Curahan hati Dea

1K 22 0
                                    

Hukuman yang di berikan Dea benar - benar begitu luar biasa. Bahkan Dia terus memakan adiknya itu dengan berbagai gaya hingga jam empat dini hari. Meski matahari sudah menjulang tinggi, mereka masih tetap terpejam. Nampaknya aktifitas mereka begitu sangat melelahkan.

"Nggghhhhhh" Suara Dea yang nampak mulai terbangun dari tidurnya.

Perlahan mata yang tadinya terpejam kini mulai terbuka, dan Dea menatap kearah perempuan cantik yang tertidur di sampingnya sembari memeluknya dengan erat. Membayangkan perbuatannya yang begitu liar semalam Dea jadi menggelengkan kepalanya sendiri apalagi melihat Tato macam tutul di badan Tari. Membuatnya tampak tersenyum sumringah.

Dea yang gemas langsung mengecup seluruh wajah Tari dan terakhir melumat bibir adik kesayangannya. Namun tetap saja tak ada respon dari adiknya itu. Nampaknya Tari benar - benar kelelahan, tapi Dea tak kehabisan akal. Langsung di bukanya selimut yang menutupi tubuh telanjang mereka berdua dan langsung menghisap puting mungil milik adiknya dan meremasnya.

"Ahhhhh.. Kkkakkkkkk..shhhh" Desahan Tari tak kuasa terdengar di saat kakaknya kembali menghisap putingnya.

Sungguh Tari benar - benar tak berdaya saat ini, kakaknya menggempurnya sampai subuh bahkan kini kakaknya telah menghisap putingnya kembali. Bahkan putingnya sendiri rasanya sudah sangat ngilu karena ulah Dea yang terus - terusan menghisapnya yang seakan kedua gunung mungilnya itu benar - benar bisa mengeluarkan susu sungguhan.

"Morning sayang" Sapa Dea yang menghentikan hisapannya dan langsung mengecup adiknya

"Ini udah siang kak, tuh udah jam setengah sebelas" Tunjuk Tari kearah jam yang berada di kamarnya

"Hehehe, kita bangunnya kesiangan ya" Ucap Dea terkekeh

"Bukan kita yang bangun kesiangan, tapi kita yang tidurnya ke pagian. Gila banget, rasanya badan adek remuk redam. Bibir bengkak, Nenen nya adek bengkak, apalagi selangkangan adek. Rasanya adek benar - benar nggak sanggup jalan" lirih Tari

"Bearti kakak kamu hebat dong, Pro banget kan di ranjang" Ucap Dea bangga

"Iya Pro banget. Ampun suhu" Ucap Tari sambil mengatupkan kedua tangannya

"Dek, kakak mau lanjut minum susu gantung lagi ya" Ucap Dea yang masih ingin menikmati susu adiknya

"Adek nggak kuat kak, Nenen adek rasanya beneran nyeri dan ngilu. Kakak kuat banget menghisapnya semalam" kesal Tari

"Jadi nggak boleh ya?" Ucap Dea sembari memanyunkan bibirnya

"Kalo hari ini nggak, nanti malam aja ya sayang" jawab Tari yang tak kuasa melihat kakaknya bersedih

"Kamu janji ?" tanya Dea

"Adek nggak janji, karena adek bakal gantian buat bikin kakak yang semalaman mendesah. Bahkan kalau perlu nanti malam kita nggak usah tidur sekalian biar kakak tau betapa nikmatnya" jawab Tari

Dea yang membayangkannya sendiri langsung bergidik ngeri. Bisa gawat kalau Tari gantian menggempurnya semalaman.

"Kak adek mau mandi" Ucap Tari yang membuyarkan lamunan Dea

"Mau mandi bareng, katanya badannya sakit semua. Tapi sekarang mau ngajak main di kamar mandi" Ucap Dea

Tari yang mendengarnya hanya mampu menghela nafasnya.

"Adek cuma bilang kalau mau mandi kak. Bukan kita lanjut main di kamar mandi, karena adek rasanya nggak sanggup jalan ke kamar mandi" Ucap Tari

"Satu ronde aja deh sayang untuk pagi ini gimana" Ucap Dea menggoda

"Ampun sayang, nanti malam lagi aja ya" Ucap Tari

" Yaudah ayo kakak gendong kamu sekalian kakak mandiin" Ucap Dea yang menggendong adiknya seperti bayi koala raksasa.

"Adek mandi sendiri aja, ntar adek di apa - apain lagi" Tolak Tari

"Yaudah kamu mandi sendiri, kakak pesan makan dulu" ucap Dea yang meninggalkan adiknya di dalam kamar mandi dan kemudian bergegas memakai kembali pakaiannya.

Saat Dea membuka ponselnya, ternyata ada pesan dari Papanya yang memintanya untuk pulang ke rumah malam ini di mana itu adalah hal yang paling jarang sekali terjadi selama hidupnya selama ini.

Ceklek

"Udah dek mandinya ?" Tanya Dea yang melihat Tari baru saja keluar dari kamar mandinya

"Kakak kenapa ?" Tanya Tari malah balik bertanya

"Emangnya kakak kenapa dek?" Tanya Dea menatap adiknya yang mulai mendekat

"Raut wajah kakak kayaknya lagi nggak baik - baik aja. Apa ada masalah ? Perasaan tadi sebelum nganter adek ke kamar mandi masih oke" Ucap Tari panjang lebar

Dea termenung mendengar perkataan adiknya, nampaknya Tari adalah orang yang cukup peka yang mampu memahami perasaannya.

"Kakak di suruh papa nanti malam balik ke rumah" ucap Dea sendu

"Kakak bisa berbagi apapun sama adek, semuanya nggak harus kakak pendam sendiri"Ucap Tari.

Deapun langsung membenamkan wajahnya Ke Dada Tari.

"Kak, tunggu bentar ya. Adek pakai baju dulu, bisa gawat kalau adek nggak pakai - pakai baju. Nanti yang ada bukannya curhat malah jadi muncrat" Ucap Tari kemudian langsung bergegas berlari keruang ganti.

"Haissssshhhhh.. Dasar adek nyebelin" kesal Dea.

***

Setelah secepat kilat memakai bajunya, kini Tari kembali menghampiri kakaknya yang nampak sedang melamun menatap keluar arah jendela.

"Jauh banget lamunannya kak" Ucap Tari yang memeluk Dea dari belakang

Dea langsung berbalik dan memeluk erat Tari. Tak lama terdengar suara isakan dari bibir Dea. Namun Tari hanya bisa mengusap punggung kakaknya mencoba menenangkannya. Biar kakak nya tenang terlebih dahulu baru nanti Tari akan bertanya.

"Kakkk, ayo kita duduk" Ucap Tari yang mengajak kakaknya duduk. Karena tubuhnya sendiri masih lemas kalau untuk berdiri terlalu lama.

Dea tak menjawab langsung patuh duduk di sofa yang berada di kamar Tari.

"Kakak benci mereka dek" kata - kata itu akhirnya keluar dari mulut Dea.

"Mereka? siapa ? Apakah orang tua kakak ?" tanya Tari

"Iya Dek, kakak benci orang tua kakak. Kata orang menjadi anak tunggal itu adalah hal yang paling menyenangkan, di mana kasih sayang orang tua itu tidak akan terbagi untuk kakak ataupun adik kita. Namun nyatanya semua itu tak pernah dapat kakak rasakan. Apa itu yang namanya kasih sayang orang tua ?" Ucap Dea sembari tersenyum lirih

"Orang tua itu katanya menjadi panutan untuk anaknya, menjadi tempat ternyaman untuk anaknya bersandar, menjadi penyemangat di kala anaknya rapuh. Tapi kenapa kakak tidak seberuntung itu ?"  Ucap Dea dengan suara yang bergetar.

"Kakak juga ingin ngerasain bagaimana rasanya bisa bertukar cerita dengan orang tua. Bisa bermanja dengan orang tua. Bisa mengadu dengan orang tua. Bisa merasakan kasih sayang mereka.

Mungkin kamu berfikir, kenapa sih kakak yang hanya di minta orang tua kakak pulang, tapi kakak malah jadi sekacau ini ? Kakak capek dek, setiap kali pulang hanya untuk di bandingkan dengan sepupu - sepupu yang lain. Dari dulu kakak selalu di tuntut untuk menjadi anak yang mandiri. Tapi mereka saja seolah tidak peduli. Kalau mereka membandingkan kakak dengan sepupu - sepupu yang lain, apakah mereka tidak berpikir kalau kakak juga bisa membandingkan mereka dengan orang tua sepupu - sepupu kakak.

Terkadang kakak merasa iri dengan mereka, bahkan yang seusia kakak makan saja masih di suapi oleh mamanya, sedangkan kakak jangankan untuk di suapi. Ditanya bagaimana keadaan kakak saja tidak pernah.

Kakak iri dengan mereka yang masa depannya sudah terjamin oleh orang tuanya. Sedangkan kakak sendiri harus merasakan berjuang mati - matian agar bisa merasakan kehidupan seperti sekarang. Kalau kamu kira semua fasilitas yang kakak punya sekarang ini dari orang tua, kamu salah. Semua ini kakak dapat dari kerja keras kakak tinggal sama mendiang nenek kakak. Tak ada satu rupiahpun bantuan dari orang tua.

Dulu kakak berfikir harus menjadi orang yang berhasil agar bisa mendapat perhatian dari mereka. Namun nyatanya tidak juga.

Kata mereka kakak seharusnya bersyukur karena punya orang tua seperti mereka. Tapi apa mereka sendiri sudah bersyukur ketika memiliki kakak sebagai anaknya"Ucap Dea dengan tangisannya

Pesona Kakak AngkatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang