Kunjungan Keluarga Tari

313 25 6
                                    

Aku tidak tahu kisah kita akan berakhir bagaimana

Akankah cinta kita berakhir bahagia

Ataukah kan kau buat hatiku merana

Dengan penuh resah bahkan nestapa

Tak kan ku sesali pertemuanku denganmu

Karena hariku bewarna sejak kehadiranmu

Bahagiaku hadir saat aku bersamamu 

Dan kecewaku juga berasal dari mu

Aku hanya manusia dengan sejuta luka

Berharap suatu saat nanti dirimulah yang akan jadi penawarnya

Dengan sejuta janji manismu mampu membuatku terlena

Namun nyatanya kau berhasil membuat lukaku kembali menganga

Kau yang berhasil membuatku percaya

Bahwa setiap orang berhak untuk hidup bahagia

Namun aku seolah lupa

Bahagia tak kan sempurna tanpa pasangan yang setia

Kau yang hadir dengan sejuta harapan

Namun kau juga yang mematahkan

Kau yang hadir dengan beribu ketulusan 

Namin kau juga yang seolah melupakan

Dengan sejuta Luka yang kau beri

Bodoh kah aku jika masih berharap kau tetap di sini

Berharap kau tak pernah meninggalkan ku seorang diri

Meskipun ku tau bersamamu sama seperti berjalan di atas duri

*Dea Apriyanti*

***

Dea merasa terharu setelah mendengar perkataan Tari, terlebih lagi Tari yang selalu membelanya. Hal itu membuat Dea tersenyum tipis, meskipun Tari seringkali melakukan hal - hal bodoh yang melukai hatinya namun tetap saja Tari akan selalu membelanya di saat ada yang mengatakan hal buruk tentangnya.

"Anda boleh keluar, saya bisa makan sendiri" Ucap Tari

Tanpa menjawab ataupun menyela perkataan Tari, perawat tersebut langsung bergegas meninggalkan ruangan Dea dan Tari. Bisa gawat kalau dia menjadi sasaran pasiennya sendiri, apalagi kalau pipi mulusnya sampai mendapatkan tamparan gratis, bisa malu nanti.

"Hufttttt" Tari menghela nafas panjangnya saat perawat tersebut meninggalkan ruangannya. Kemudian menatap kearah Dea tanpa ekspresi lalu perlahan mulai menutup matanya kembali.

"Makan dulu" Ucap Dea

"Kakak berbicara sama siapa ?" Tanya Tari sembari menoleh ke kanan dan ke kiri

"Apakah di sini ada orang lain selain kita berdua" ucap Dea yang balik bertanya

"Adek nggak mau makan kak, nggak nafsu" Ucap Tari lemah

"Giliran sama Saputra nafsu banget, di suruh makan nggak nafsu" ledek Dea

"Kak, adek haus banget" rengek Tari

"Haus ya tinggal minum, itu air minum ada di samping kamu" Ucap Dea ketus

"Mau nenen kak" ujar Tari

"Minta sana sama Saputra" kesal Dea

"Kakak mah, mau nenen kak. Udah seminggu loh adek nggak dapat asupan susu gantung dari kakak. Adek lemes banget ini kak, kakak nggak kasihan sama aku?" Tanya Tari

"Ogah" kesal Dea

Shhhhhhh

Kepala Dea terasa begitu sakit, saat dia mencoba bergeser

"Kakak kenapa" ucap Tari yang khawatir sembari membawa infusnya

"Kamu ngapain ke sini, sana kembali ke tempat kamu" usir Dea

"Kakak kenapa, apa ada yang sakit. Jangan sakit lagi kak, adek mohon. Adek takut kakak kenapa - kenapa, jangan koma lagi ya kak. Adek nggak bisa hidup tanpa kakak, adek aja yang sakit kak, jangan kakak" Ucap Tari menggenggam tangan Dea

"Lo kenapa, mau banget Lo gue koma lagi biar Lo bisa berduaan sama pacar Lo. Kalo Lo mau, silahkan gue nggak perduli" ucap Dea

"Kak, jangan galak - galak kak. Adek takut" Ucap Tari

"Dih, apa sih Lo nggak jelas banget" ucap Dea

"I love you too kakak" jawab Tari

"Kak, geser dong aku mau tidur di sebelah kakak, udah lama tidur nggak di kelonin" ucap Tari kembali

"Apa sih berisik banget, kalau Lo mau tidur di sini yaudah. Gue yang keluar" ucap Dea yang hendak beranjak dari kasurnya

"Kakak masih marah ya ?" Tanya Tari

"Menurut Lo gimana ?" Kesal Dea

"Masih deh kayaknya" jawab Tari

"Udah Taukan jawabannya apa, jadi mendingan Lo balik ke tempat Lo aja" Ucap Dea

Ceklekkk

Pintu kamar terbuka, kini Mama, Papa, beserta abangnya Tari sudah masuk kedalam ruangan tersebut.

"Ya ampun adek, ngapain kamu berdiri di dekat kakak kamu pakai bawa - bawa infus kamu segala. Nanti kalau kenapa - kenapa gimana, kamu itu lagi sakit kok malah kelayapan aja. Jangan di gangguin kakak kamu, dia juga baru bangun Lo dari komanya" ucap Mama Tari yang heran melihat kelakuan anak perempuannya.

"Mama bener, kamu itu butuh istirahat. Jangan malah mondar - mandir aja" sambung Papa Tari

"Maaf ma, tadi adek khawatir sama kak Dea. Kepala kak Dea tadi sakit lagi, jadi adek samperin" ucap Tari menundukkan kepalanya.

"Biar Abang panggil dokter, kamu kembali ke tempat tidur kamu" ucap bang Varel

Namun dengan cepat di tolak oleh Dea, Dea masih malas kalau sampai nanti bertemu dengan perawat yang menyebalkan itu lagi.

"Ehhh, nggak usah kak. Ini baik - baik aja kok" Tolak Dea

"Nak Dea yakin nggak mau di panggilkan dokter, kami hanya khawatir kalau nanti terjadi sesuatu sama nak Dea" ucap Papa Tari yang duduk di kursi dekat Dea

"Dea yakin kok Om. Om, sebelumnya Dea mau ucapin banyak terima kasih sama Om dan juga kak Varel, karena berkat bantuan dari kalian Dea masih bisa bernafas dan berada di dunia ini. Terima kasih om, sudah mau menolong Dea, Dea nggak tau kalau nggak ada Om dan kak Varel mungkin Dea udah nggak di sini lagi, maaf Dea udah menyusahkan om dan keluarga Om. Maaf Dea merepotkan kalian dan gara - gara Dea putri Om juga jadi jatuh sakit. Rasanya Dea sangat merasa beruntung bisa mengenal keluarga Om yang begitu peduli dengan keadaan Dea, sementara keluarga Dea sendiri Dea sangat yakin kalau mereka mungkin menginginkan Dea agar cepat Mati" Ucap Dea dengan mata berkaca - kaca.

"Dea, Om dan Abang ikhlas menolong Dea. Karena bagaimanapun Dea udah menjadi kakaknya Tari bearti Dea juga jadi anak angkatnya Om, adik nya Abang Varel dan anaknya Tante juga. Mulai sekarang, jangan panggil Om dan Tante tapi Dea panggil Mama dan Papa. Om juga beruntung bisa mengenal sosok Dea, perempuan cantik yang begitu pekerja keras, bahkan bisa menjadi motivasi untuk para anak muda. Dea, mulai sekarang kamu jangan merasa sendiri lagi. Ada papa yang akan menjaga dan merawat kamu, ada Mama yang bisa menjadi tempat kamu mengadu, Ada Abang Varel yang akan menjaga dan melindungi kamu, dan juga ada Tari yang paling bisanya merepotkan dan menyusahkan kamu. Hahahaha" ucap Papa Tari sembari tertawa

Tari yang baru saja tiba di kasurnya langsung mentap kesal kearah papanya itu.

"Ih papa, mana ada Tari menyusahkan dan merepotkan kak Dea. Tari itu juga akan selalu melindungi kak Dea dengan setulus hati" Ucap Tari dengan Tersenyum

"Kalau ada apa - apa cerita sama Abang dek, Abang akan melindungi kamu mulai sekarang. Jadi kalau ada yang nyakitin adeknya Abang kamu bilang aja nanti Abang kasih pelajaran orangnya" Ucap bang Varel sembari mengusap kepala Dea

Pesona Kakak AngkatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang