Dea Amnesia ?

278 23 3
                                    

"Kakak, kenapa kakak nggak inget sama adek. Kakak bercanda kan kak, kenapa kakak kayak gini kak. Adek tau adek salah. Tapi jangan lupain adek kak" Ucap Tari yang tak rela kalau Dea sampai melupakannya.

"Kamu siapa, saya tidak mengenal kamu?' Ucap Dea singkat

"Kakak tunggu sebentar kak, adek panggil dokter dulu. Pasti ada yang salah, adek nggak rela kalau kakak melupakan adek kak. Adek nggak mau" ucap Dokter

Tari pun bergegas berlari keluar untuk memanggil dokter, sedangkan Mamanya Tari merasa sangat senang saat mendengar keadaan Dea yang sudah siuman namun tak mampu mengingat Tari.

Tari terus mondar - mandir di depan ruangan Dea, dokter kini tengah memeriksa keadaan Dea apa benar Dea hilang ingatan seperti perkataan Tari.

"Sayang tenang lah, Dea pasti baik - baik saja sayang. Kamu jangan terlalu khawatir" Ucap Mama Tari.

"Ma, kak Dea melupakan adek Ma, kak Dea udah nggak ingat lagi sama adek Ma. Kenapa kak Dea jahat banget sama adek Ma. Adek sayang banget sama kak Dea, tapi kenapa kak Dea begini sama adek Ma" Tangisan Tari kembali pecah di dalam pelukan mamanya

"Kamu tenang dulu sayang, biar kakak kamu di periksa dulu" Ucap Mama Tari.

Ceklek

Pintu ruangan pun terbuka, Dokter meminta Mama Tari masuk ke dalam ruangan karena Dea meminta dokter untuk memanggilkan Mamanya Tari dan Mamanya Tari langsung masuk ke dalam ruangan.

"Sayang" panggil Mama Tari

"M-mama" ucap Dea lemah

"Gimana keadaan kamu sayang ? Ada yang sakit ?" tanya Mama Tari

"Di balik luka ku semua ini, ada yang jauh lebih sakit Ma" Ucap Dea

"Apa kamu melupakan Tari sayang ?" Tanya Mama Tari

Namun Dea hanya diam saja, tanpa menjawab pertanyaan Mama Tari.

"Sayang, Mama nggak tahu apa masalah kamu sama Tari, tapi sebaiknya kalian selesaikan masalah kalian baik - baik ya. Karena Mama tahu kalau Tari itu sangat menyayangi kamu sayang" Ucap Mama Tari

"Ma, Dea ingin istirahat" Ucap Dea perlahan.

Mama Taripun mengerti dan langsung meninggalkan ruangan Dea. Di depan sana Tari sudah sedari tadi menunggu Mamanya.

"Ma, bagaimana keadaan kak Dea ?" Tanya Tari dengan khawatir

"Kak Dea baik - baik saja" Jawab Mama Tari sembari tersenyum

"Apakah kak Dea melupakan Mama?" Tanya Tari penasaran namun Mamanya menggelengkan kepalanya.

Bagaimana mungkin Dea melupakan siapa Tari namun masih mengingat Mamanya Tari. Ataukah Dea pura - pura tidak mengingatnya, dengan perasaan kesal Tari langsung masuk ke dalam ruangan kak Dea tanpa permisi lagi.

"Kakak" panggil Tari ketika melihat Dea yang menutup matanya

"Kak, aku tahu kalau kakak tidak tidur" Ucap Tari kemudian benar saja Dea membuka Matanya.

"Siapa kamu ?" Tanya Dea kembali

"Kak, Aku Tari. Kakak nggak mungkin kan ingat sama Mama tapi kakak nggak ingat sama aku ?' Tanya Tari

"Siapa Kamu?" Lagi - lagi hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Tari

"Aku Tari kak, Kakak bohong kan. Kakak nggak mungkin nggak kenal sama aku" Ucap Tari dengan mata berkaca - kaca.

"Kamu benar, aku sama sekali nggak mengenal kamu. Karena Tari yang ku kenal bukanlah Tari yang berada di hadapanku sekarang. Tari yang aku kenal adalah Tari yang sudah berjanji akan menjaga seluruh tubuhnya hanya untuk aku, Tari yang aku kenal adalah Tari yang menjaga cintanya hanya untuk aku. Sedangkan kamu? Siapa kamu ? Aku tidak kenal dengan kamu ? Karena kamu bukan Tari yang aku kenal, kamu wanita murahan yang bahkan ucapannya sama sekali tak mampu di percaya. Kamu tahu aku merasa menyesal karena bisa selamat dari kecelakaan itu, Kalau pun aku bisa selamat kenapa aku tidak amnesia saja agar aku tidak bisa mengingat bagaimana cara kamu bertubi - tubi menyakiti aku" Ucap Dea sinis namun cukup menyakiti hati Tari.

Kata - kata yang di lontarkan Dea seketika membuat lidah Tari keluh, Dea benar bahkan Tari sendiri tak mengenal dirinya sendiri sekarang.

"Kakak, Maafin adek kak. Maafin adek, yang udah berulang kali mengecewakan kakak, maafin adek karena gara - gara adek kakak celaka. Adek sayang banget sama Kakak, adek nggak mau kita seperti ini kak" Ucap Tari

"Sudah pergilah, kamu bukan Tari yang aku cari. Jangan ganggu waktu istirahat ku" ucap Dea ketus

"Kak, adek mohon kak. Jangan seperti ini kak, adek bisa jelasin kak" Ucap Tari yang menangis, bahkan keadaan Tari tidak bisa di katakan baik - baik saja. Penampilannya sungguh berantakan sekarang, Dea sedih namun Dea seolah tak perduli.

"Bagian mana yang ingin di jelaskan, bagian ciuman panas kalian? Bagian kalian berpelukan seperti tingki wingki? Atau bagian payudara kamu yang di remas, tapi aku rasa kalau aku tidak melihat itu semua kalian pasti akan berakhir dengan saling desah bukan?" Tanya Dea dengan sinis

"Kak, adek tau adek salah. Tapi kemarin itu perpisahan terakhir adek sama Saputra kak" Ucap Tari pelan

"Kenapa nggak di lanjutkan di ranjang sekalian, biar bisa berakhir di pelaminan" Ucap Dea yang sebenarnya tak kuasa untuk menahan tangisannya

Plakkkkkkkk

Plakkkkkkkk

Plakkkkkkkk

Plakkkkkkkk

Dea terkejut melihat perlakuan Tari yang berkali - kali menampar pipinya sendiri, bahkan Darah segar mengalir di sudut bibir Tari.

"Kamu pikir, dengan kamu melukai diri kamu sendiri itu bisa membuat semuanya baik - baik saja ? Tidak Tari. Saya selama ini siap bersaing dengan mereka yang mencoba merebut kamu dari saya Tari, karena saya yakin kamu tidak akan tergoda dengan mereka. Tapi kepercayaan diri saya seketika kamu patahkan, mungkin ekspektasi saya terlalu yang berlebihan kalau kamu hanya itu milik saya dan hanya saya yang bisa memiliki kamu namun kenyataannya tidak seperti itu. Karena pada dasarnya kita tidak boleh terlalu berharap dengan manusia bukan karena hanya akan berakhir menyakitkan. Saya sempat mengira kalau saya adalah orang yang paling spesial di dalam hidup kamu Tari, namun saya lupa kalau di dunia ini tak akan ada yang kekal. Tapi saya cukup sadar diri kok Tari, dan terimakasih karena kamu telah berhasil menyadarkan saya. Siapa saya yang harus cemburu melihat itu ? Apa gak saya untuk marah dengan kamu bukan ? Saya bahkan bukan siapa - siapa kamu, jadi kamu bisa bebas sesuka hati kamu bukan" Ucap Dea mengeluarkan seluruh isi hatinya.

"Kak, kakak jangan seperti itu. Bagi adek itu kakak punya arti tersendiri buat adek kak" jawab Tari lemah

"Punya arti sebagai pemuas nafsu bukan, hanya itu bukan kata - kata yang cocok untuk saya" jawab Dea menatap Tari tajam.

"Kak, adek nggak pernah menganggap kakak sebagai pemuas nafsu adek kak. Cinta adek itu tulus kak sama kakak, Adek memang bodoh karena terus - terusan mengecewakan kakak tapi yakinlah kak adek nggak bermaksud sama sekali buat ngecewain kakak. Adek cinta banget sama kakak" ucap Tari dengan keringat yang mengalir Deras dan wajahnya yang kini terlihat begitu pucat.

"Sudah lah Tari saya muak mendengar kata cinta dari kamu itu" ketus Dea

"Kak, Maaf" ucap Tari

Bughhhhhhh

Tari langsung terjatuh pingsan di samping Dea, bahkan Dea yang awalnya tak perduli sekarang begitu menghawatirkan kondisi adiknya, Dea takut kalau sampai terjadi sesuatu terhadap adiknya itu. Meskipun Dea marah, tapi tak bisa di pungkiri kalau Dea sangat menyayangi Tari.

Pesona Kakak AngkatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang