Tepat pukul dua dini hari jendral akhirnya sampai di unit apart nya, dia lekas melepaskan sepatu serta kaos kaki yg membelit kakinya. Dia juga melepaskan dasi yg sedari tadi mencekik lehernya, lalu membuka kancing kemeja nya sampai memperlihatkan bidang dada yg tegap. Duduk di sofa panjang ruang tamu sambil berpikir. Memikirkan masa depan dia sekarang dengan elzion. Kadang jendral heran dengan sikap pengecut nya evan yg tega meninggalkan elzion dalam keadaan hamil seperti ini. Jendral rasanya ingin memukul wajah tampan evan namun sayang jendral tidak mengetahui dimana evan berada saat ini.
Kalau boleh jujur jendral merasa kasihan dengan elzion yg harus mengenal dan mencintai evan yg seperti pecundang itu, orang seperti evan memang dari dulu terkenal playboy bahkan yg jendral tahu sudah dari sekolah dia berbuat seenaknya dengan lawan jenis ataupun sesama jenis. Namun jendral tidak berspekulasi kalau pada tahun sekarang evan berbuat hina dengan meninggalkan elzion berserta anak yg di kandung elzion.
"Siapa yg berbuat, siapa yg terkena getah nya."
Jendral menoleh ke belakang dimana tepat di belakang adalah pintu kamar pribadi nya, senyum tipis terbit melihat pintu kamar itu tertutup. Dia pun bangkit dari duduknya dan berjalan kearah dapur, dia ingin melihat stock makanan yg tersisa didalam lemari es jika tidak ada maka besok dia akan berbelanja. Dan benar saja didalam lemari es hanya ada beberapa butir telur dan tidak ada sayuran apapun.
"Berapa lama gue gak pulang ke apart" gumamnya sambil menghela nafas.
Karena tidak ada makanan apapun hal hasil ia kembali lagi ke sofa ruang tamu, dia merebahkan tubuhnya di atas sofa itu sambil tangan nya menumpuh kepalanya. Menatap langit-langit apart nya dengan lamunan, rasa lelah mulai menyerang kearah tubuh jendral hingga akhirnya pria putih itu memejamkan matanya.
Lain jendral, lain pula elzion yg sampai saat ini tidak bisa tidur padahal hari sudah semakin larut, dia hanya membolak balikan badannya ke kiri dan ke kanan dengan perasaan gelisah. Entah apa yg dipikirkan oleh elzion yg jelas dia sedikit khawatir dengan keadaan jendral. Apakah lelaki itu sudah pulang atau belum, ia ingin mengecek namun tidak berani takut akan menganggu privasi jendral.
"Lapar" keluhnya memegang perut.
"Adek pasti lapar ya. Sebentar kita harus ke dapur dulu buat makanan."
El pun lekas bangkit dari ranjang dan keluar dari kamar tersebut, El tersentak kaget karena melihat jendral sudah tertidur di sofa ruang tamu. El merasa kasihan dengan jendral yg mau memberikan kamarnya untuk orang asing, walaupun dia tahu kalau jendral adalah suaminya namun tetap saja elzion masih merasa asing dengan semuanya.
Dia pun masuk kembali kedalam kamar dan membawa selimut tebal buat jendral, dia berjalan sambil menyeret selimut itu dengan hati-hati dia menyelimuti jendral. Elzion berjongkok sambil melihat wajah jendral dengan seksama.
"Aku merasa tidak asing dengan wajah ini."
"Tapi dimana ya aku lihatnya."
El masih betah melihat wajah jendral dari jarak dekat, dia menyimpulkan kalau wajah jendral tampan. Bahkan pori-pori diwajah lelaki putih itu tidak terlihat sama sekali. Memiliki rahang yg tegas bahkan bibir yg tipis menambah kesan ketampanan seorang jendral. El menghela nafas karena tidak habis pikir dengan kelakuan jendral yg sudi mau menerima pernikahan ini padahal tidak saling kenal satu sama lain.
"Orang seperti kamu kenapa mau menerima pernikahan ini sih, aku orang yg kotor bahkan sangat tidak layak buat bahagia. Tapi, kamu."
Elzion lafi-lagi menghela nafas nya lalu dia bangkit dari jongkok nya dan langsung berjalan kearah dapur, dia membuka lemari pendingin hanya ada telur yg tersisa. Mau tidak mau dia pun memasak telur itu meskipun dia tidak pandai memasak tetap saja El akan coba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jendral Laksamana
Fiksi Penggemarnamanya Jendral Laksamana hobi nya balapan, pekerjaan nya seorang fotografer handal. hidup yg berkecukupan tidak lekas membawa jendral dalam kebahagiaan, hidupnya yg seharusnya lancar tanpa hambatan harus menerima jika dia di paksa menikah dengan ma...