Taman

628 22 0
                                    

Menangislah

Kan kau juga manusia

Mana ada yang bisa

Berlarut - larut

Berpura - pura sempurna

Sampaikan pada jiwa yang bersedih

Begitu dingin dunia yang kau huni

Jika tak ada tempatmu kembali

Bawa lukamu biar aku obati

Tidak kah letih kakimu berlari

Ada hal yang tak mereka mengerti

Beri waktu tuk bersandar sebentar

Selama ini kau hebat

Hanya kau tak di dengar

*Ghea Indrawari  ~ Jiwa yang bersedih*

Prokkk.. Prokkkk.. Prokkkk..

Tari bertepuk tangan dan memberikan beberapa lembar uang bewarna biru kepada pengamen yang baru saja bernyanyi. Sedangkan Dea kini kembali menangis, rasanya lagu yang di nyanyikan adik - adik pengamen itu seperti mewakili isi hatinya saat ini.

Setelah Tari meninju papanya Dea, darah segar tampak mengalir di sudut bibir papanya Dea Dea langsung memeluk Tari dengan erat dan langsung membawa Tari untuk pergi dari rumah yang membuat dadanya itu sesak. Akan tetapi Tidak langsung membawa Dea pulang ke rumahnya, melainkan ke taman seperti sekarang ini.

Dea sendiri menyandarkan kepalanya di bahu Tari dan Tari pun mengusap - usap kepala kakaknya itu.

"Pipi kamu masih sakit nggak sayang?" tanya Dea yang kemudian mengusap lembut pipi Tari

"Iya masih sakit banget sayang" Ucap Tari lesu

"Maafin papa sama mama aku ya, seharusnya kamu tadi nggak usah bantuin aku sayang. Kakak nggak papa kok, itu udah hal yang biasa buat kakak, tapi sekarang justru pipi kamu jadi terluka kayak gini" Ucap Dea

"Heyy sayang. Kenapa bilang gitu hmm. Kan berkali - kali adek udah bilang, kalau adek nggak akan biarkan siapapun nyakitin kakak selagi ada adek di samping kakak. Adek akan berusaha semampu adek untuk melindungi kakak, menjaga kakak, karena adek itu sayang dan cinta banget sama kakak. Adek juga nggak akan membiarkan orang lain memperlakukan kakak seenaknya termasuk orang tua kakak sendiri. Maaf kalau adek terkesan tidak sopan karena sudah meninju papanya kakak, tapi sumpah dari tadi adek udah geregetan banget sama mereka yang berlaku semena - mena dengan kakak. Udah nyakitin ujung - ujungnya minta uang lagi" Kesal Tari

"Makasih ya sayang kamu adalah yang terbaik, jujur kakak terharu dengan semua tindakan kamu tadi. Selain mendiang nenek, kamu adalah orang pertama yang membela kakak di hadapan mereka. Kakak sendiri nggak tau lagi kalau nggak ada kamu yang menguatkan kakak. Kakak akan bagaimana tadi." Jawab Dea memeluk adiknya

"Kakak nggak perlu berterimakasih, adek mau minta satu hal sama kakak" Ucap Tari kini menatap Dea serius.

"Kamu mau minta apa sayang?" Tanya Dea

"Mulai sekarang tolong libatkan adek dalam apapun masalah kakak. Kakak jangan pernah ngerasa sendiri lagi karena ada ada yang selalu di sini. Dan plis stop jangan tangisi mereka lagi kak, air mata kakak terlalu berharga kalau hanya untuk menangisi orang tua yang egois seperti mereka. Orang yang nggak pernah bersyukur memiliki kakak. Kakak sudah hebat, karena kakak sudah bisa buktikan sama orang tua kakak, kalau kakak bisa hidup tanpa bantuan dari mereka. Bahkan sekarang justru mereka yang minta bantuan ke kakak" Ucap Tari

"Kamu benar dek, buat apa kakak menangisi orang yang bahkan sama sekali nggak pernah memikirkan kakak dan nggak pernah bersyukur memiliki kakak" Ucap Dea

"Kakak juga nggak akan kasih bantuan apapun ke papa, karena kakak ingin mereka merasakan bagaimana sakitnya berada di posisi kakak dulu. Bagaimana ketika kita sudah tak ada satupun yang memberikan uluran tangannya sama sekali" sambung Dea kembali

"Kak, apa benar kakak punya banyak kontrakan dan rumah makan?" Tanya Tari yang teringat ucapan papanya Dea tadi.

"Iya dek, bahkan sekarang udah punya beberapa cabang juga" Ucap Dea santai

"Kenapa kakak nggak pernah cerita sama aku?" Tanya Tari

"Bagaimana mau cerita sama kamu, kalau kita berdua itu udah paling bener kebanyakan bercintanya dari pada bertukar cerita" Jawab Dea sinis

"Hehehe, iya juga ya. Kalau kita berdua lebih sering bercinta dan mendesah dari pada cerita" Kekeh Tari

"Baru sadar kamu" Ucap Dea

"Wahhh.. Bearti aku punya sugar Mommy dong. Horeeee" Ucap Tari berteriak.

Namun Dea langsung membekap mulut adiknya itu, untung saja di taman ini tidak terlalu ramai jadi tidak ada yang memperhatikan mereka.

"Kamu kenapa teriak - teriak kayak gitu si dek" Kesal Dea

"Adek senang kak, ternyata adek punya sugar mommy yang banyak duit" Ucap Tari menunjuk wajah sumringah

"Emang siapa sugar Mommy kamu" tanya Dea

"Ya kakak dong, emangnya kakak mau kalau aku cari sugar Mommy yang lain" ucap Tari

"Kalau ada yang mau silahkan" Goda Dea

"Ishhhh.. Nyebelin, ntar kalau kehilangan baru tau rasa" Ucap Tari

Dea langsung memeluk adiknya, Dea nggak mau kalau nanti kehilangan Tari karena saat ini dia butuh sosok Tari untuk membuat hatinya bewarna

"Jangan tinggalin kakak dek, kakak nggak bisa kalau tanpa kamu. Bersama kamu dunia kakak kembali bewarna dan kakak nggak bisa bayangkan kalau kamu sama orang lain. Itu pasti hal yang paling menyakitkan buat kakak" Ucap Dea kembali terisak.

Tari yang mendengar suara isakan kakaknya menjadi kaget dan memeluknya

"Kak, adek cuma bercanda tadi. Lagian mana mungkin adek akan ninggalin kakak kalau kakak yang bertahta di hatinya adek. Adek akan selalu di sini di sisi kakak. Bukankah adek sudah berkali - kali berjanji sama kakak" Ucap Tari

Cupppppp

Tari mengecup kening Dea dengan penuh kasih sayang.

"Tapi bagaimana kalau suatu saat kamu lupa sama janji sama kamu dek?" tanya Dea menatap sendu kearah Tari

"Kalau suatu saat adek lupa sama janji adek, kakak bisa ingatkan adek bagaimana adek bisa sesayang itu sama kakak dan kayaknya itu hal yang paling nggak mungkin pernah terjadi" Ucap Tari

"Tapi kita nggak pernah tau isi hati manusia dek, mungkin sekarang kamu bisa begitu. Tapi suatu saat kalau kakak mungkin saja melakukan kesalahan, apa kamu masih akan selalu tetap di sisi kakak" Tanya Dea

"Kakak ku, dengerin adek baik - baik ya. Adek nggak tau sampai kapan adek bertahan di sisi kakak, sampai kapan tangan ini bisa menggenggam tangan kakak, sampai kapan kaki ini bisa melangkah bersama kakak. Tapi yang adek tau selagi nafas ini masih berhembus adek akan selalu setia menemani kakak. Nggak akan satupun orang yang mampu buat adek berpaling dari kakak. Jika suatu saat nanti orang tua adek mengetahui hubungan kita adek berharap kita bisa bersama - sama menghadapinya. Di kehidupan ini pasti akan banyak orang baru yang akan datang di kehidupan kita, bisa saja nanti kakak yang bosan dan perpaling untuk mencari suana baru. Tapi adek minta ke kakak, jika suatu saat kakak bosan dengan cara adek mencintai kakak. Tolong bicara biar kita perbaiki caranya jangan malah di ganti orangnya"

Pesona Kakak AngkatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang