Restoran

523 25 0
                                    

"Dek ayo kita masuk ke ruangan kakak aja" Ajak Dea

"Ya udah, ayo" Ucap Tari

"Pak Boby, nanti tolong bawakan makanan dan juga minuman ke ruangan saya ya" Perintah Dea

"Baik kak, seperti biasakan kak?" Tanya pak Boby

"Iya seperti biasa" jawab Dea kemudian berlalu bersama Tari.

***

Sesampainya di dalam ruangan Dea menyandarkan kepalanya di bahu Tari. Kepalanya terasa begitu pusing memikirkan masalah hidupnya yang tidak ada habis - habisnya.

"Pusing kah ?" Tanya Tari menatap Dea

"Iya, pusing banget. Rasanya mau pecah" Jawab Dea

"Inilah definisi yang dinamakan ada kepala pusing, nggak ada kepala serem" Ucap Tari sembari memindahkan kepala kakaknya di pangkuannya dan memijat kepala kakaknya

"Sayang, kamu kalau marah menyeramkan banget tau" Ucap Dea menatap ke arah Tari

"Benarkah, tapi nggak lebih menyeramkan dari pada marahnya seseorang yang sampai membuat aku kesulitan untuk berjalan" Ujar Tari

"Kamu nyindir kakak atau gimana?" tanya Dea

"Hehehe, mau banget ya di sindir oleh adeknya". Goda Tari

"Makasih ya, lagi - lagi kamu selalu ada untuk kakak" Ucap Dea

"Udah adek bilangan, jangan bilang makasih terus. Karena itu sudah tugas adek" Jawab Tari

"Tapi karena kakak, kamu jadi bolos sekolah kayak gini. Kakak sungguh membawa pengaruh negatif ya buat kamu" Ucap Dea sembari memejamkan matanya.

"Udah jangan bilang yang aneh - aneh kak, adek nggak suka. Sekali lagi kakak bilang kayak gitu adek marah sama kakak" Kesal Tari

"Maaf ya" Jawab Dea.

Tok.. Tok.. Tok..

"Masuk" Ucap Dea namun tak beranjak dari pangkuan Tari

Pak Boby baru kali ini melihat tingkah manja dari Bosnya itu, yang sedang berada di pangkuan temannya. Bos yang biasanya cuek, Namun hari ini tampak begitu berbeda, ternyata Dea menyembunyikan begitu banyak luka selama ini. Apalagi melihat kelakuan orang tua Dea ternyata Dea tidak seberuntung apa yang dia kira.

"Kak, ini makanannya" Ucap Pak Boby yang tak berhenti menatap ke arah Dea dan sesekali menatap ke arah Paha putih mulus Dea karena rok Dea yang sedikit terangkat ke atas. Namun hal itu di sadari oleh Tari.

Tari langsung mengambil bantal dan menutup paha Dea.

"Tolong jaga baik - baik mata Anda, karena itu bukanlah hal yang sopan jika menatap atasan seperti itu" Tegur Tari dengan suara dingin

"Ehhh.. Maaf kak, saya tidak bermaksud" Ucap pak Boby

"Kalau tidak ada yang kakak butuhkan lagi saya permisi" Ucap Pak Boby meninggalkan ruangan Dea.

***

Dea yang mendengar itupun langsung membuka matanya dan mendongak ke atas menatap adiknya.

"Dia kenapa sayang?" Tanya Dea

"Kamu nggak sadar, dia dari tadi ngelihat paha kamu sampai nggak berhenti lagi berkedip. Lagian kenapa paha nya pake di buka - buka segala, mau banget di tunjukin sama orang lain" Ucap Tari kesal

"Ya aku lupa kalau ini masih di restoran sayang, biasanya juga kan malah nggak pakai baju sama sekali kalau sama kamu" Ucap Dea menggoda

"Udah buruan makan, setelah itu minum obat" ucap Tari

"Maunya di suapin sayang" Jawab Dea sembari membenamkan wajahnya di perut adiknya

"Mau kesel tapi nggak bisa marah" Ucap Tari

"Jangan ngambek lagi dong sayang, lagian ini semua kan punya kamu" Ujar Dea

"Karena itu semua punya aku, mangkanya aku jaga kak" Ucap Tari yang kemudian membantu Dea untuk duduk.

Di hadapan mereka kini sudah ada berbagai macam jenis makanan, namunTari tak terlalu suka karena di hadapan mereka sama sekali tak ada makanan yang berkuah satupun. Siang ini dia butuh makanan yang berkuah agar bisa menghilangkan sedikit pusing di kepalanya.

"Kak, adek mau pesan makanan yang berkuah boleh nggak?" Tanya Tari menatap kearah Dea

"Boleh, kakak telpon pak Boby sebentar. Biar di buatkan" ucap Dea yang hendak mengambil ponselnya.

"Nggak kak, adek mau pesen langsung aja di dapur. Sekalian mau lihat - lihat boleh?" Tanya Tari

Sungguh Tari sangat kesal kalau Pak Boby kembali ke dalam ruangan ini apalagi melihat tatapan nafsu ke arah kakaknya. Rasanya ingin sekali mencongkel kedua matanya agar tidak jelalatan lagi.

"Kamu ninggalin kakak di sini ?" Tanya Dea sembari mengerucutkan bibirnya

"Nggak akan lama sayang, kan cuma pesen makan doang" Ucap Tari kemudian mengecup kening kakaknya.

"Yaudah jangan lama - lama, awas aja kamu godain karyawan kakak. Habis nanti kamu" Ucap Dea menatap tajam

"Mau dong di habisin" Jawab Tari yang kemudian berlari meninggalkan ruangan Dea.

Di saat perjalanan menuju dapur, tak sengaja Tari mendengar percakapan karyawan Dea yang sedang membicarakan kejadian yang tadi pagi.

"Gila, gue nggak nyangka sama kakak bos. Ternyata perjalanan hidupnya nggak seperti yang gue kira. Gue pikir dengan kita menjadi kaya, kita bisa hidup bahagia. Tapi nyatanya tidak seperti itu" Ucap Karyawan A

"Bener, kak Dea juga gimana ya. Meskipun orang tuanya salah tapi tetap aja dia nggak boleh kasar sama orang tuanya. Kalau nggak ada orang tua dia, dia juga nggak bakalan ada di dunia ini" Ucap Karyawan B

"Iya juga si, padahal papanya cuma minta uang yang nggak seberapa bagi kak Dea. Tapi kak Dea nggak mau tu bantu orang tuanya" Ucap Karyawan A kembali

"Eheeeeeem" Suara deheman Tari membuat mereka terkejut

"Apa begini cara kerja kalian ? Bukankah kalian di sini di gaji untuk bekerja, bukan di gaji untuk mengomentari bagaimana kehidupan bos kalian. Kalau kalian tidak tahu apapun tentang kehidupan bos kalian, kalian lebih baik diam. Nggak perlu ikut campur dengan urusannya. Kalau kalian tidak bisa terima dengan bagaimana sikap bos kalian, kalian bisa kok pergi dari tempat ini. Karena aku rasa kak Dea juga nggak butuh orang - orang yang kerajaannya cuma mengomentari kehidupannya" Ucap Tari menatap kearah karyawan itu.

"Lo ini siapanya kak Dea, sikap Lo itu kurang ajar banget. Bahkan dengan orang tua kak Dea sendiri Lo justru nggak ada sopan - santun nya" Ucap karyawan B

"Aku siapanya kak Dea itu nggak ada urusannya sama kalian dan jangan pernah menjelek - jelekan kak Dea, karena aku paling tidak suka dengan itu" Ujar Tari

"Lo nggak usah sok ngatur deh, Lo itu bukan siapa - siapa di sini" Sambung karyawan A

"Aku bukan sok ngatur kalian, aku juga bukan bos kalian. Aku memang tidak ada hak untuk itu semua, aku sama sekali tidak peduli dengan bagaimana cara kerja kalian ataupun urusan kalian. Tapi kalau yang kalian bicarakan itu adalah kak Dea, maka aku tidak akan tinggal diam. Aku tidak akan membiarkan orang lain untuk menghinanya dan membicarakan dia sesuka hati kalian. Apalagi kalau perkataan kalian itu melukai hatinya, orang tuanya saja tidak aku biarkan untuk menghinanya, apa lagi kalian ini. Yang bertahan hidup karena uang gaji darinya, aku heran dengan orang - orang seperti kalian ini, aku rasa kak Dea pun tidak pernah mengomentari hidup kalian, tetapi kalian ini justru dengan beraninya mengomentari hidup bos kalian sendiri. Apakah kalian ini sudah hebat ? Kalau kalian ingin bekerja di sini bekerja lah dengan baik, karena di sini tempat bekerja bukan tempat untuk kalian gibah" Ucap Tari meninggalkan mereka

Pesona Kakak AngkatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang