Upacara

462 22 6
                                    

"Kak, ayo buruan naik" Ucap Tari yang menatap ke arah Dea.

"Dek beneran kita sekolah pakai motor sport kamu, nggak takut jatuh?" Ucap Dea yang menatap kearah adiknya yang tampak begitu keren sekarang.

"Kakak nggak percaya sama adek? Lagian nggak akan mungkin adek ngebiarin kakak kenapa - kenapa. Udah buruan naik kak, ini hari Senin jalanan pasti macet. Kakak nggak mau kan kita sampai telat?" Ucap Tari

"Iya udah deh ayo, tapi jangan ngebut - ngebut ya sayang" ucap Dea

"Siap sugar mommy ku" ucap Tari terkekeh kemudian melajukan motornya dengan cukup santai

Di sepanjang perjalanan Dea terus memeluk adik angkatnya, bukan karena dia takut jatuh melainkan karena dia begitu nyaman dengan hal - hal yang baru yang selalu di lakukan bersama dengan Tari.

***

Sesampainya di sekolah Tari dan Dea sudah berada di parkiran motor, di mana ternyata Indah juga sudah berada di sana memperhatikan mereka. Apalagi di saat Tari melepaskan helm yang di kenakan oleh Dea, sungguh pemandangan pagi yang bikin sakit mata menurut Indah.

"Manja banget sih De, buka helm aja nggak bisa" Sinis Indah

"Kenapa emangnya kalau gue nggak bisa buka helm sendiri masalahnya apa buat Lo? Lagian yang ngebukain juga bukan Lo kenapa Lo harus repot - repot segala ngurusin urusan gue" Jawab Dea

"Gue jadi kasian sama Tari, dia itu adek angkat Lo atau babu Lo si sebenernya" Tanya Indah

"Dek kakak ngerepotin kamu banget ya?" tanya Dea menatap Tari. Namun justru mendapat gelengan dari Tari

"Kamu merasa jadi babu kakak?" Tanya Dea kembali.

"Hmmm.. Kakak ku yang cantik, sini dengerin ucapan adik angkatmu ini ya" tutur Tari dengan sedikit mengeraskan suaranya.

"Kakak itu kakak angkatnya adek, jadi wajar kalau salah satu dari kita ingin saling manja ke kakak ataupun ke adiknya. Bukan karena kakak yang lebih tua jadi kakak nggak boleh manja atau hanya aku yang boleh sama kakak. Sebagai saudara kita itu saling membantu, jadi nggak ada istilah merepotkan. Merepotkan itu kalau kakak minta tolongnya sama orang lain, jadi selagi adek bisa lebih baik kakak minta tolongnya sama adek aja. Biar nggak jadi beban bagi orang lain. Oke" Ucap Tari yang mencubit gemas pipi kakaknya.

"Udah dengar belum jawaban adek gue" tanya Dea sembari menatap ke arah Indah

"Lo nggak mau jadi adek angkat gue aja Tar, selain kita bisa saling membantu, kita juga bisa saling menghangatkan Lo" Ujar Indah yang tatapannya tak lepas dari bibir sexy Tari

"Kalau untuk menghangatkan, sebentar lagi kita upacara berjemur di tengah lapangan aja udah hangat kok kak" jawab Tari singkat.

Sebenernya Tari ingin sekali mentertawakan Indah. Dia belum tau saja kelakuan kakak angkat ++ nya ini, selain menghangatkan dia juga sudah tidak di ragukan lagi dalam urusan ranjang, bahkan sampai sekarang Tari masih ingat betul bagaimana rasanya seorang Dea Apriyanti memakannya Sampai dia kesulitan berjalan.

"Udah deh, gue yakin karena ada Dea aja Lo ngomong kayak gitu. Nanti deh kita ulang ciuman panas kita lagi" ucap Indah yang berjalan ke arah Tari dan ingin mengusap bibir Tari namun dengan cepat di tahan oleh Tari. Karena bisa bahaya kalau benar - benar terulang lagi. Pawangnya bakalan ngamuk, bisa - bisa nggak dapat jatah.

"Kak, aku kesekolah karena aku ingin belajar, jadi aku minta sama kakak. Tolong jaga perilaku kakak, jangan kayak gini kak" ucap Tari kemudian melepaskan tangan Indah.

"Apa Lo nggak ingat kebaikan gue sama Lo Tari, gue yang bantuin Lo. Bukannya kakak angkat Lo itu"  ucap Tari sambil menunjuk wajah Indah.

"Kak, aku sangat berterima kasih karena kakak udah banyak bantu aku selama ini, tapi kalau aku tau bantuan yang Kakak kasih akan terus di ungkit kembali lebih baik aku memilih kalau tidak di bantu sama sekali. Aku masih menghargai kakak sebagai kakak kelasku, jadi tolong jaga sopan santun kakak. Sekali lagi aku melihat telunjuk kakak yang cantik itu berada tepat di wajah kakak ku, maka jangan salahkan aku kalau mungkin esok dia sudah tak menjadi lurus lagi" ucap Tari menatap tajam ke arah Indah.

Indah sendiri sedikit takut ketika melihat tatapan mata Tari yang cukup menyeramkan. Tapi justru ini lah yang membuatnya senang dan tambah bersemangat untuk menjadikan Tari adik angkatnya atau bahkan mungkin kekasihnya, karena kalau di perhatikan Tari itu cukup tampan dan punya pesona tersendiri.

"Ayo kak, kita masuk kekelas" ucap Tari kepada Dea

"Dek, sepertinya kakak lupa bawa topi deh" Ucap Dea yang memeriksa tasnya.

"Tenang udah adek siapin" ucap Tari yang kemudian mengeluarkan Topi dari dalam tasnya. Sebenernya itu topi milik Tari, namun Tari tak ingin kalau nanti kakaknya itu di hukum.

***

Pada saat upacara di mulai, kini para siswa - siswi SMA 1 Airlangga berkumpul di tengah lapangan, dan seperti biasa untuk murid yang terlambat dan atribut sekolahnya tidak lengkap akan di suruh bikin barisannya tersendiri.

"Tari, Lo nggak pakai Topi" tanya Indah yang kini tengah mengontrol barisan dan melihat kelengkapan atributnya.

"Topi Lo, pasti Lo kasih ke Dea kan. Gue heran sama Lo bego bener si. Mau aja di manfaatin sama Dea" Ucap Indah sinis

"Bagus dong kak, tandanya aku bisa jadi manusia bermanfaat buat kakak ku" ucap Tari kemudian berjalan menuju ke barisan paling pojok tanpa harus menunggu Indah terlebih dahulu. Karena dia cukup malas jika berurusan dengan Indah.

Sementara Dea menatap ke arah adiknya yang sedang berjalan kearah barisan yang berisi siswa - siswi yang atributnya tidak lengkap. Dea sama sekali tak habis pikir ternyata adiknya itu justru memberikan topinya untuk Dea. Dea pikir kalau Tari itu punya dua topi. Sebegitu sayangnya kah Tari dengannya.

"Kenapa Lo nggak ambil aja si Topi Lo di Dea, jadi Lo nggak perlu report - report kepanasan dan pasti Lo akan di hukum nanti selesai upacara" Ujar Indah kembali yang kini berada di belakang Tari

"Panas pagi itu sehat kak, jadi pakai topi atau nggak pakai topi nggak masalah. Kalau soal hukuman, kakak nggak usah khawatir karena nanti yang bakalan di hukum juga aku kan bukannya kakak. Jangan kan sekedar hukuman kak, aku bahkan siap ngelakuin apa aja agar bisa melindungi kak Dea. Jadi kakak jangan coba - coba mengusiknya" ucap Tari kemudian langsung masuk di barisannya.

"Gue heran sama Tari, dia itu terlalu bodoh atau kayak gimana. Mau - maunya di bodohi oleh Dea. Bahkan mungkin dia rela di hukum buat Dea. Pacarnya Dea aja nggak sebodoh dia" batin Indah menggerutu dan kembali ke barisannya sendiri yang ternyata kini tepat di samping Dea.

"Lo nggak lihat De, adik Lo berdiri di pojokan sana karena Lo" ucap Indah sinis

"Gue lihat kok" ucap Dea santai

"Lo enak - enakan baris dengan nyaman di tempat yang teduh, sementara Tari berdiri di tempat yang panas" ucap Indah

"Bukannya Lo yang menyarankan sama dia untuk mencari kehangatan, dan sekarang dia sudah berdiri di sana untuk menghangatkan tubuhnya. Bukan kah panas pagi bagus untuk kesehatan" Ucap Dea

"Bodoh, kehangatan yang gue maksud itu bukan berdiri di lapangan" Kesal Indah

Pesona Kakak AngkatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang