Bagian 9.

183 64 2
                                    

Elzion menatap layang kearah papanya dengan tubuh yg sedikit menegang, dia tidak menyangka jika papanya mengambil keputusan begini. Kenapa harus orang lain yg bertanggung jawab atas apa yg dilakukan evan, el melangkah mundur membuat orang tuanya heran.

"El" panggil Gunawan dengan lembut.

El tertawa miris "apa papa sudah gila, hah! Kenapa aku harus menikah dengan adik nya mas evan sedangkan aku tidak mengenal apalagi mencintai nya. Pah."

"Lalu kita harus apa, el. Apa kamu mau semua publik tau kalau kamu hamil anak evan tapi evan tidak bertanggung jawab begini, dan meninggalkan kamu di hari pernikahan kalian."

El tentu terkejut dengan apa yg dikatakan oleh papa nya, darimana sang papa mengetahui tentang kehamilan dirinya. Padahal baik dia dan juga evan tidak memberitahukan kabar kehamilan ini.

"Papa tau darimana."

"Tuan adipati sudah kasih tahu papa kebenarannya, El. Papa tidak mau kalau publik mengecap jelek keluarga Gunawan. Kamu tau kan kalau papa tidak pernah suka dengan yg namanya ketidak sempurnaan."

"Pah.."

"Papa maafin kamu karena kamu tidak cerita dari awal sama papa, tapi papa mohon kamu harus menikah dengan jendral adik dari evan. Cuman ini salah satunya untuk menyelamatkan nama baik keluarga kita, el."

"Tapi aku gak kenal sama dia, pah. Papa boleh mengasingkan aku tapi jangan paksa aku menikah dengan orang yg tidak aku kenal."

"Jawaban nya hanya ya dan ya, el."

Elzion mengerang frustasi dengan apa yg menjadi keputusan sang papa, demi apapun el tidak pernah membayangkan soal yg menyakitkan begini. Evan adalah salah satu orang yg telah menghancurkan mimpi dirinya, dan itu semua sudah hancur.

Rani langsung berjalan kearah el yg masih diam membisu, dia memeluk el dari samping sambil mengelus rambut sang putra dengan penuh kasih sayang. Dia tahu el sangat terpukul atas kejadian ini, namun Rani tidak punya pilihan lain selain menyetujui usul sang suami.

"Sayang nurut ya sama papa" ucap sang mama dengan kelembutan.

"Tapi aku tidak mencintainya, mah."

"Cinta bisa tumbuh dengan sendirinya sayang."

El hanya diam saja menerima pelukan hangat mama nya, lalu tak lama melepaskan pelukan tersebut. Mama dan papa nya kini meninggalkan el dengan zaleon di dalam kamar, zaleon lekas memeluk el memberikan semangat dan support yg terbaik untuk sang sahabat.

"Aku harus gimana, za. Rasanya aku mau bunuh diri aja."

"Mati bukan solusi yg tepat, el. Kalau kamu mati masalah tidak akan pernah selesai."

"Aku gak mau menikah dengan orang lain apalagi orang itu masih saudara mas evan, aku gak mau, za."

"Aku paham, el. Tapi kamu tidak punya pilihan lain."

Elzion hanya bisa meratapi nasib yg kini dia rasakan rasanya ingin sekali menghilang dari dunia ini, dan mengutuk evan secara langsung. Namun perkataan zaleon ada benar nya kalau dia bunuh diri masalah tidak akan pernah selesai, maka mau tidak mau atau suka tidak suka dia harus setuju dengan semua ini.

"Kita make up ulang ya" ajak zaleon membuat el mengangguk lesu.

Zaleon langsung menyuruh el buat duduk didepan cermin dengan cekatakan zaleon lekas mengaplikasikan wajah el yg sudah tidak berbentuk lagi make up nya karena menangis, dengan telaten za make over el agar terlihat lebih tampan di hari spesial nya ini.

Tak butuh waktu lama zaleon selesai make over el menjadi lebih cerah wajahnya, za tersenyum puas melihat hasil make up dia yg natural sesuai dengan bentuk wajah el. Sementara el hanya terdiam tanpa mau tersenyum karena baginya ini adalah suatu mimpi buruk, ia ingin bangun dari mimpi buruk ini namun sayang nya ini adalah hal kenyataan.

Jendral LaksamanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang