Bagian 7.

177 52 1
                                    

Pagi-pagi sekali mobil jendral sudah terparkir tidak jauh dari rumah sakit dimana tempat seseorang yg dia sukai bekerja, sengaja jendral datang lebih pagi agar dia bisa melihat pria yg menjadi incaran nya. Lagi pula dia hanya mampir buat ke kantor studio sekalian saja dia berhenti sebentar, jendral memang pengecut sebagai laki-laki karena tidak berani mendekat ataupun berinteraksi secara langsung, namun ada alasan kenapa jendral berbuat sebegini nya dengan pria yg sudah mengobrak-abrik perasaan nya sejak dulu.

Lama menunggu akhirnya penantian jendral pun terganti, seseorang pria manis sudah turun dari mobilnya yg baru masuk kedalam area rumah sakit. Senyum tipis terbit di bibir jendral tak lama melihat dengan jelas wajah pria yg begitu dia idamkan, tidak ada yg berubah dari wajahnya hanya saja pipi pria itu semakin tirus berbeda sekali waktu jaman kuliah pipi itu terlihat gembul.

Semakin lebar senyum jendral tak kalah pria yg dia sukai tertawa dengan seseorang pria juga yg jendral yakinin temen lelaki manis itu, hingga pria itu masuk barulah senyum jendral sedikit luntur lalu menghela nafas sejenak. Dia menghidupkan mesin mobilnya dan pergi dari area rumah sakit itu, hari ini cukup baginya melihat pemandangan indah didepan matanya. Jendral semakin bersemangat buat bekerja.

"Setidaknya gue bisa lihat baik-baik saja itu sudah cukup."

"Maaf, terlalu pengecut buat gue deketin lo."

El meletakan tas nya diruang kerja dia juga mengambil ponsel untuk mengecek apakah evan ada membalas pesan nya sejak semalam atau tidak, ternyata nihil evan sama sekali tidak membalas pesan bahkan tidak menghubungi nya kembali. El menjadi khawatir tentang keadaan evan apalagi nanti siang mereka ada janjian buat fitting baju pernikahan, El takut evan tidak bisa menemani nya.

"Sebenarnya kemana dia."

Dia mencoba kembali menghubungi evan namun sayang ponsel pria itu tidak aktif, El menghembuskan nafas kasar dan memasukan kembali ponsel nya kedalam tas. Lalu dia berdiri sambil membawa berkas yg akan dia berikan ke dokter.

Persetan dengan evan sekarang waktunya El bekerja, mungkin saja evan masih sibuk atau sudah di kantor. Mengingat memang evan pria yg super sibuk. El hanya mencoba profesional dalam pekerjaan nya tanpa mau memikirkan apapun walaupun dalam pikiran nya sangat penuh terkait evan yg mendadak tidak ada kabar sejak semalam sehabis makan malam bersama keluarga nya.

Evan sendiri baru bangun tidur dia kesiangan akibat pergulatan panas dengan sang kekasih gelap, dia lekas menoleh dan tersenyum mendapati bian yg masih terlelap tidur nya. Dia mengecup kening bian penuh kasih sayang lalu sang empu membuka matanya.

"Morning" sapa evan membuat bian tersenyum lebar.

"Morning too. Aku pikir kamu sudah pergi lagi saat aku membuka mata."

"Gak mungkin baby, hari ini aku akan menempati janji aku untuk temenin kamu jalan-jalan."

"Beneran? Kamu gak ngantor?"

"Nggak. Hari ini aku ambil free."

Bian terpekik senang lalu dia memeluk evan sebagai rasa senang nya, evan membalas pelukan tersebut dan keduanya pun berciuman kembali. Kali ini ciuman penuh cinta tanpa adanya nafsu.

"Kalau gitu aku mandi dulu ya."

"Silahkan baby. Aku akan hubungi pihak hotel dulu buat menyiapkan sarapan pagi untuk kita."

Bian mengangguk senang lalu dia langsung berjalan dengan telanjang bulat kearah kamar mandi, membuat evan tertawa melihat tingkah kekasih nya.

Selagi bian di kamar mandi evan lekas mengecek ponselnya, dahi nya berkerut karena begitu banyak spam pesan dari El dan beberapa panggilan tak terjawab dari El juga.

El.

Mas evan sudah sampai rumah.

El.

Mas, jangan lupa ganti baju nya sebelum tidur.

El.

Malam ini aku gak bisa tidur, mas. Karena membayangkan kita akan menikah.

El.

Mas, jangan lupa siang ini kita ada fitting baju.

El.

Mas, kamu dimana?

Evan segera mematikan ponselnya tanpa mau berbalas pesan dari El, dia lupa jika hari ini dia dan El ada janji buat fitting baju. Namun dia tidak mungkin membatalkan janji buat ajak jalan-jalan bian, karena gimana pun evan sudah berjanji kepada lelaki manis yg kini bersama nya.

"Maafkan aku el."


***

Siang ini El harus menelan kekecewaan yg mendalam akibat perbuatan evan, karena evan baru saja mengabarkan kalau dia tidak bisa pergi buat fitting baju dan evan menyerahkan seluruh nya kepada El. El merasa ini tidak seperti yg dia inginkan, karena gimana pun pernikahan ini milik mereka berdua apalagi waktunya sudah mepet. Harusnya evan lebih mengutamakan dirinya daripada pekerjaan evan di kantor, El bahkan tidak habis pikir dengan jalan pikiran evan.

El mau melayangkan protesnya tetapi saat mau di hubungi ponsel evan terlanjur tidak aktif, ini bukan seperti evan yg dulu yg mana dia tidak pernah mematikan ponselnya. Rasa curiga mulai menghantui pikiran El, dia takut jika evan berselingkuh di belakang dia, bahkan lebih parah nya evan tidak mau menginginkan pernikahan ini.

"Astaga el gak perlu mikirin macem-macem, ingat aja memang mas evan lagi sibuk."

El langsung mengenyahkan pikiran buruk nya lalu masuk kedalam mobil, mama nya sedari tadi sudah memberikan pesan singkat agar dia tidak terlambat. Mau tidak mau El harus cepat ke butik yg mereka janjian agar mama nya tidak segera mengamuk.

Dengan kecepatan sedang El pun mengendarai mobilnya dengan perasaan hati yg tidak tenang, gimana pun pasti sang mama akan bertanya kenapa evan tidak ikut serta. El harus menyiapkan alasan nya yg logis walaupun sibuk bekerja adalah alasan terlogis tetapi El takutnya sang mama tidak percaya.

Perjalanan hampir membutuhkan setengah jam akhirnya sampai juga dia di butik langganan sang mama, dan benar saja mama nya sudah menunggu dirinya di depan gedung butik itu. Dengan langkah lesu dia menghampiri sang mama.

"Mah" panggil El dan memeluk sang mama.

"Evan mana, El. Kok dia tidak sama kamu."

El diam sejenak "mas evan... Dia sibuk di kantor katanya pekerjaan nya tidak bisa di tinggal, jadinya dia meminta agar El saja yg mengurusnya."

"Ini gimana sih kalian itu yg mau menikah kenapa juga dia masih sibuk dengan pekerjaan nya. Niat gak sih dia menikahi kamu."

El meringis mendengar mama nya mengomel, sesuai prediksi kalau sang mama bakalan marah dengan dia. Rani memijit pangkal hidungnya pusing melihat calon menantunya seperti tidak niat begitu.

"Yaudah sih mah, mungkin aja kan mas evan beneran sibuk."

"El, bukan nya gimana kita ini mau fitting baju badan dia mau di ukur loh. Kalau dia gak ada gimana kita mau ngukur tubuh dia."

"Iya sih. Apa kita batalkan saja."

"Mau hari apalagi coba. Ingat El pernikahan kamu itu tinggal hitungan hari, mama heran deh lihat evan kenapa coba dia buru-buru mau menikah kalau dia aja tidak niat begini."

"Mah, udah dong jangan marahi mas evan."

"Kamu itu ya.. Hhhh terserah lah."

El hanya diam saja dan mengajak mama nya buat masuk kedalam butik itu, suasana hati yg harusnya bahagia mendadak menjadi tidak begitu semangat, ini semua berkat evan yg membatalkan semua perjanjian mereka. Padahal evan sudah janji tadi malam kalau hari ini bakalan fitting baju, namun apa daya lelaki itu membatalkan semuanya dengan mengatakan sibuk di kantor.
















[]

Jendral LaksamanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang