akan tersenyum setiap berhasil menyelesaikan soal yang terbilang mudah itu. Baginya.
Shaka memperhatikan willo yang sedang sumringah lebar, ia mengintip soal yang sedang willo kerjakan dengan antusias itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misunderstanding
General FictionMasuk ke dunia novel dan jadi antagonis, sudah biasa. Tapi nyangka nggak si, kalau seorang aeri harus jadi antagonis di novel bl. Ini semua berawal dari karin, sohib absurd aeri yang mendadak gabut bikin novel bl. Entah ke sialan apa yang menimpa ga...