Dea Koma

295 19 2
                                    

Tuhan Beginikah caramu menghukumku

Berkali - kali dia aku kecewakan dengan sikapku

Namun haruskah sampai membuat ku menjadi begitu rapuh 

Melihat dia terbaring lemah tanpa dapat ku bantu 

Aku selalu berusaha menjadi obat penawar dari setiap dukanya

Tapi tanpa ku sadar terkadang aku yang sering kali melukainya 

Masih pantaskah aku mendapatkan maaf darinya

Setelah begitu banyak luka yang ku tancapkan di hatinya

Kehilanganmu adalah kerugian terbesarku

Menyakitimu adalah renungan kesedihanku

Mengecewakanmu adalah hal paling bodoh dalam hidupku

Karena memberikanmu rasa aman dan nyaman adalah tujuanku

Tanpa kehadiranmu hatiku hancur

Meski tubuh ini tak terlihat babak belur 

Namun hati ini campur aduk bagaikan bubur 

Karena rasa sayangku tak dapat di ukur 

*Tari Saraswati*

***

Tari kini sudah di perjalanan kembali menuju rumah sakit, namun saat mendapati jalanan yang cukup macet, tanpa sengaja Tari melihat Doni tengah berboncengan dengan seorang perempuan, bahkan perempuan itu memeluk mesra pinggang Doni.

"Lah itu bukannya si kak Doni, tapi sama siapa? Bener - bener tu cowok, pacarnya sekarang sedang sakit eh malah jalan sama cewek lain. Tapi bagus deh, nanti kasih tau kak Dea. Foto dulu kali ya biar jadi barang bukti" ucap Tari sembari mengambil beberapa foto Doni dan perempuan yang di boncengnya.

Namun pada saat Tari hendak menyimpan kembali ponselnya, justru Tari mendapat panggilan telpon dari Mamanya. Tari bergegas mengangkat panggilan telpon itu, takutnya terjadi hal - hal buruk terhadap kakaknya.

***

"Hallo Ma"

"Hallo sayang, kamu sekarang berada di mana?"

"Adek sekarang udah di jalan arah balik menuju rumah sakit Ma"

"Kamu hati - hati ya Dek, jangan ngebut - ngebut. Oh ya gimana apa respon Mama dan Papanya Dea. Apa mereka mau mendonorkan darahnya"

"Mereka malah mendoakan kak Dea agar cepat mati dari pada menyusahkan mereka"

"Orang tua macam apa sebenernya mereka itu, Mama tidak habis pikir sekali dengan kelakuan mereka. Oh ya kamu nggak perlu pikirin bagaimana kelakuan orang tua Dea, yang penting kamu tetap harus support kakak kamu dan untuk donor darah Papa dan Abang Varel sudah membantu. Mama lupa kalau mereka mempunyai golongan darah yang sama"

"Syukurlah, Mama juga kenapa tidak ngomong si. Kalau tau begitu kenapa aku harus mengunjungi dua iblis itu"

"Ya bagaimanapun jahatnya orang tua, mereka harus tetap tau keadaan anaknya"

"Tapi kak Dea bukan anak mereka Ma"

"Jangan sembarangan bicara dek"

"Adek serius Ma, mereka sendiri yang bilang"

"Astaga kasihan sekali anak Mama itu, yaudah kamu cepetan kesini. Soalnya Mama sebentar lagi mau pulang sama Papa dan juga Abang kamu"

"Iya siap komandan"

****

Tari merasa sedikit Lega sekarang karena ternyata Papa dan Abangnya sudah membantu mendonorkan darahnya untuk kak Dea, meskipun dia sedikit kecewa kenapa harus darah orang lain yang mengalir di dalam darah kakaknya. Tapi sekarang yang terpenting kakaknya selamat dan mampu melewati masa kritisnya.

Pesona Kakak AngkatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang