Bagian 33.

217 68 1
                                    

Evan termenung melihat semua foto yg dia dapat entah dari siapa, rasanya sungguh tidak mempercayai kebeneran foto tersebut dan menganggap jika foto itu adalah sebuah editan. Namun setelah di teliti lagi nyatanya foto itu adalah asli. Tetap tetap saja Evan tidak akan mempercayai semuanya sebelum dia melihat dengan mata kepala dia sendiri, dan perihal anak perempuan yg bersama bian itulah yg menjadi tanda tanya dalam benak Evan dan juga dalam pikiran nya.

"Apa karena ini dia menolak mempunyai anak dulu?"

Ya, memang benar adanya jika bian menolak untuk hamil dulu dengan alasan masih meniti karir, karir yg baru dia bangun tidak akan dia sia-sia kan begitu saja. Apalagi bian pernah berkata mempunyai anak suatu hal yg merepotkan.

"Tapi tetap gue gak percaya kalau bian ada main dibelakang gue."

Rasa cinta dan sayang Evan lah yg membuat dia buta, dan tidak mempercayai apapun yg dia dapat hari ini, dia harus menyelidiki lebih dalam tentang foto itu dia tidak mau nantinya salah langkah dan menyebabkan keruntuhan rumah tangganya bersama bian. Lebih baik dia pura-pura tidak mengetahui dan tidak percaya sebelum dia membuktikan nya sendiri.

Pintu ruangan rawat itu terbuka dengan gegas Evan menyelipkan semua foto itu dibawah bantal, bian tersenyum cerah dan berlari kecil kearah Evan. Evan membalas senyum seadanya saja karena pikiran dan perasaan yg dia rasakan saat ini sedang tidak baik.

"Kok gak dimakan?" Tanya bian melihat makan siang evan masih utuh.

"Gak nafsu makan" jawab evan seadanya.

Kening bian berkerut mendengar jawaban evan yg tidak biasanya, dia duduk di dekat ranjang suaminya dan memegang tangan evan lembut.

"Kamu ada masalah, sayang?"

Evan menatap mata bian "kamu darimana saja kenapa jam segini baru datang, dan semalam juga kenapa gak temenin aku, bi. Aku kesepian disini keluarga aku sudah tidak peduli sama aku. Apa kamu juga akan meninggalkan aku dan berhenti tidak peduli lagi."

Bian agak nya cukup terkejut mendengar pertanyaan yg terlontar untuknya, padahal sebelumnya evan tidak pernah peduli dia mau kemana dan selalu percaya apapun yg dia lakukan. Namun saat ini bian tentu terkejut dengan apa yg dikatakan oleh evan.

"Kamu ngomong apasih sayang, aku kan kerja dari semalam aku ke kantor. Dan kalau semalam aku gak temenin kamu nginep karena aku lembur dan terpaksa tidur di kantor aku, sayang. Huft.. Sangat melelahkan akhir-akhir ini pekerjaan aku semenjak kantor aku di renovasi sayang."

"Kamu gak selingkuh dari aku kan?" Tanya evan dengan mata yg memicing curiga.

Bian terkejut "a-apasih kamu ngomong nya ngelantur, selingkuh apasih sayang. Mana mungkin aku selingkuh. Ada-ada aja."

Evan hanya mengangguk saja dan berpura-pura percaya dengan apa yg dikatakan oleh bian meskipun hatinya menolak percaya, namun untuk saat ini dia akan bermain peran. Bian sendiri mencoba membuang nafas pelan dan kembali memegang tangan evan.

"Aku tuh sayang banget sama kamu, van. Mana mungkin aku selingkuh dari kamu."

"Bisa jadi karena aku penyakitan."

"Nggak sayang. Aku akan selalu sayang sama kamu. Walaupun kamu begini mana mungkin aku ninggalin kamu, kamu jangan berpikir yg tidak baik ya. Fokus ke penyakit kamu agar cepet sembuh."

"Hm, ya. Aku percaya sama kamu."

Bian tersenyum tenang "nah, sekarang kamu makan ya. Habis itu minum obat dan istirahat."

"Kamu bakalan nginep kan disini?"

"Iya sayang, aku akan menginap disini" kata bian sambil menyuapi evan.




Jendral LaksamanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang