prolog.

932 95 29
                                    

Suara dentuman kendaraan bermotor memekakan telinga siapa pun yg mendengar nya, suara riuh penonton diarah tribun membuat semua menjadi meriah. Malam yg harusnya damai karena sudah di jam tidur harus sedikit terganggu dengan kegiatan anak muda yg sedang membuat acara balapan liar. Hal hasil banyak beberapa warga setempat yg merasa gelisah dan berisik akibat acara tersebut. Namun mereka tidak bisa protes karena adanya pihak acara yg menjadi wewenang orang penting.

Ditengah riuh suara penonton ada seorang pria yg memakai setelan warna hitam dan bawah keatas, dengan tatapan lurus kedepan, mata yg tajam. Walaupun sudah memakai helm full face tetap saja kilatan mata tajam tersebut tetap kelihatan.

"Bro, lo yakin mau ikutan?" tanya seorang pria yg tidak lain dan bukan teman nya.

"Udah terlanjur. Gue harus turun."

"Bahu lo masih sakit itu apa gak sebaiknya di gantikan dengan frans aja."

"Nggak perlu."

Sang teman hanya bisa terdiam sulit juga mencegah sahabatnya yg keras kepala bagaikan batu, dia pun segera menyingkir karena sebentar lagi balapan akan di mulai.

Dan benar saja seorang wanita cantik yg sudah siap didepan mereka sambil memegang sapu tangan, wanita itu melihat kearah lampu didepan nya buat menunggu hijau. Pria bersetelan hitam itu sudah ancang-ancang menekan gas. Begitu pula dengan sang lawan, lampu sudah bergerak di warna hijau saat nya wanita itu melemparkan sapu tangan. Barulah kedua peserta balap liar itu beradu kekuatan.

Mereka mulai menjalankan motornya dengan kecepatan sedang, membuat tepuk tangan riuh penonton semakin menambah ketegangan di area. Termasuk para sahabat yg mencemaskan salah satu peserta balap liar.

"Gi, lo yakin dia bisa menang" ungkap pria yg bernama frans itu.

"Gue gak tau frans, udah tadi gue bilang sama dia buat jangan turun tetapi dia ngeyel. Lo kayak gak tau dia aja."

"Masalahnya bahu dia habis cidera gue takut tuh bahu bakalan kenapa-kenapa."

"Berdoa aja semuanya baik-baik aja."

Frans pun hanya mendesah pelan lalu mereka fokus kembali pada pertandingan, satu putaran lagi akan mencapai garis finish. Temen peserta balap liar dan juga penonton harap-harap cemas menantikan siapa yg menang.

Sorak penonton semakin riuh kala jagoan mereka berhasil memenangkan pertandingan, frans dan Yogi temen yg mereka khawatir kan telah memenangkan pertandingan.

"JENDRALLLLL" teriak mereka bersama membuat pria membuka helm nya.

Keduanya memeluk temen mereka yg bernama jendral itu dengan perasaan senang, sementara jendral hanya tersenyum tipis dan sangat tipis.

"Gak nyangka gue lo bisa menang. Kita berdua khawatir lo bakalan kecelakaan" ujar Yogi langsung di tabok lengan nya dengan frans.

"Mulut lo gi. Gak baik begitu."

"Halah, halah. Lo juga cemaskan tadi jendral turun di jalanan."

Frans hanya mendengus kesal saja, jendral memberikan helm nya kepada Yogi. Lalu dia menghidupkan mesin motornya dan berencana akan pulang ke apartemen nya.

"Loh jen lo mau kemana?" tanya Yogi yg melihat jendral siap-siap.

"Mau balik. Hadiah nya kalian aja yg atur."

"Gimana sih? Kan itu hak lo?"

"Hak kita bertiga. Udah deh gue cabut."

Jendral langsung tancap gas sementara kedua temen nya hanya geleng-geleng kepala saja, frans dan yogi hanya saling tatapan satu sama lain.

"Itulah orang kaya kalau udah kebanyakan uang dia tidak butuh uang" ucap keduanya secara bersamaan.





Hueeeekkkk... Hueeeekkk... Hueeekkk..

Suara muntahan terdengar diseluruh ruang kamar mandi, seorang pemuda manis sedang memuntahkan seluruh isi perutnya sehabis makan tadi. Dia heran padahal akhir-akhir ini dia tidak pernah makan telat ataupun beristirahat kurang. Makan dan tidur nya sangat cukup tapi kenapa dia merasakan gejolak mual yg berkepanjangan seperti ini.

"Aku kenapa ya?" tanya nya pada diri sendiri saat bercermin di kaca kamar mandi.

"Apa aku-"

Dia lekas menutup erat mulutnya saat menyadari jika dia selama ini berhubungan intim dengan sang kekasih selalu ditembak dari dalam, dia geleng-geleng kepala tanda tidak percaya kalau dia kini sedang mengandung benih cinta dengan sang kekasih.

"Gak mungkin aku hamil. Nggak ini pasti aku masuk angin aja kan. Iya kan."

Air matanya luruh seketika mengingat kalau dia belum cukup siap jika mengandung, apalagi dia sedang berjuang demi karir nya sebagai dokter. Dia tidak akan sanggup menerima fakta kalau misalnya dia hamil.

"Apa aku hubungi mas ervan ya?"

Dia mengangguk pelan lalu segera mencuci mulut nya dengan air keran, dia bergegas buat keluar dari kamar mandi. Mencari dimana ponselnya setelah ketemu dia menghubungi sang kekasih, namun sayang kekasih nya tidak menjawab telepon nya.

"Mas ervan kemana ya gak biasanya" gumam nya.

Lalu dia mencoba beberapa kali namun tetap saja nihil, dia melempar ponselnya ke ranjang dengan perasaan kesal. Dia duduk sambil merenungi nasib apakah dia mengandung atau hanya masuk angin.

"Aku cek aja kali ke dokter biar tau. Iya aku cek ke dokter aja biar jelas, tapi."

Dia mengambil ponselnya lalu menekan nomor sang sahabat, cukup lama tidak di angkat akhirnya terdengar suara dari arah sebrang.

"Za, aku bisa minta tolong sama kamu."

"Minta tolong apa el?"

"Bisa belikan aku tespack."

"APA!!!! "
























Hai.....

Nikmati book baru aku ya mumpung ada ide mengalir dengan cerita tersebut.

Btw, boleh minta saran book ini mau dibuatkan narasi full atau versi au. Pleasee aku butuh saran kalian.


Thanks....

Jendral LaksamanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang