Dea langsung bergegas berlari keluar memanggil dokter, bahkan Dea tak memikirkan dirinya sendiri yang masih begitu lemas. Bahkan kini darahnya mulai menetes akibat mencabut paksa selang infusnya.
"Ma, Tari Ma" ucap Dea dengan badan yang masih sempoyongan
"Dea, kenapa kamu keluar nak. Ya Tuhan darah kamu sampai menetes - netes seperti itu. Ada apa dengan Tari sayang ?" Tanya mama Tari yang melihat Dea keluar dari kamarnya dengan kondisi yang tidak stabil.
"Tari pingsan Ma" Ucap Dea yang panik melihat adiknya tergeletak di ruangan nya.
"Kamu duduk dulu, Mama panggil dokter sayang" Ucap Mama Tari kemudian bergegas mencari dokter untuk segera memeriksa keadaan putrinya itu
Sungguh Mama Tari juga mengkhawatirkan Tari yang beberapa hari ini sibuk menemani kakaknya di rumah sakit, di tambah dengan tugas sekolahnya. Membuat anaknya benar - benar kelelahan dan membuat kondisinya seperti sekarang ini.
Dokterpun langsung memeriksa kondisi Tari, sedangkan perawat kini memasang infus Dea kembali. Mama Tari meminta Tari dan Dea di jadikan satu ruangan, agar memudahkannya untuk merawat kedua anaknya itu.
"Dok, bagaimana keadaan adik saya, dia baik - baik saja kan. Dia nggak kenapa - kenapa kan?" Tanya Dea kepada Dokter.
"Tari hanya kelelahan karena kurang tidur, selain itu dia juga jarang makan sehingga membuatnya jatuh pingsan seperti sekarang" jelas Dokter yang baru saja selesai memeriksa keadaan Tari
Dea merasa bersalah kepada Tari, karena Dea juga paham kalau Tari pasti menjaganya selama dia berada di rumah sakit. Hatinya juga terasa sakit, saat melihat adiknya terbaring lemah tak berdaya. Apa dia egois memarahi adiknya tanpa memikirkan bagaimana kondisi adiknya selama dia koma kemarin
Setelah Dokter selesai pemeriksaan dan memasang infus untuk Tari. Mama Tari izin pamit untuk mengambil pakaian ganti untuknya, karena malam ini dia akan menjaga anak - anaknya.
Belum lama Mama Tari beranjak, Taripun sadar dari pingsannya dan menatap sekelilingnya. Dia ingat betul dia berada di ruangan Dea tapi kenapa dia juga ikut di infus. Tari hendak beranjak dan melepaskan infusnya namun langsung di cegah oleh Dea.
"Mau ngapain kamu?" Tanya Dea
"Kak, aku mau lihat kakak. Kenapa aku di infus juga kak, dan kenapa badan aku lemes banget" ucap Tari lirih
"Kamu tadi pingsan, lagian kenapa si pakai jarang makan" ucap Dea spontan memarahi adiknya
"Bagaimana aku bisa makan, kalau memasukan makanan saja tenggorokan ku rasanya begitu sulit untuk menerimanya. Apalagi melihat kakak yang berhari - hari juga nggak makan, rasanya sangat mustahil" ucap Tari menatap nanar ke arah jendela
"Menurut kamu, apa dengan menyakiti diri kamu sendiri membuat aku senang. Kamu harus berpikir, bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan kamu ? Apa kamu tega melihat mama sedih mengkhawatirkan kamu?" Tanya Dea
"Apa hanya mama yang mengkhawatirkan ku, apa kakak sudah tidak mengkhawatirkan aku lagi?" Tanya Tari
"Kenapa aku harus mengkhawatirkan kamu, sementara ada pacar kamu bukan yang selalu mengkhawatirkan kamu" Ucap Dea sinis
"Aku nggak ada pacar, kalau pun ada nanti hanya kakak orangnya" jelas Tari
"Bukan pacar kok mau di cipok" sinis Dea
"Maaf kak, adek khilaf" jawab Tari singkat
Namun Dea hanya diam tak menjawab ucapan Tari. Tak lama perawat pun masuk memeriksa keadaan Tari, dan membawakan Tari makanan.
"Anda sudah sadar, sebaiknya anda makan terlebih dahulu sebelum nanti minum obat" ucap perawat
"Saya nggak mau makan dan saya juga nggak mau minum obat" ucap Tari
Dea sebenarnya geram melihat adiknya itu, bagaimana mungkin adiknya dengan santainya malah tidak ingin makan dan minum obat, namun Dea berusaha untuk bersikap acuh.
"Tapi nona jika tidak ada asupan makanan sama sekali, kondisi anda akan lebih parah" ucap Perawat
"Itu lebih baik, saya hanya mau makan jika seseorang mengingatkan saya makan, dan saya akan minum obat jika ada seorang yang mengingatkan saya untuk minum obat" Jawab Tari sembari melirik kakaknya.
"Nona, kalau boleh saya kasih saran jangan terlalu bucin dengan pasangan anda Nona, jangan hanya karena tidak di ingatkan makan oleh ayang anda tidak makan, jika tidak di ingatkan oleh ayang untuk minum obat anda tidak minum obat, jika tidak di ingatkan oleh ayang untuk tidur anda tidak tidur, cinta boleh nona tapi bodoh jangan. Karena belum tentu orang itu akan mengingat anda Nona, lihat diri anda sekarang apa dia perduli dengan kondisi anda, tidak kan Nona. Yang rugi itu diri anda sendiri bukan orang lain. Kalau nanti anda kenapa - kenapa bisa jadi orang itu akan mencari pengganti anda" Ucap perawat dengan panjang lebar.
Dea sendiri kesal dengan ucapan perawat itu, kenapa dia merasa seperti di sindir oleh perawat itu, sedangkan bagaimana mungkin dia akan mencari pengganti Tari sedangkan Tari adalah orang spesial di hatinya.
"Apakah sudah cukup anda mengatakan omong kosong anda ini? Siapa anda yang berani - beraninya mengatakan omong kosong terhadap saya, anda ini seorang perawat yang tugasnya merawat pasien anda. Bukan justru mengomentari kehidupan pasien anda, kalaupun saya menjadi bodoh karena cinta pasti itu ada penyebabnya, itu tandanya orang itu begitu spesial di hidup saya bukan karena bodoh seperti yang anda katakan. Tidak mungkin dia tidak memikirkan saya, karena saya yakin, saya adalah orang yang spesial di hatinya hanya saja saya yang bodoh karena telah berkali - kali mengecewakan orang itu, dia mungkin masih marah terhadap saya tapi saya yakin dia sangat mengkhawatirkan keadaan saya meskipun tidak di tunjukan secara langsung. Memang saya yang rugi jika sampai kehilangan orang seperti dia, saya yang akan menjadi orang paling bodoh karena kebodohan saya sendiri, tapi kalau dengan saya sakit dia bisa memperhatikan saya, saya rela jika harus sakit setiap hari, Tidak mungkin saya akan kenapa - kenapa kalau dia berada di sisi saya, menjadi sumber kekuatan saya, dan menjadi penyemangat saya. Dia tidak akan membiarkan hal - hal buruk terjadi kepada saya. Dan sebaliknya saya juga tidak akan membiarkan hal - hal buruk terjadi padanya, saya tidak akan membiarkan dia menangis lagi karena kebodohan saya, saya tidak akan menyia-nyiakan dia lagi. Saya akan selalu menjadi pelindungnya, penopangnya, dan akan selalu menjadi rumah tempat Dia untuk pulang." jawab Tari sembari meneteskan air mata
"Jadi kalau anda tidak tahu apa - apa tentang dia jangan terlalu banyak omong kosong nona, keadaan saya mungkin masih sedikit lemas, tapi kalau untuk memberi blush on gratis di wajah anda saya rasa saya masih mampu." Ucap Tari menatap tajam sang perawat
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Kakak Angkatku
RomanceSiapa yang menyangka bermula dari sekedar Adik dan kakak angkat namun akhirnya muncul benih - benih cinta di hati mereka.