Bagian 19.

393 90 3
                                    

Bian terkejut melihat semua foto-foto masa lalunya kini terpampang nyata dalam tangan nya, dia merasa gelisah serta ketakutan karena melihat foto yg sekarang ada di tangan nya. Bukan apa-apa dia hanya takut jika evan mengetahui masa lalunya, masa lalu yg sampai saat ini masih terus bersamanya, dia takut evan akan mengetahui jika dia ternyata memiliki anak dan suami. Bahkan sampai saat ini, dia takut evan akan meninggalkan nya kalau tahu dia masih berstatus menikah dengan suami yg dulu.

Yg bian heran darimana orang misterius ini mendapatkan semua foto masa lalunya kini, ia terduduk lemas sambil memegang foto seorang pria dengan satu orang anak perempuan berumur enam tahun tersebut. Bian tidak menyangka ada orang yg iseng mengirimkan foto ini kepadanya.

Dengan cepat dia mengambil ponsel lalu menghubungi seseorang yg mana adalah suami masa lalunya, dia menekan kontak itu agak lama terdengar nada hallo membuat dia bernafas lega.

"Kamu tidak apa-apakan."

....

"Miyori, baik-baik aja."

...

Bian merasa lega karena anaknya baik-baik saja lalu dia menutup telepon nya, dan masih duduk di atas ranjang. Pintu kamar terbuka dengan terburu dia cepat dia memasukan semua foto itu kedalam tas nya. Ternyata yg masuk adalah evan yg sudah dengan langkah yg gontai, bian langsung berdiri dan menyambut kedatangan evan.

"Sayang."

Evan tidak menjawab melainkan dia memeluk bian sebagai bentuk isi energi kepada dirinya, bian pun membalas pelukan evan dan mengelus punggung pria itu sebagai bentuk penyemangat.

"Aku belum dapat pekerjaan, beberapa perusahaan menolak aku tanpa alasan" keluh nya membuat bian iba.

"Mending kerja di perusahaan aku sayang, atau perusahaan daddy. Dijamin bakalan di terima."

"Nggak sayang. Aku gak mau nyusahin kamu. Biar aku usaha sendiri dulu."

Bian hanya menatap iba kearah suaminya dia tidak menyangka jika evan bisa begitu tragis dengan permasalahan yg ada, bian tidak bisa menekan evan karena gimana pun ini semua karena salah dia. Evan memilih dia dan membiarkan evan bangkrut hanya karena dirinya.

"Aku siapin air hangat dulu ya, sama siapkan makan siang buat kamu. Kita makan sama-sama."

Evan hanya mengangguk saja dan bian pun meninggalkan evan sendiri dan masuk kedalam kamar mandi, evan duduk di tepi ranjang nya lalu menutup semua mukanya dengan telapak tangan. Dia merasa frustasi dengan semua kejadian yg menimpa dirinya, dia tidak tahu jika batal menikah dengan elzion membuat dia menderita begini.

Rasa penyesalan langsung memupuk begitu saja dalam hati evan, dia ingin meminta maaf kepada el namun dia sudah tidak ada muka lagi. Mau protes kepada sang ayah juga percuma toh semua atas pilihan dia tanpa memikirkan resiko apapun, jika dia tahu akhirnya begini mungkin saja dia berpikir ulang buat lari dari pernikahan nya tersebut.

Bian keluar dari kamar mandi dan langsung memeluk evan dari samping, mencium lengan kekar tersebut dengan pelan.

"Air hangatnya udah siap."

Evan lekas bangkit dan langsung berjalan kearah kamar mandi tanpa memperdulikan bian, bian hanya menghela nafas saja melihat tingkah suaminya yg begitu frustasi. Nanti dia akan mencoba bicara sama orang tuanya untuk memberikan pekerjaan kepada evan. Dia tahu kemampuan evan seperti apa dan evan adalah orang yg cerdas jadi tentu mudah buat evan bekerja di perusahaan orang tuanya.



****

Lupakan soal bian dan evan saat ini ada jendral yg dengan senang hati menemani elzion menonton film, kali ini film yg mereka tonton adalah film Disney kesukaan elzion. Sudah beberapa kali el memutar film ini bahkan nyaris mungkin setiap malam namun lelaki manis itu seperti nya tidak merasa bosan. Dan jendral tidak pernah mempermasalahkan hal itu asalkan el bahagia dan senang saja itu sudah cukup.

Akhir-akhir ini juga mereka sudah semakin akrab bahkan keduanya sudah satu kamar bahkan satu ranjang, elzion bahkan tidak segan-segan memeluk jendral dengan alasan janin yg di kandungnya ingin memeluk ayah jendral. Kendati begitu jendral tentu tidak keberatan dengan semua perlakuan el, dia masih bisa menahan diri walaupun hawa nafsu sering kali menghampiri nya.

"Mas, besok aku sudah mulai kerja. Agak sebel loh sebenarnya cuman mau gimana lagi jatah cuti aku sudah habis" adu el sambil memakan cemilan.

"Kamu ada niatan mau keluar dari rumah sakit?" tanya jendral membuat el menoleh kearah nya.

"Belum sih. Belum tahu maksudnya, masih bimbang. Dan masih memikirkan, walaupun mama menyuruh aku berhenti dengan alasan kehamilan aku semakin besar tapi kayak nya sayang deh mas kalau berhenti. Nanti aku hidupin anak aku gimana."

"Kamu lupa kalau sudah punya suami, hm" ucap jendral dengan menatap mata el lekat.

El merasa terhipnotis menatap mata tajam namun teduh milik jendral, jantung nya mulai berdetak tidak menentu saat bertatapan dengan jendral. Jendral tersenyum tipis lalu merapikan anak rambut El membuat El lagi lagi tersipu.

"Kan sudah aku bilang kamu dan baby akan jadi tanggung jawab aku, el. Jangan merasa sungkan el karena aku suami kamu."

El berdehem sebentar lalu wajah nya langsung menoleh kearah televisi yg mana masih menanyangkan film Disney, itu semua dia lakukan supaya menghilangkan degub jantungnya yg tidak beraturan saat berdekatan dengan jendral.

"Oh, ya. Besok malam mau ikut tidak" tawar jendral membuat El menoleh kembali sama jendral.

"Mau kemana, mas?"

"Hm, lihat rumah."

"Rumah? Rumah buat siapa?" tanya El bingung.

"Rumah masa depan kita, el. Jadi itu aku ada beli rumah untuk masa depan kita, ya aku tahu kalau kamu belum memiliki perasaan apapun sama aku. Cuman aku mikirin baby dan kamu, kalau semasa kehamilan akan tinggal di apartemen terus aku takut jika kamu akan bosan. Apalagi baby nanti lahir dan besar masa iya mau di apart terus, aku hanya memikirkan tumbuh kembang nya, el."

"Mas, kamu memikirkan semua ini hanya buat aku."

"Iya. Aku udah mikirin semua buat kamu, buat bayi, dan buat kita."

El menutup mulutnya tidak percaya bahkan matanya sudah berkaca-kaca karena merasa terharu dengan perlakuan jendral, dia meletakan cemilan nya lalu memeluk jendral dari samping. Jendral tentu terkejut dengan perlakuan el yg memeluk nya secara tiba-tiba.

Hiksss..

El menangis membuat jendral lebih terkejut lagi lalu dia melihat wajah el yg sudah bersimbah air mata, membuatnya menghapus air mata itu dengan jempol nya sendiri.

"Kenapa nangis, hm" ucap jendral lembut.

"Aku.. Hiksss... Aku terharu mas jendral memperlakukan aku sebegini nya, aku merasa dicintai sama mas jendral. Aku merasa di sayang sama mas jendral. Mas jendral rela melakukan apapun asal aku senang, aku gak tau harus bicara apalagi sama mas jendral. Kalau nanti anak ini lahir semoga mas jendral dapat pengganti aku. Aku tahu nanti kita akan berpisah."

"Hey.. Aku tidak akan meninggalkan kamu, el. Kita akan besarkan sama-sama baby, oke."

"Maksud mas jendral apa?"

Jendral tersenyum lembut lalu mengambil tangan el dan mencium nya dengan perlahan, menatap mata el yg masih mengeluarkan air mata.

"Elzion geo naraga, aku mencintaimu" ucapnya dengan penuh keyakinan membuat el terkejut.














[]

Jendral LaksamanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang