Dea Kritis

418 26 2
                                    

Tari langsung berlari memeluk tubuh Dea yang sudah tak sadarkan diri. Bahkan kini kepala Dea sudah mengeluarkan banyak darah.

"Kakkkkkkkkk"

"Bangun kakkkkk"

Mobil yang menabrak Dea sekarang sudah kabur ntah kemana sedangkan Saputra yang sedari tadi bersama Tari juga ikut mengejar Tari. Karena Saputra sendiri penasaran kenapa Tari ingin buru - buru pergi.

Langkah Saputra langsung mendekat ke arah Tari dimana Tari sekarang tengah menangis begitu hebat, Saputra sangat terkejut saat mengetahui sosok siapa yang berada di dalam pelukan Tari bahkan darahnya sudah mengalir kemana - mana.

"Astaga Tari, kak Dea kenapa?" Tanya Saputra yang beranjak mendekat kearah Tari

"Putra, tolong kak Dea Put. Aku sangat takut kak Dea kenapa - kenapa" ucap Tari dengan tangisan yang sangat lirih.

"Kamu tunggu di sini sebentar, aku telpon ambulance dulu" Ucap Saputra

Saputra langsung menelpon ambulance, sehingga tak berapa lama suara sirine ambulance terdengar.

Beberapa petugas ambulance dengan sigap segera membawa Dea kerumah sakit, dan di dalam ambulance sendiri Tari menggenggam erat tangan kakaknya sembari memanjatkan Doa untuk kakak kesayangannya.

"Lagi - lagi kau mengecewakan Tari" batin Tari

"Kak bertahanlah kak, aku tau kakak itu kuat, kakak bukan orang yang lemah, jangan diam saja seperti ini kak. Adek nggak suka melihat kakak terbaring lemah seperti ini kak. Lebih baik kakak memarahi adek, memakai adek kak. Adek terima kak" Ucap Tari dengan air mata yang terus mengalir

"Tenanglah Tari, kita sebentar lagi akan tiba di rumah sakit, kamu harus tenang dan tetap doakan semoga tidak terjadi apa - apa sama kak Dea" ujar Saputra mencoba menenangkan Tari

Baru kali ini Saputra melihat sosok Tari yang begitu rapuh, dan Tari tak berhenti menangisi kakaknya. Saputra sendiri paham kalau Tari sudah lama menginginkan punya sosok kakak perempuan. Jadi mungkin karena itu ketika melihat sosok Dea terbaring lemah, Tari sangat mengkhawatirkan Dea.

Beberapa alat medis yang seadanya sudah menancap di tubuh Dea, bahkan luka di kepala Dea akibat benturan tak henti - hentinya terus mengeluarkan banyak darah. Sehingga hal itu bisa saja membuat Dea kekurangan darah nantinya.

Sesampainya mereka di rumah sakit perawat segera berhamburan menghampiri mobil ambulance dan langsung membawa Dea masuk kedalam rumah sakit untuk di beri perawatan medis lebih lanjut lagi.

Tari sangat mencemaskan keadaannya, namun Saputra mencoba menenangkan Tari yang tak berhenti menangis dan menyalahkan dirinya sendiri.

Kringgg... Kringgg 

Ponsel Tari berbunyi, saat mendapat panggilan telpon dari mamanya.

***

"Hallo Tari, kalian sekarang berada di mana. Kenapa sudah hampir jam tujuh malam kalian belum juga kembali ?" 

"Ma..."

"Tari, kamu kenapa. Kalian baik - baik saja kan"

"Kak Dea Ma"

"Kenapa dengan Kakak kamu Tari"

"Kak Dea Ma"

Tari terjatuh pingsan, bahkan Tari sendiri tak dapat melanjutkan panggilan telpon dengan Mamanya. Namun dengan sigap Saputra menangkap tubuh Tari.

Sedangkan Mamanya Tari mencemaskan anaknya yang terdengar sedang menangis"

"Hallo Tari "

"Tari kamu mendengar Mama atau tidak Tari"

Pesona Kakak AngkatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang