Bagian 32.

259 77 13
                                    

Sesuai janji jendral dia akan membawa el untuk periksa ke dokter sekaligus pindah rumah hari ini, bukan tanpa sebab mereka melakukan pemeriksaan kembali mengingat keduanya belum malam pertama. Maka dari itu keduanya memutuskan buat konsultasi mengenai bisa tidak berhubungan badan disaat pasangan mereka tengah hamil muda, meskipun awalnya jendral ragu akan melakukan ini namun entah kenapa dia juga penasaran tentang berhubungan intim dengan elzion. Apalagi dia dan elzion belum melakukan malam pertama mengingat el tengah hamil muda.

Seperti sebelumnya mereka pun duduk di bangku antrian menunggu nomor mereka di panggil, pagi ini rumah sakit cukup ramai bahkan yg hamil juga banyak. El melihat salah satu ibu hamil yg perutnya lumayan besar, dia tersenyum membayangkan akan seperti itu juga jika dia hamil besar.

"Lucu" gumamnya dan dapat didengar oleh jendral.

"Lucu? Apanya yg lucu sayang?"

"Lihat deh ibu hamil itu, mas. Lucu banget perutnya dan badannya gemoy. Nanti aku bakalan gitu juga kali ya. Gemoy dengan perut yg membesar."

Mata jendral langsung melihat kearah ibu hamil yg baru saja masuk keruangan dokter, dia tersenyum lembut kearah el dan mengelus perut el dengan pelan.

"Hm, bahkan lebih lucu dari ibu itu."

"Nanti kalau aku gendut mas bakalan selalu sayang gini gak ya sama aku, ini aja aku sekarang doyan banget makan. Nafsu makan aku gak bisa di kontrol mas. bawaan nya laper terus."

"Siapa yg bilang begitu? Mau gimanapun bentuk tubuh kamu aku akan selalu sayang, cinta, bahkan rasa sayang aku masih sama seperti awal aku melihat kamu."

"Gombal banget, diajarin siapa sih."

"Nggak gombal el, tapi apa yg aku omongin kenyataan. Aku harap gimanapun bentuk tubuh kamu jangan mencoba untuk inscure ya. Kamu tetap cantik dimata aku."

El mengangguk sambil tersipu malu, jendral selalu punya cara membuat hati dan perutnya di penuhi kupu-kupu seperti menggelitik perut dan hatinya. Dia pun menyenderkan kepalanya dibahu jendral sambil memegang tangan putih jendral.

"Mas, aku pengen rujak deh" ucap el sambil mendongak kearah jendral.

"Pulang dari rumah sakit kita cari rujak."

"Tapi belinya di bandung, mas."

"Hah!"

Mata elzion berkedip lucu dihadapan jendral, jendral menghela nafas lalu mengangguk mengiyakan. Dia tahu jika elzion tengah mengidam maka dengan sepenuh hati dia akan mewujudkan keinginan ngidam suaminya.

"Tapi mas, gak jadi deh cari rujak disini aja soalnya baru ingat kita harus pindah kan. Ntar kalau kita ke Bandung gak jadi pindahan dong, kan sayang cat serta properti yg kita beli buat dekor kamar ke tunda lagi" ujar elzion membuat jendral bernafas lega.

Usai dari dokter mereka pun tengah bersiap untuk pindahan rumah, bahkan zaleon, yogi serta frans ikut serta dalam pindahan el dan juga jendral. Alasan mereka ikut sih hanya pengen tahu namun Yogi sendiri mempunyai rencana yg tidak terduga. Dan hanya dia yg mengetahui nya.

"Gi, temen elzion cakep banget buset" bisik frans membuat yogi menatap kearah zaleon dan tersenyum.

"Hm, terus lu mau mepet."

"Iyasih. Kalau dia posisinya uke gue mau jadi semenya."

"Gak usah aneh-aneh dia udah punya orang."

"Hah! Darimana lu tau dah kalau temen el itu udah punya pacar. Lu kenal aja nggak."

Yogi terdiam dan sedikit berdehem guna mengalihkan perhatian frans, dia lekas mengangkat barang dalam kerdus dan membawanya keluar apartemen. Sedangkan frans merasa heran dengan tingkah laku Yogi.

"Aneh banget dah si yogi."

Disatu sisi zaleon tengah memperhatikan yogi sambil tersenyum tipis dan itu luput dalam penglihatan el, dengan iseng el pun menghampiri sang sahabat dan merangkul pundak zaleon.

"Aku perhatiin kamu daritadi lihatin temen nya mas jendral, suka sama dia?"

"Apasih kamu. Suka apaan sih."

"Hm, kamu gak pandai berbohong sama aku, za. Jujur deh pasti kamu kenalkan sama mas yogi."

"El" panggil jendral membuat el menoleh.

"Ya, mas. Sebentar ya za dan ingat kamu hutang cerita sama aku."

Zaleon mengelus dada dia merasa lega karena el dipanggil oleh jendral, zaleon pun lekas membereskan barang elzion yg akan dibawa ke rumah barunya. Memikirkan elzion yg mengharapkan cerita darinya itu mending belakangan yg penting dia membereskan barang elzion.

"Biar aku bantu" ujar yogi membuat zaleon gugup seketika.

"Mas yogi" gumam zaleon.

Yogi tersenyum lalu membawa kotak ditangan zaleon "jangan gugup santai aja, za."

"Kalau mereka tau gimana?"

"Bagus dong kalau tau itu berarti kita gak perlu menutupi hubungan kita, lagian jendral sudah tau kok."

"Hah!"

Yogi lekas mencium bibir zaleon lalu pergi meninggalkan lelaki bergigi kelinci itu, zaleon memegang dadanya yg berdebar kencang saat Yogi mengecup bibir nya singkat. Untung saja tidak ada orang lain yg melihat kalau tidak zaleon ingin tenggelam di lautan dalam.





****

Hari-hari evan diisi oleh kesendirian dirumah sakit, jadwal kemo akan di jadwalkan dua hari lagi yg mana sesuai kesepakatan kalau dia setuju menjalankan kemo. Lagian dia juga tidak ada pilihan lain selain ingin sembuh serta keinginan bian yg ingin evan sembuh total hal hasil dia setuju melakukan kemo.

Bian hari ini tidak datang kerumah sakit entah apa alasan pria yg masih menyandang status suaminya tersebut tidak datang, katanya ada urusan di kantor namun entah kenapa evan mendadak ragu atas ucapan bian. Hubungan keduanya pun tidak seharmonis biasanya sejak kejadian yg mana evan keceplosan soal tahta yg dia raih atas permintaan mertuanya.

Pintu rawat terbuka menampilkan seorang perawat dengan membawa nampan berisi makan siang untuk evan, perawat itu tersenyum ramah menghampiri evan yg sudah hampir satu minggu dirawat dirumah sakit.

"Bagaimana keadaan tuan evan?" Tanya seorang perawat tersebut.

"Baik."

"Hm, kerabat tuan evan belum ada yg datang?"

"Tidak pernah datang, sus."

"Sayang sekali padahal pihak rumah sakit sudah menghubungi keluarga anda. Saya pikir keluarga anda akan menjenguk setelah diberi tahu tentang kondisi anda yg sebenarnya."

Evan hanya tersenyum miris melihat keadaan nya yg sudah hancur, bahkan ayah serta adiknya juga begitu tega kepadanya saat seperti ini bukan dia dapatkan perhatian atau simpati dari keluarga melainkan keluarga nya justru tidak peduli lagi apapun tentang dia.

"Oh, iya. Ini ada titipkan buat anda. Tadi sewaktu saya mau kesini ada orang yg menitipkan ini."

"Dari siapa?"

"Saya tidak tau, tuan. Kalau begitu saya permisi dulu."

Sang perawat pun keluar dari ruangan rawat itu, evan memegang sebuah amplop cokelat yg mana dia belum tau isinya. Dalam hati dia bertanya siapa yg memberikan amplop ini, dengan santai dia membuka amplop itu dan alangkah terkejutnya melihat isi amplop berupa foto mesra bian dengan seorang pria yang asing dimatanya.

"Gak mungkin! Gak mungkin bian selingkuh."

Evan melihat satu persatu foto yg ada ditangan nya, dadanya merasa dihantam batu besar melihat dengan nyata foto didalam nya. Dan foto lembar terakhir yg membuat mata evan nyaris copot adalah foto bian dengan seorang anak berusia enam tahun.













[]

Jendral LaksamanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang