Bagian 17.

199 72 4
                                    

Jendral pulang ke apart setelah urusan nya dengan yogi dan frans selesai, dia sangat beruntung karena kedua sahabatnya bisa di andalkan dalam hal ini. Sekarang masalah dia cuman satu yaitu tentang menyetujui atau tidak menerima semua pekerjaan bisnis yg di geluti evan, jendral memang tidak ahli bisnis dia lebih suka fotografer dan travelling keliling negara manapun, namun setelah dia berpikir jernih tidak ada salahnya buat mencoba di bidang bisnis. Apalagi sekarang sudah ada elzion yg dia musti tanggung jawab.

Sesampainya di apart dia langsung menuju ke unitnya membuka dengan menggunakan pin akhirnya pintu itu terbuka, jendral sedikit terkejut melihat elzion yg duduk sambil menikmati sajian tontonan yg ada di televisi.

"Mas jendral sudah pulang" seru el menyambut kedatangan jendral.

"Kenapa kamu belum tidur, el?"

"Aku gak bisa tidur jadi mencoba buat nonton sambil nunggu mas jendral pulang."

"Maaf, aku pulang telat karena tadi lumayan banyak urusan."

"Iya gak masalah."

Jendral melepaskan jaket kulit yg dia pake lalu duduk di sofa sambil memejamkan mata, el melihat wajah lelah jendral menjadi tidak tega. Lantas dia pun berinisiatif buat ke dapur untuk membuat teh hangat buat suaminya.

Elzion berjalan perlahan kearah dapur lalu membuat teh hangat buat jendral, dia pun kembali lagi ke ruang tamu dan meletakan teh itu di atas meja. Dan duduk disamping jendral yg masih memejamkan matanya.

"Mas teh nya diminum dulu" kata elzion membuat jendral membuka matanya.

"Makasih. Harusnya kamu gak perlu repot buat teh."

"Gak repot. Cuman teh mah aku bisa buat" kekeh nya.

Jendral tersenyum tipis lalu meminum teh buatan elzion, rasa hangat langsung menyambar di tenggorokan jendral.

"Kamu sudah minum susu?"

"Sudah. Aku buat sendiri."

"Pinter" puji jendral sambil mengusak rambut el membuat elzion sedikit terpaku.

Suasana agak sedikit canggung karena jendral bersikap manis kepada el, sungguh jantung el tidak aman saat ini. El lekas beralih kearah televisi karena jujur saja dia merasa salting di perlakuan manis oleh jendral.

"Aku bersih-bersih dulu."

Jendral pun bangkit dari duduknya namun lengan nya di tahan oleh el, jendral melihat kearah el menunggu el bicara.

"Mas jendral bisa gak tidur di kamar sama aku, hm. Bukan bermaksud lancang sepertinya baby ingin tidur dengan ayah jendral" cicit el pelan

Jendral menahan gemes melihat mata el yg sangat berharap dia mau tidur satu kamar dengan el.

"Boleh."

Mata el langsung melihat kearah jendral "beneran mas jendral mau?"

"Iya. Aku akan temenin kamu tidur."

Elzion tentu senang dengan jendral mau tidur satu kamar dengan nya, bukan maksud apapun el hanya kasihan dengan jendral yg harus terusan tidur di sofa ruang tamu. Walaupun jendral tidak mempermasalahkan hal itu tetap saja el merasa tidak enak.

Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam keduanya kini sudah berada dikamar dan satu tempat tidur, el gugup bukan main karena ini baru pertama kali dia tidur satu kamar dengan jendral setelah beberapa hari mereka menikah.

"Tadi mama hubungi aku, mas. Besok beliau mengundang kita makan siang dirumah. Kalau mas jendral tidak sibuk bisa tidak kita kerumah mama."

"Iya. Aku akan usahakan buat tidak sibuk."

Jendral LaksamanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang