Sepulang dari sekolah, Tari tidak berhenti keluar masuk toilet. Perutnya benar - benar sakit sekarang. Bahkan Dea melihatnya menjadi kasihan sendiri melihat adiknya kesakitan seperti itu.
"Kak, perut adek sakit banget kak" Ucap Tari yang kini berjalan lemah, pasalnya sudah lebih dari sepuluh kali Tari keluar masuk toilet, bahkan baju sekolah yang di kenakannya kini sudah basah.
"Kakak kan sudah bilang tadi, makan rujaknya jangan banyak - banyak. Sekarang jadi susah sendiri kan" Omel Dea.
"Kita ke rumah sakit aja yuk" ajak Dea yang tampak khawatir dengan adiknya.
"Gimana mau kerumah sakit kak, yang ada nanti adek cepirit di jalan" Ucap Tari kemudian berlari ke kamar mandi lagi.
"Kan kita bisa pake pampers dek, kalau kamu mau" Jawab Dea
"Adek bukan balita ya kak yang masih pake pampers" Teriak Tari dalam toilet
"Bukan balita kok masih nenen. Yaudah kakak panggil dokter aja ke sini ya" Ucap Dea yang kemudian membuatkan adiknya teh hangat.
"Iya kak, badan adek beneran lemes banget ini" Ucap Tari yang merebahkan diri di atas kasur.
***
Setelah kurang lebih 15 menit Dokter pun tiba dan memeriksa Tari. Bahkan Tari kini sudah tertidur lelap berkat suntik vitamin dan obat - obatan yang telah di berikan Dokter.
Deapun mengganti pakaian Tari, karena seragam sekolah Tari sudah basah dan menyelimuti tubuh adiknya itu, Dea mengambil tisu dan membersihkan keringat - keringat Tari.
Sungguh Dea merasa benar - benar beruntung bisa mendapatkan sosok seperti Tari di dalam hidupnya.
***
Aku mengenalmu tanpa sengaja
Berawal dari saling sapa
Hingga akhirnya kita bertukar cerita
Bahkan kini saling jatuh cinta
Kau tak tau seberapa dalam lukaku
Kau tak tau sehancur apa mentalku
Kau tak tau selelah apa batinku
Bahkan kau tak tau seberapa kelam masa laluku
Dulu aku seringkali berpura - pura bahagia
Ketika bibir ini seolah tertawa namun di iringi dengan tetesan airmata
Hati mana yang tak sakit dan kecewa
Jika lelahnya perjuangan tak ada satupun yang merasa bangga
Namun semua berubah di saat dirimu hadir
Senyum yang luntur kini kembali terukir
Namun bolehkah aku khawatir
Apakah kita akan tetap bersama hingga akhir
Aku bahagia saat kau di sampingku
Menjadi penguat di kalah rapuh ku
Menjadi obat di kala sakitku
Menjadi pelindung saat badai menghantamku
Tak bisa ku bayangkan bagaimana aku tanpamu
Jika zona nyaman ku adalah dirimu
Aku bisa menghadapi kesakitan dalam hidupku
Tapi aku tidak bisa kamu meninggalkan ku..
*Dea Apriyanti*
***
"Enghhhhhhhhh" Tari perlahan membuka matanya
Namun Tari terkejut ketika melihat kakaknya kini tengah menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Kakak Angkatku
RomanceSiapa yang menyangka bermula dari sekedar Adik dan kakak angkat namun akhirnya muncul benih - benih cinta di hati mereka.