Berdarah

466 32 1
                                    

Dea dan Tari kini sudah berada di kontrakan milik Dea, setelah sebelumnya mereka kembali kebutik untuk melepas pakaian adat yang di kenakan Dea tadi.

"Kamu mau makan apa sayang?" Tanya Dea

"Hmpppp.. Makan kakak aja gimana boleh nggak ?" Tanya Tari yang kini memeluk erat kakaknya dari belakang

"Kakak ini bukan makanan sayang dan lagian kalau makan kakak juga nggak bikin kamu kenyang" Ucap Dea kemudian berbalik menghadap Tari dan mengalungkan tangannya di leher Tari.

"Adek kangen banget sama kakak" Ucap Tari yang tak kuasa menahan air matanya.

"Kakak juga kangen banget sama kamu" Ucap Dea yang mengusap air mata Tari.

Chupppppp

Chuuuuppp

Dea mengecup kedua kelopak mata Tari, Dea benar - benar merasa kalau Tari sangat menyayangi Dea.

"Kenapa jadi cengeng banget si sekarang?" Ledek Dea kemudian mencubit pipi adiknya yang mulai tirus

"Adek beneran takut kalau kakak ninggalin adek, adek sayang banget sama kakak. Bahkan adek lemah banget jika harus berurusan dengan kakak. Jangan pernah minta adek untuk pergi lagi ya kak" Ucap Tari

"Bukannya yang seharusnya merasa takut kehilangan kamu itu seharusnya kakak, karena kamu aja banget yang suka sama adik kakak ini" Ucap Dea kemudian mengelus pipi Tari

"Kok jadi tirus kayak gini" Ucap Dea kembali

"Gimana nggak tirus orang nggak ada yang ngurus. Mana juga kakak nggak dapat asupan dari kakak, tiap hari kepikiran kakak terus" keluh Tari dengan Dea

"Kak, jangan tinggalin adek lagi ya kak" Pinta Tari kepada Dea

"Emang kapan ninggalin kamu ?" Tanya Dea

"Kemarin, kakak bilang melepaskan adek dan kakak nggak mau berhubungan lagi sama kakak. Kakak tau nggak, selama dua hari itu adek kurang tidur karena mikirin kakak. Adek khawatir sama kakak, nyari ke kosan kakak tapi kakak nggak ada, coba tanya ke karyawan di restoran kakak tapi mereka bilang kakak nggak kesana - kesana. Sedangkan kalau di sekolah adek sibuk di tuntut buat Mading, adek ngerjainnya lembur, eh malah di tiru sama anggota Mading kelas kakak. Padahal adek bikinnya kadang sampai lupa makan, supaya cepat selesai dan bisa ketemu kakak lagi" Ucap Tari mengadu

"Kakak, sengaja nggak ganggu kamu selama beberapa hari ini karena kakak ingin melihat seberapa keras usaha orang - orang yang merebut kamu dari kakak. Kakak selama ini tahu kalau orang - orang itu menyukai kamu, tapi kamu selalu beralasan mereka itu yang guru, yang teman, dan juga karena kamu ada hutang budi. Kamu memang selalu peka dengan orang - orang yang ingin menyakiti kakak, tapi kamu sendiri kurang peka terhadap orang yang menyukai kamu dan bisa saja melukai perasaan kakak. Lagian kakak juga ingin memberi mereka kesempatan agar bisa dekat dengan kamu. Tapi tampaknya tak ada yang berhasil" Ucap Dea

"Tapi cara kakak nyakitin adek" Ujar Tari

"Lebih sakit mana dengan kakak dek, Mata kamu ini bahkan sudah ternodai dengan melihat tubuh polosnya Indah bukan. Apa kakak kurang buat kamu sampai kamu begitu penasaran dengan tubuh jalang itu ?" Ucap Dea yang marah

"Tubuh kakak jauh lebih dari sempurna" Ucap Tari dengan cepat. Bisa gawat kalau Dea kembali ngamuk

"Kalau kakak sempurna kenapa malah lihat tubuh yang lain" Ucap Dea yang kini mulai menenggelamkan wajahnya di ceruk Leher milik Tari.

"K-kak" Ucap Tari, sungguh Tari dapat menahan godaan dari Indah, tapi Tari tak dapat menahan godaan dari kakaknya ini.

"Apa kakak kurang sexi ?" Tanya Dea yang mulai memainkan jarinya di bibir sexy milik adiknya

"Kakak sangat sexi" Jawab Tari yang  mencoba menahan debaran jantungnya.

"Atau payudara kakak kurang besar ?" tanya Dea kembali sembari meremas payudaranya sendiri

"Punya kakak yang terbaik kak" Ucap Tari yang kini menatap ke arah payudara Dea. Sungguh dia sangat rindu dengan susu gantung favoritnya itu.

"Sudah pasti kamu bosen kan sama kakak" Ucap Dea namun dengan cepat Tari melumat bibir Dea dengan begitu lembut namun seakan terdapat kerinduan di sana bahkan lagi dan lagi Tari kembali meneteskan air matanya.

"Kenapa sayang?" tanya Dea yang sudah melepas pangutan bibirnya.

"Kakak, jangan ngomong sembarangan, karena sampai kapanpun adek nggak akan pernah bosan sama kakak" Ucap Tari

"Buktikan kalau begitu" tantang Dea dengan berbisik di telinga Tari kemudian menjilat telinga Tari sehingga membuat Tari kembali meremang.

Tari langsung menggendong Dea ala bridal style menuju kamarnya dan tak lupa Dea juga mengalungkan lengan di leher Tari.

"Kakak cantik banget" Ucap Tari

"Kakak tau" Balas Dea

"Kakak sayang nggak sama aku ?" tanya Tari

"Pertanyaan Bodoh" kesal Dea dan setibanya di kamar Tari langsung mengecup bibir Dea kembali melumatnya, dan mulai mengabsen kembali rongga mulut Dea. Permainan Tari kali ini benar - benar lembut karena Tari tak ingin terlalu terburu - buru.

Suara decapan mereka kembali terdengar, bahkan Dea kini begitu agresif melumat bibir adiknya itu, dan juga tak lupa dia terus menghisap lidah adiknya yang sudah menjadi incaran untuk pemuas nafsu mereka.

"Kakkkk, udahhh beneran nggak sabar ya. Adek sampai kehabisan nafas" Ucap Tari yang kehabisan nafas. Kemudian menindih tubuh Dea agar tak bisa lepas dari Kungkungannya.

"Iya, nggak sabar di bikin mendesah sama kamu" Ucap Dea tersenyum nakal

Ciuman Tari kini turun ke leher jenjang kakaknya itu, bahkan kini sudah tak lagi terdapat tanda cinta nya di sana. Sehingga harus membuat Tari bekerja extra untuk membuat Tato macam tutul di leher kakaknya itu.

Diciumnya leher Dea, bahkan jilatan Tari berhasil membuat suara desahan Dea terdengar.

"Ahhhhhhhh.. shhhh"

Taripun menyesap leher Dea sembari memberi gigitan kecil di sana. Sedangkan tangan Tari sendiri tak tinggal diam. Perlahan namun pasti dia meremas payudara kakaknya yang kini masih terbungkus rapi.

Tangan Tari dengan lihai membuka kancing kakaknya satu persatu. Sehingga kini terpampang nyata gunung kembar yang masih terbungkus dengan bra berwarna pink yang menarik perhatian Tari.

"Kenapa di lihatin doang, lagi ngebayangin punya Indah ?" Sinis Tari

"Sembarangan, adek tu hanya lagi berpikir mau minum susu yang sebelah kanan dulu atau yang sebelah kiri dulu" Ucap Tari kemudian melepaskan kaitan bra yang masih melekat

"Kebanyakan berpikir mendingan nggak usah minum susu" kesal Dea yang kini hendak memakai bra nya kembali

Slurrrrrrpppppp

Tari menghisap puting Dea dengan begitu rakus, bahkan tangannya meremas payudara Dea dengan sedikit kasar.

"Ahhhhhh.. dekkkkkk.. hisap terussss"

Dea bahkan kini menekan kepala Tari agar tak melepaskan hisapannya, Tari mulai menjilati puting Dea dan tak lupa memberi tato di sekitar pegunungan yang indah di sana.

"Shhhhhhh.. sayyyanggggg"

Susu gantung Dea benar - benar membuat Tari rindu bahkan sangking candinya Tari susah tidur tanpa minum susu gantung milik kakaknya ini.

Cumbuan Tari perlahan turun ke bagian perut Dea, bahkan badan Dea menggelinjang hebat saat lidah - lidah Tari menari di sana.

"Shhhhhhh.. Dekkkk , ceppeetannn"

Taripun melumat bibir Dea kembali sebelum mengeksekusi kakaknya dan tangan Tari satu persatu mulai melepas celana Dea.

"Kakak" panggil Tari pelan

"Ya sayang" jawab Dea

"KAK, KAKAK BERDARAH" Ucap Tari yang seketika lemas melihat bercak darah di celana dalam Dea. Terpaksa Tari harus menahan hasratnya yang sudah di ubun - ubun.

Pesona Kakak AngkatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang