Pagi sekali jendral sudah bangun dan bersiap untuk berangkat ke studio foto nya, hari ini adalah agenda dia bertemu dengan klien yg memintanya untuk menjadi fotografer seorang model yg baru saja terkenal. Jendral bahkan dengan senang hati menerima pekerjaan ini karena dari sebuah hobi dia bisa menggeluti pekerjaan di bidang fotografer, meskipun dia akui jika gaji menjadi fotografer tidak sebanding dengan gaji sang ayah dan juga kakak nya namun jendral tidak peduli. Bahkan sang ayah menantang keras hobinya ini namun tetap ia tidak peduli.
Dengan pakaian casual dia telah rapi bahkan rambutnya yg gondrong sudah di sisir rapi bahkan di ikat seperti biasanya, terkesan sederhana namun karisma seorang jendral tidak perlu diragukan lagi. Dia mengambil peralatan fotografer nya berserta memasuki laptop kedalam tasnya, dirasa barang yg telah dibutuhkan sudah lengkap dia pun segera keluar dari kamarnya.
Langkah nya sedikit berhenti kala melihat pemandangan yg dia paling benci, dan inilah alasannya kenapa dia males pulang kerumah jika ada sang ayah dengan sang kakak berasa diatap yg sama dengan nya. Bukan tidak suka hanya saja jendral sudah sangat muak dengan perbandingan diantara dia dan juga evan.
Evan lah yg lebih dulu melihatnya turun dari tangga, jendral tidak peduli dia langsung turun dan menghampiri keduanya. Evan sudah tersenyum lembut menampilkan lesung pipi dikedua pipinya melihat sang adik yg mau sarapan bareng.
"Morning, jen." sapa evan membuat jendral muak.
"Duduklah, ada hal penting yg ayah mau bahas sama kalian berdua" titah adipati sang ayah.
"Hari ini aku ada pekerjaan penting. Jadi, apapun yg mau ayah bahas silahkan dengan evan" jawab jendral seenaknya.
"Jen, setidaknya dengerin ayah dulu ini mungkin demi kebaikan kita berdua" sela evan.
"Gak usah baik, van. Gue tau maksud lo apaan."
"Jendral! Bisa gak menghormati ayah dirumah ini sekali saja" desis adipati membuat jendral menarik kursinya.
Jendral duduk dengan tenang dengan tatapan lurus dan datar, adipati tersenyum tipis melihat jendral yg sudah menurut padanya pagi ini.
"Katakanlah, aku susah sangat telat."
Adipati hanya menghela nafas lelah melihat sikap jendral yg tidak pernah berubah, mungkin adipati tidak sadar jika sikap jendral itu semua karena ulah nya yg selalu menomor duakan dia dan memprioritaskan evan.
"Ayah mau kamu gantikan ayah di perusahaan cabang kita, jen. Jujur ayah kewalahan mengurus anak perusahaan itu sedangkan pekerjaan ayah sangat padat di kantor pusat" ujar adipati membuat jendral tetap tenang.
"Ayah tau kalau aku tidak bisa dibidang bisnis."
"Yah, tapi setidaknya bisa belajar sama evan. Bahkan ayah yakin kamu akan sukses daripada pekerjaan kamu itu."
"Tidak perlu! Karena saat ini pun aku sudah memutuskan buat tidak terlibat apapun di bisnis ayah."
"Jendral, sebaiknya kamu pikirkan lagi tawaran ayah" sela evan yg sedari tadi diam saja.
"Jangan terlalu ikut campur dengan keputusan orang lain" desis jendral dengan datar.
Tanpa membuang waktu jendral lekas bangkit dari duduknya, dia berjalan dengan santai tanpa menghiraukan teriakan sang ayah. Evan hanya bisa menenangkan ayahnya karena memang susah membujuk jendral yg sangat keras kepala itu.
"Sampai kapan jendral bersikap seperti ini, semakin lama ayah semakin lelah menghadapi nya" keluh adipati membuat evan terdiam.
Sebenarnya evan juga bingung dengan apa yg dilakukan oleh jendral, evan tahu jika adiknya itu melakukan pemberontakan namun dia juga tidak paham apa yg memicu jendral sebegini kerasnya dengan sang ayah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jendral Laksamana
Fanfictionnamanya Jendral Laksamana hobi nya balapan, pekerjaan nya seorang fotografer handal. hidup yg berkecukupan tidak lekas membawa jendral dalam kebahagiaan, hidupnya yg seharusnya lancar tanpa hambatan harus menerima jika dia di paksa menikah dengan ma...