Bagian 20.

333 76 6
                                    

Elzion tentu terkejut dia tidak menyangka jika jendral menyatakan perasaan nya malam ini, dia sangat bingung kenapa jendral mengatakan mencintainya padahal mereka belum kenal lama. Akrab juga baru hitungan minggu, lalu kenapa jendral mengatakan kalau dia cinta el, sejak kapan jendral sudah menaruh hati padanya. El memikirkan semuanya membuat kepalanya pusing. Dia menatap jendral yg masih setia dengan tatapan teduh khas milik lelaki itu.

"Mas, gak bercanda kan?"

"Muka aku keliatan bercanda, el."

"Bukan. Maksud aku bagaimana bisa mas mencintai aku sedangkan kita baru kenal beberapa minggu ini. Semuanya membuat aku bingung mas."

"Aku mengatakan perasaan aku hanya karena kamu tau saja el, kalau aku memang mencintai kamu. Tidak harus jawab sekarang karena aku tau kalau kamu masih kaget dan bingung."

"Mas, jujur iya aku bingung dan kaget. Tapi, aku lebih penasaran lagi kapan gitu mas jendral menaruh hati sama aku."

Jendral tersenyum tipis "kamu ingin mengetahuinya el."

"Hum, agar aku tidak penasaran."

Jendral menghela nafas sejenak sebelum dia menceritakan semuanya sama el, dia memandang wajah el yg begitu penasaran dengan apa yg akan dia katakan. Jendral kembali memegang tangan el dan sebelah tangan nya mengelus rambut el yg sedikit berantakan.

"Aku menyukai kamu sejak kuliah" ujar jendral membuat el kembali terkejut.

"Sejak kuliah? Kapan?"

"Saat tahun pertama kamu masuk sebagai mahasiswa."

"Mas, tapi aku gak pernah melihat kamu. Ya walaupun muka kamu familiar tapi sepertinya aku lupa deh."

Jendral terkekeh geli "kamu memang tidak pernah melihat aku, eh setau aku pernah. Kamu ingat tidak waktu kamu ospek hari pertama itu kamu meminta tanda tangan aku. Nah, dari situ aku sudah menyukai kamu tapi aku gak berani deketin apalagi berkenalan. Aku terlalu pengecut."

El mencoba berpikir keras tentang masa lalu saat dia kuliah, dia bahkan tidak mengingat atau mungkin lupa. Dia mencoba mengingat sampai akhirnya mulutnya terbuka tanda dia sudah mengingat.

"Jadi mas yg dijuluki kating cool namun santai itu" ucap el antusias.

Jendral mengangguk singkat "ya mungkin."

"Mas, tapi itu udah lama banget apa kamu gak lelah menunggu aku."

"Tidak. Bahkan aku tidak tahu kalau kamu menjalin hubungan sama evan. Aku tidak mengetahui nama kamu karena waktu kamu minta tanda tangan itu aku tidak bertanya nama kamu, disitu kebodohan aku, el. Tapi setelah ayah menyuruh aku menjadi pengganti evan jujur saja aku menolak karena yg aku cintai cuman kamu, dan baru mengetahui saat kamu jalan di altar kalau kamu yg aku mau."

"Takdir itu sangat lucu sekali" gumam el.

Dia bahkan tidak menyangka jika ada seseorang yg begitu lama menunggu nya, sampai takdir mempertemukan mereka dengan cara yg salah seperti. Entah el harus bersyukur atau jystru merutuki dirinya karena dia lebih dulu mengenal evan daripada jendral.

"Tapi kamu tidak usah khawatir aku tidak akan menuntut kamu buat menjawab atau membalas perasaan aku, el. Aku akan siap menunggu kamu."

El hanya mengangguk singkat saja dia masih bingung dengan suasana seperti ini, bahkan dia bingung harus membalas seperti apa. Karena sejujurnya perasaan el belum ada rasa suka dengan jendral. Namun tidak menutup kemungkinan dia nyaman dengan lelaki yg berperawakan tenang ini.

"Ayo tidur sudah malam" ajak jendral buat mencairkan suasana.

El pun menurut dia langsung bangkit dari duduknya dan berjalan ke kamar, lalu dia pun berhenti menoleh kearah jendral yg masih duduk di sofa ruang tamu.

Jendral LaksamanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang