Bagaikan mimpi buruk buat bian adalah hari ini dia akan menjalankan sidang perceraian nya dengan evan, sungguh bukan keinginan bian untuk menjalankan semua ini. Bahkan rasanya bian akan cepat bangun jika ini adalah sebuah mimpi, namun dia menyadari dengan menapak kakinya di pengadilan adalah hal yg nyata. Dia menghembuskan nafasnya perlahan mencoba meredam rasa sesak nya sedari tadi, dia lekas memakai kacamata hitam buat menutupi matanya yg bengkak akibat terlalu lama menangis, setelah itu dia pun keluar dari mobil mewah nya berjalan menuju kearah gedung pengadilan.
Namun langkahnya terhenti melihat jika evan juga hendak masuk kedalam gedung tersebut ditemanin pengacara nya, evan membuang muka seolah tidak mengenal bian. Bahkan bian sendiri buat menyapa evan rasanya lidah nya keluh apalagi melihat perubahan evan yg tidak melihat dirinya bahkan terkesan membuang muka, tidak ada cinta dimata evan lagi yg hanya adalah kekecewaan nya terhadap dirinya.
Bian lagi dan lagi menghela nafas lalu mencoba tenang dan masuk kedalam ruang sidang, yg mana sidang pertama yaitu agenda mediasi. Yg berharap bian bisa bersama dengan evan dalam arti kata rujuk kembali, jujur bian masih amat menyayangi bahkan mencintai evan sampai detik ini.
Mediasi berjalan alot pada saat ini, evan yg kekeuh akan mau bercerai namun bian tetap mempertahankan hubungan mereka. Sampai dimana permintaan dikabulkan karena terpaksa bian mengalah karena evan memberikan bukti kalau dia berselingkuh hingga dia tidak bisa mengelak apapun.
Sidang nanti akan dilanjutkan dua hari lagi, begitu selesai mediasi keduanya keluar dari ruangan itu. Ralat evan lah yg pertama keluar dari ruang mediasi tersebut disusul oleh bian, bian sedikit mengejar evan dan mencengkal tangan nya.
"Van, aku mau bicara sama kamu" ucap bian membuat evan diam saja.
"Please.. Anggap saja terakhir kalinya aku bicara empat mata sama kamu."
Evan pun setuju bian mengajak evan duduk di sebuah taman yg tidak jauh dari pengadilan, duduk berdampingan tidak ada suara apapun hanya ada kesunyian. Membuat evan merasa muak dan lekas bangkit dari duduknya namun lagi dan lagi tangan dia di pegang oleh bian.
"Kamu kenapa tidak menjalankan kemo" ucapnya membuat evan berdecih.
"Apa peduli kamu?"
"Jelas aku peduli. Karena itu demi kesehatan kamu van."
"Kalau kamu minta waktu aku hanya buat mengatakan ini, lebih baik aku pergi."
"Oke. Aku minta maaf."
Evan melirik sekilas dia enggan berbicara ataupun mengeluarkan suaranya, dia masih menunggu tentang apa yg ingin dibicarakan oleh bian.
"Maaf karena aku melakukan kesalahan fatal, tapi bukan nya kamu juga telah melakukan kesalahan evan."
"Maksud aku apa?"
"Selama ini atau semenjak kita pacaran kamu sudah mempunyai kekasih di Indonesia, bukan. Dan kamu rela meninggalkan nya hanya untuk menikahi aku. Bukan kah kita sama-sama berengsek. Evan."
"Kamu sama aku jelas beda."
"Beda? Kita sama evan. Kamu bahkan lebih parah meninggalkan dia pada saat dia hamil anak kamu. Aku akui memang aku tidak pernah bercerita tentang masa lalu aku sama kamu. Karena aku pikir adalah itu tidak penting, justru harusnya aku kecewa karena selama beberapa tahun ini aku sudah menyakiti orang yg tidak bersalah. Bahkan lebih parahnya akulah penyebab semua kekacauan ini."
"Van, aku memang buruk tetapi aku tidak pernah merebut milik orang lain, andai aku tau lebih awal mungkin kisah cinta kita tidak akan sampai sejauh ini, dan asal kamu tau aku dan jay sudah resmi bercerai. Hiduplah dengan bahagia evan kali ini aku ikhlas melepaskan kamu."
Usai mengatakan itu bian pergi meninggalkan evan sendirian, sejak awal harusnya bian menyadari kalau evan tidak sebaik yg dia kira. Sayang nya daddy nya memberikan fakta tentang evan tadi malam sehingga dia amat sangat menyesal karena telah menjadi simpanan milik orang lain.
Sementara itu evan hanya terduduk meratapi kepergian bian, dia meremas rambutnya karena tertampar dengan ucapan yg bian lontarkan. Dia tak lebih dari bajingan sampai yg wajar kalau dibuang. Dan kini dia menyadari kalau semua kekacauan dalam hidup dia adalah kesalahan dia seorang.
****
*Beberapa hari kemudian*
Persidangan lanjutan kembali akan digelar, kini agenda nya adalah putusan. Bian sengaja tidak hadir di sidang putusan ini karena percuma dia hadir toh nyatanya dia akan bercerai juga dari evan. Maka dari itu dia memutuskan tidak menghadiri sidang putusan. Hanya ada evan dan juga pengacaranya yg menghadiri sidang ini, sedangkan bian tidak hadir dan di wakilkan oleh pengacara nya.
Persidangan cukup lancar hari ini dan finalnya evan resmi bercerai dari bian, ada perasaan lega dan sesak disaat yg bersamaan. Evan keluar dari ruang sidang bersamaan dengan pengacaranya, tak lupa evan mengucapkan terima kasih kepada teman nya karena udah membantu sejauh ini.
Evan berjalan sedikit setelah berpisah dengan pengacara nya, padahal temannya itu sudah menyuruh agar dia pulang bareng namun evan menolak dengan alasan masih ada yg musti dia kerjakan. Padahal sebenarnya dia ingin mencari pekerjaan yg layak, kerja apapun evan akan terima karena dia sudah sadar kalau tidak ada satu perusahaan pun yg mau menerima dia walaupun penyakitnya belum kunjung sembuh namun dengan tekad yg bulat evan akan tetap bekerja.
"Evan" panggil seseorang membuat evan menoleh.
"Ayah."
Adipati lekas berjalan cepat kearah evan dan langsung memeluk anaknya itu, kedatangan adipati ke Jepang guna untuk menjenguk evan. Namun sayang pada saat adipati kerumah sakit pihak rumah sakit mengatakan kalau evan memutuskan untuk berhenti berobat, adipati lekas menemui bian dan bertanya tentang evan dan bian mengatakan kalau evan ada di pengadilan karena putusan cerai mereka. Hal hasil adipati menyusul kesini setelah diberitahu alamatnya dengan bian.
"Ayah kenapa ada disini?" Tanya evan bingung.
"Ayah sengaja mau menjenguk kamu, van. Tadi ayah udah kerumah sakit namun pihak rumah sakit mengatakan jika kamu sudah tidak berobat disana lagi. Kenapa van? Kenapa kamu melakukan hal ini?"
"Aku memutuskan buat berhenti berobat karena aku sudah tidak mampu lagi secara finansial ayah. Maafkan semua kesalahan aku ya, ayah. Karena aku semuanya jadi kacau begini, karena aku ayah sungguh amat kecewa."
"Ayah udah maafin kamu, tapi ayah mohon kamu harus berobat evan agar penyakit kamu bisa
Sembuh.""Penyakit ini tidak akan bisa sembuh ayah."
"Jangan pesimis begitu, ayah bakalan biayai semua pengobatan kamu, kalau perlu kita berobat diluar negara Jepang ini."
Gelengan menjadi jawaban evan "tidak ayah. Aku harus mencari pekerjaan. Aku gak mau merepotkan ayah."
"Kamu anak ayah gak ada seorangpun anak yg merepotkan ayahnya, jadi ayah mohon berobat sama ayah ya."
Evan langsung memeluk sang ayah bahkan dia menangis dalam pelukan adipati, evan sungguh merasa bersalah pada semuanya terutama pada elzion. Dia ingin meminta maaf secara langsung kepada elzion karena sudah melukai hati dan perasaan pemuda itu, namun evan ragu apakah elzion mau memaafkan dia.
"Maafin evan ayah, maafin evan."
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Jendral Laksamana
Fanficnamanya Jendral Laksamana hobi nya balapan, pekerjaan nya seorang fotografer handal. hidup yg berkecukupan tidak lekas membawa jendral dalam kebahagiaan, hidupnya yg seharusnya lancar tanpa hambatan harus menerima jika dia di paksa menikah dengan ma...