Bagian 26.

480 87 6
                                    

Bian tentu saja menegang karena tidak menyangka jika Jay bakalan menghubungi dia, padahal dia selalu mewanti-wanti Jay kalau mau hubungi biar bian yg selalu duluan. Namun melihat Jay menghubungi nya pertama tentu mungkin ada hal penting, namun dia juga tidak bisa mengangkat mengingat dia sedang bersama evan. Apa kata evan disaat seperti ini dia menerima panggilan telepon dari orang lain, lagi pula bian tidak mau evan curiga dengan dirinya. Hal hasil bian terpaksa mematikan panggilan tersebut lalu menonaktifkan ponselnya agar Jay tidak bisa menghubungi dirinya lagi.

Pemeriksaan evan telah selesai bahkan sang dokter tengah berjalan kearah mejanya, disusul oleh evan yg langsung duduk tepat di samping sang suami.

"Bagaimana dok keadaan suami saya?" Tanya bian kepada sang dokter.

"Untuk sekarang tuan evan hanya kelelahan saja, tetapi buat hasil lab nya akan diberitahu selama tiga hari. Nanti kalian datang tiga hari kemudian untuk melihat hasil lab tersebut."

Evan dan bian bernafas lega "tuh kan, bi. Udah aku bilang kalau aku hanya kelelahan aja. Kamu sih ngeyel sekali."

"Aku hanya khawatir sama kamu, van. Wajarkan kalau aku antar kamu kerumah sakit."

Dokter hanya bisa diam sambil menulis resep obat dan sambil mendengarkan perdebatan keduanya, sang dokter tidak paham dan tidak mengerti apa yg keduanya bicarakan. Karena baik bian dan evan menggunakan bahasa Indonesia hal hasil sang dokter tidak mengerti.

"Saya sudah tulis resep obat untuk tuan evan konsumsi" ujar sang dokter memberikan resep obat tersebut.

"Terima kasih, dok. Kalau begitu kita pamit dulu."

"Ya."

Bian dan evan memutuskan untuk keluar dari ruangan sang dokter, keduanya pun lekas memutuskan untuk ke bagian apotek guna menebus obat yg akan di minum oleh evan. Sambil menunggu bian menebus obatnya evan pun iseng mengambil ponsel dan membuka salah satu apk. Yg mana dia hanya ingin mengetahui kegiatan elzion selama dia tinggalkan.

Tidak ada yg menarik karena elzion tidak pernah memposting kehidupan nya sejak beberapa minggu kedepan, namun evan malah salah fokus dengan love jendral yg diberikan disalah satu foto elzion di unggah. Tanda tanya langsung bermunculan dalam benak evan, sejak kapan adiknya mengenal jendral.

"Sayang yuk" seru bian padahal dia lagi asik memikirkan jendral.

Evan pun lekas berdiri tanpa mau bicara apapun, sejujurnya dia masih amat kesal dengan bian yg memutuskan bust berobat, padahal dia cuman kelelahan namun bian sudah menganggap nya orang yg sekarat.

"Sayang. Kamu bisa bawa mobil aku kan" kata bian membuat evan melihat bian dengan tatapan bingung.

"Kamu mau kemana?" Tanya evan yg penasaran.

Bian terdiam sebentar dan mencari kata yg tepat agar evan tidak curiga, dia harus menemui Jay yg mana sudah dituliskan tadi kalau Jay menghubungi dirinya dan itu berarti sesuatu hal yg serius.

"Aku ada janji sama temen, lebih tepatnya klien sih. Ini masalah pekerjaan."

"Yaudah kalau itu aku ikut."

"Sayang.. Ya gak bisa dong. Masa kamu ikut aku sih, kamu itu harus istirahat aku gak mau loh kalau kamu drop lagi. Ingat kata dokter kamu harus istirahat."

"Tapi aku-"

"Sayang, aku hanya sebentar, lebih baik kamu bawa mobil aku dan aku akan naik taksi buat ketemy klien nya.*

Evan menghela nafas pasrah saja lagi dan lagi dia tidak bisa membantah atas ucapan bian, bian tersenyum senang lalu memberikan kunci mobil itu kepada suaminya. Tidak lupa dia mencium bibir evan lalu pergi berjalan kearah gerbang rumah sakit depan.

Lalu evan masuk kedalam mobil bian dan langsung pulang ke rumah mereka tanpa rasa curiga sekalipun kepada bian, karena mungkin selama ini bian tidak pernah menutupi sesuatu darinya hal hasil apapun yg dikatakan bian adalah kejujuran. Namun evan tidak akan pernah tahu banyak tentang masa lalu seorang bian.




***


Elzion masuk kedalam apartemen nya lebih tepat apartemen jendral dengan dirinya, sepi dan hening itulah gambaran el sekarang karena jendral pergi ke Jepang. Rasa rindu tentu ada mengingat baru tadi malam el membalas perasaan jendral yg sudah beberapa hari di tunggu oleh jendral, namun sayang jendral harus pergi ke Jepang untuk urusan pekerjaan. Harusnya mereka berdua menghabiskan waktu bersama mengingat el hari ini libur kerja sehari, namun yg namanya pekerjaan tentu tidak bisa di tunda.

Dia lekas masuk ke kamar tidur menyiapkan baju serta keperluan kerjanya yg akan dia bawa untuk tinggal bersama sang mama dua hari selama jendral di Jepang, dia harus cepat membereskan semua pakaian nya karena mungkin sang mama dalam perjalanan ke apartemen. Dirasa sudah cukup yg dia bawa el memakai tas ransel nya dan keluar dari kamar.

Benar saja bel apartemen berbunyi pertanda jika sang mama sudah tiba, dengan gegas dia pun berjalan kearah pintu itu. Sang mama tersenyum cerah lalu memeluk nya begitu pintu dibuka.

"Kangen banget sama anak mama" ucapnya membuat el terkekeh.

"Mama sibuk terus nemenin papa" kata el membuat Rani tertawa.

"Kamu sudah siapkan, kita akan langsung berangkat kerumah mama. Tapi, sebelum itu kita makan dulu."

"Mah, bisa langsung pulang tidak. Aku gak mau mampir mampir lagi."

Rani tersenyum teduh "jadi ceritanya semenjak kamu sama jendral males buat keluar rumah, ya mama maklum sih tapi ingat juga dong el kamu itu sedang hamil. Gak boleh loh tiap malam begitu."

"Mama apaan sih. Kok ngomong nya ngelantur."

"Itu kamu bicara gak mau keluar lama lama malah mau cepet cepet kerumah mama."

"Maksud el itu lebih cepat, lebih baik, mah. Aku mau nyampe rumah mama juga mau video call sama mas jendral. Iih mama mikir jorok."

"Hahahah, iya iya. Ayo kita pergi sekarang."

Rani mengambil tas ransel yg dipake oleh el, keduanya pun lekas pergi dari apartemen jendral. Tidak lupa el merapatkan pintu apartemen itu agar tetap aman, Rani sungguh bahagia bisa meluangkan waktu sama sang anak. Karena semenjak el menikah dengan jendral baik el dan jendral jarang mengunjungi nya. Rani tidak mempermasalahkan karena dia tahu baik el dan jendral sibuk bekerja. Asalkan elzion tetap bahagia rani sungguh sangat bahagia.

***

Irwan kembali membawa beberapa foto terkait evan dan bian dirumah sakit, dia melaporkan kembali kepada Gunawan tentang kegiatan evan selama di Jepang. Gunawan tersenyum sinis saat satu potret yg mana bian mencium pipi evan seolah menggambarkan jika mereka pasangan bahagia.

"Cari tau dia kerumah sakit itu atas tujuan apa" perintah gunawan kepada irwan.

"Baik, tuan. Kata anak buah saya evan dan bian kerumah sakit karena beberapa waktu lalu evan sempet mengalami pingsan. Dan mereka kesana guna pemeriksaan. Dan hasil lab nya akan keluar tiga hari lagi."

Gunawan anggukan kepala jangan ditanya infromasi nya sedetail itu dapat darimana, tentu saja mata-mata gunawan sangat banyak. Bahkan sebagian kota Tokyo perusahaan nya terbesar disana, dia juga mengenal baik seorang yakuza walaupun tidak bekerjasama dengan mereka.

"Kalau hasil lab nya sudah keluar pastikan suruhan kamu mendapatkan nya lebih dulu, karena saya harus tau evan terkena penyakit apa."

"Baik, tuan."

"Sore ini kita terbang ke Jepang, adipati meminta saya untuk datang ke perusahaan nya besok. Saya juga penasaran wajah terkejut evan mengetahui jika jendral lah yg akan menjadi pimpinan perusahaan milik nya dulu."

Irwan hanya mengangguk paham tanda dia mengetahui rencana demi rencana sang tuan, dia juga penasaran wajah panik seorang evan. Dia merasa kesal karena evan memainkan perasaan anak tuan nya. Yg mana elzion sudah dia anggap adik sendiri.
















[]

Jendral LaksamanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang