Bagian 16.

230 75 7
                                    

Evan keluar dari ruangan kerja sang mertua dengan lemas dan tidak berdaya, ucapan sang mertua tentu saja membuat evan ketakutan apalagi saat ini dia tidak mempunyai apapun. Adipati selalu menempati janjinya untuk mencoret daftar ahli waris bahkan perusahaan yg dia kelola di Jepang turut di tarik oleh adipati membuat evan tidak punya segalanya, ditambah lagi ucapan hiro yg menyuruh dia menjadi pengusaha tanpa campur tangan siapapun pastilah tidak akan sanggup. Mau usaha apa sedangkan modal buat buka usaha saja dia tidak ada.

Bian yg melihat suaminya keluar dari ruangan kerja sang ayah merasa panik karena melihat wajah evan yg murung, dia lekas berjalan cepat buat menghampiri sang suami.

"Sayang... Apa yg dikatakan daddy?" tanya bian membuat evan tersenyum terpaksa.

"Tidak ada hal yg penting, kata beliau aku harus menjaga kamu."

"Lantas kenapa wajah kamu lesu begitu?"

Evan tidak lantas menjawab pria itu lantas berjalan melewati bian begitu saja, bian yg masih penasaran lekas menyusul suaminya. Bian pun memegang lengan evan memberikan penjelasan.

"Kamu gak menyembunyikan sesuatu kan" ujar bian penuh selidik.

"Nggaklah baby, aku berkata jujur. Ayo kita pulang sudah malam."

Bian terpaksa mengiyakan ajakan sang suami dan tidak mau memaksa kehendaknya biarlah nanti evan akan menceritakan apa yg dikatakan oleh orang tuanya, bian sangat yakin pasti ada yg disembunyikan oleh evan tetapi bian tidak mengetahui hal apa itu.

"Sebentar aku pamit sama daddy dan mommy dulu."

"Aku tunggu di mobil ya" ucap evan dan di iyakan oleh bian.

Sampai di apartemen mereka evan juga tidak kunjung membuka suaranya, lelaki berdimple lebih banyak diam daripada biasanya membuat bian sangat khawatir. Dia lekas duduk di samping evan yg sedang memandangi laptop nya.

"Kamu sedang apa?" tanya bian sambil menyenderkan kepalanya di lengan evan.

"Lagi mencari usaha yg cocok sama pekerjaan aku."

"Kamu mau buka usaha?"

"Hm, tapi sebaiknya aku nyari kerja dulu sebelum membuka usaha. Karena usaha perlu modal yg besar."

"Pakai modal dari aku aja gimana?"

Evan menggelengkan kepalanya "bukan solusi yg baik, bi."

Bukan evan tidak ingin menerima modal dari bian akan tetapi tuan hiro sang mertua sudah memiliki opsi kalau dia harus berusaha sendiri dengan menjadi pengusaha lagi, kalau dia gagal maka resikonya dia akan bercerai dengan bian. Dan itu tidak ada dalam kamus bayangan nya.

"Beneran kamu bisa, sayang. Aku khawatir loh ini."

"Jangan khawatir aku bisa sendiri dan akan mencari pekerjaan dengan usaha aku sendiri."

"Kenapa sih ayah kamu kejam banget, masalah kita nikah sampai aset kamu di ambil segala. Padahal ayah kamu belum pernah bertemu dengan aku, tapi udah main gak restuin aja."

Evan hanya tersenyum kecut saja andai bian tahu kalau dia rela membatalkan pernikahan nya dengan elzion dan memilih dirinya. Andai bian tahu kalau dia hanya selingkuhan sejak dia masih pacaran dengan elzion.

"Gapapa. Mungkin ayah marah karena kita menikah tidak memberitahu kan beliau."

Bian cemberut tentu saja dia tidak akan bisa marah atau kesel dengan keluarga suaminya itu, lagian mau marah seperti apa lagi bian tidak mengetahui dimana tinggal keluarga evan.

"Kamu tidur gih udah malam, sebentar lagi aku selesai ini."

"Iya. Kamu jangan tidur larut."

Evan mengiyakan lalu dia mencium kening bian serta bibir sang suami, hanya lumatan kecil dan bian langsung masuk kedalam kamarnya.




***

Gunawan tersenyum sangat senang karena berhasil telah mengetahui dimana evan berada, dia marah karena ternyata evan menikah dengan mitra bisnis nya yg di Jepang yaitu tuan hiro yg tidak lain adalah mertua evan. Gunawan merasa puas karena berhasil memutuskan kerjasama antara perusahaan nya dengan perusahaan hiro, jelas jika perusahaan hiro kalah telak, gimana perusahaan Gunawan lebih besar dari tuan hiro.

Tidak cukup sampai disitu saja Gunawan bahkan lebih puas dengan penderitaan evan yg tidak memiliki harta apapun, dia akan memastikan kalau hidup evan tidak akan pernah tenang. Bahkan dia mencari pekerjaan manapun jelas tidak ada yg akan mau menerima nya, karena akses Gunawan tentu sangat banyak. Mempunyai mitra kerja dan usaha dimana-mana sangat mudah menghilangkan hama kecil seperti evan.

Pintu ruangan kerja Gunawan di ketuk lalu dibuka, menampilkan kaki tangan nya yg bernama irwan. Irwan masuk kedalam ruangan kerja tersebut dengan beberapa dokumen map cokelat ditangan nya.

"Ini tuan berkas yg tuan minta berserta fotonya."

Gunawan lekas membuka map cokelat itu lalu tersenyum puas saat melihat beberapa lembar foto bian yg sudah berada ditangan nya.

"Cari tau lebih dalam lagi tentang lelaki ini."

"Baik, tuan. Saya sudah mendapatkan informasi sedikit kalau lelaki bernama bian sudah menikah sebelumnya dan mempunyai satu orang anak. Namun tuan hiro tidak merestui hubungan mereka karena pria yg dinikahi bian seorang pria miskin, maka tuan hiro memisahkan mereka secara paksa."

"Apa evan tau?"

"Evan tidak tau masa lalu pria ini."

"Simpan baik-baik rahasia ini, kamu cari tau keberadaan anak dan suami lelaki yg bernama bian. Pastikan kita menemukan nya, saya yakin kalau evan tau masa lalu bian bakalan sehancur apa. Saya ingin membalaskan dendam elzion melalui tangan saya sendiri."

"Baik, tuan."

Dirasa urusan nya sudah selesai irwan lekas pamit undur diri, lalu dia keluar dari ruangan itu. Kini tinggal lah Gunawan yg menatap tajam kearah foto bian dan juga evan.

"Saya tidak akan membiarkan kamu bahagia evan."




***

"Bantu gue cari rumah pribadi" ungkap jendral kepada frans dan Yogi.

"Lo datang malam-malam ke cafe gue cuman nyuruh carikan rumah pribadi, gak salah" kata yogi membuat jendral mengangguk.

"Atas dasar apa lo mau beli rumah, gak betah tinggal di apartemen atau gimana" timpal frans.

"Mau nyari suasana baru."

Frans dan yogi saling bertatapan satu sama lain, ada yg aneh dari cara bicara jendral yg mau mencari suasana baru. Apa gak salah pendengar frans dan yogi.

"Jen, suasana baru mah mending lo balik kerumah utama."

"Gue udah males balik kerumah. Jadinya mau beli rumah baru. Bosen juga tinggal di apart."

"Kalau lo beli rumah, apart lo gimana?"

"Disewakan, maybe."

Bukan tanpa alasan dia ingin membeli rumah baru, itu semata-mata demi elzion. Kalau dia tinggal selamanya di apartemen tentu tidak bagus buat perkembangan janin elzion. Apalagi nanti setelah anak mereka lahir tentunya jendral harus memperhatikan tumbuh kembang anaknya elzion.

"Yaudah nanti deh gue tanyain temen gue yg lain, ada gak dia jual rumah pribadi seperti yg lo mau."

"Jangan lama, gue butuh dua minggu lagi."

"ORANG GILA!!!!" ucap frans dan yogi serentak.















[]

Jendral LaksamanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang