Bagian 28.

432 84 12
                                    

Rapat telah usai dengan resmi jendral menjadi seorang direktur utama di perusahaan evan yg dulu, kini evan mengajak jendral bicara empat mata dan membawa jendral kearah rooftop perusahaan itu, jendral sama sekali tidak menolak justru inilah saat yg dia tunggu selama ini. Jendral hanya ingin mengetahui evan mau membicarakan soal apa, jendral sangat yakin evan akan membahas perihal masalah pernikahan dia dengan el.

Sesampainya di rooftop evan menatap jendral dengan tatapan tajam nan membunuh, seolah jendral adalah mangsa yg hendak dia makan. Namun jendral hanya tenang seolah tidak terusik dengan tatapan tajam yg dilayangkan oleh evan. Malahan jendral melipat tangannya diatas dada sambil tersenyum tipis bahkan sangat tipis.

"Bisa lu jelaskan semuanya sama gue, kenapa lu yg jadi nikahi elzion dan merebut semua apa yg seharusnya jadi milik gue."

"Karena lu kabur dari pernikahan itu."

"Lu harusnya sadar kalau gue gak akan pernah mengizinkan siapapun miliki el. El bakalan balik ke gue, karena el cinta sama gue dan dia sedang mengandung anak gue."

Jendral tertawa sambil menggelengkan kepalanya, dia tidak menyangka jika evan sepercaya diri ini bilang kalau el bakalan balik dengan nya, bahkan evan tidak sadar diri kalau kekacauan yg dia buat karena ulah nya.

"Tetap gak pernah sadar diri dari dulu."

"Maksud lu apaan?"

"Ya, lu gak sadar diri siapa yg pergi meninggalkan elzion tepat dihari pernikahan kalian dan memilih menikah dengan orang lain, hm."

Evan tentu terkejut dengan semua ucapan jendral darimana dia mengetahui kalau dia pergi karena memilih menikah dengan bian, cuman ayah nya yg mengetahui ini semua mungkin kah ayah dia memberitahu semuanya dengan jendral.

"Bukan berarti lu bisa dapatkan dia seenaknya dong, suatu saat nanti gue pasti balik lagi ke elzion. Dan lu bakalan di campakan."

"Lu pikir elzion barang yg dengan mudah lu buang lalu setelah itu lu pungut."

"Lu cuman dijadikan yg kedua dan akan selamanya begitu, lu cuman bisa dijadikan cadangan setelah gue kembali lu akan disingkirkan seperti yg sudah-sudah."

"Gue emang selalu dijadikan yg kedua sama lu, bahkan sama ayah dan ibu. Dan gue selalu mengalah dalam hal apapun sama lu, van. Karena gue masih menghormati lu sebagai abang gue. Tapi, kalau lu bilang elzion hanya sebuah barang yg bisa lu buang lalu lu pungut lagi. Itu terlalu tidak masuk akal karena el adalah barang berharga yg setiap ada bahkan setiap hari harus dijaga dengan baik."

"Anggap saja begitu. Lu jaga dengan baik sampai pemilik datang dan mengambilnya kembali."

"Tapi sayangnya el bukan barang. Dia manusia yg punya hati dan perasaan nya. Lu gak tau sejauh mana dia berubah buat meraih kebahagiaan nya, lu gak akan pernah lihat sejauh apa dia melupakan lu, kalau dia tahu lu sudah menikah apa jadinya jika el membenci lu dan lebih memilih bersama gue. Pikirkanlah evan, pikirkan dengan benar. Bukan nya lu yg mengatakan pada el kalau lu sudah mencintai orang lain sehingga lu bisa seenaknya pergi di hari pernikahan lu dan el, meninggalkan el bersama anak didalam kandungan, terus lu entah kapan datang ke el dengan tidak tahu malu nya dan meminta maaf atas semua luka yg lu torehkan itu, lu pikir dia bakalan menerima lu begitu saja."

Evan masih diam dia melihat raut wajah jendral yg masih tenang dan tidak ada emosi didalam nya membuat evan heran dengan perasaan sang adik. Namun yg tidak diketahui oleh evan adalah jendral mati-matian buat menahan emosi nya agar tidak meledak.

"Kita lihat saja saat gue kembali ke Indonesia hal yg pertama gue lakuin mengambil el kembali, dan kita akan hidup bahagia dengan anak kita" ucap evan dengan percaya diri.

Jendral LaksamanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang