Sesuai dengan permintaan Jimin yang meminta Yoongi untuk menemui Jihoon, pria pucat itu dengan ikhlas menurutinya. Kalau kata Yoongi demi cintanya pada pria mungil itu, ia akan melakukan apa saja yang dikatakan Jimin.
Di ruang kelas fakultas kedokteran, terdapat tiga kepala yang duduk saling berhadapan. Sesuai yang dikatakan Yoongi pada Jimin bahwa ia membawa Taehyung bersamanya untuk menjadi saksi kalau Yoongi benar-benar akan menjauh dari Jihoon dan meminta pria itu untuk tidak mendekatinya lagi.
Jihoon menatap bingung kedua pria yang kini menatapnya. Ada apa dengan Yoongi yang tiba-tiba mendatangi kelasnya seperti ini? Dan lagi, jika hanya untuk mengajaknya berbincang mengapa mengikutsertakan Taehyung diantara mereka?
"Jadi, ada apa Yoongi?" Tanya Jihoon tersenyum.
Yoongi menghela napasnya, kemudian mengembuskan perlahan. Disampingnya ada Taehyung yang menatap Jihoon tajam. Entah mengapa ia memiliki firasat yang tidak baik pada Jihoon. Seperti akan terjadi sesuatu yang disebabkan oleh Jihoon.
"Ku mohon dengarkan aku baik-baik," Yoongi memberi jeda dan diangguki oleh Jihoon. "Pertama, aku ingin meminta padamu, Jihoon. Jangan lagi menghubungiku baik itu lewat pesan ataupun panggilan. Kedua, jika kau benar-benar terdesak meminta bantuan, minta tolong lah pada teman-temanmu. Ketiga, tolong jangan mencari alasan apapun hanya untuk bertemu denganku." Yoongi berucap tegas.
Jihoon sedikit terkejut dengan kalimat panjang yang berisi perintah itu. Secara tidak langsung meminta dirinya untuk menjauh dari Yoongi.
"Apa yang kau maksud itu untuk menjauhimu?" Tanya Jihoon dengan manik memicing.
Hal itu membuat Taehyung berdecak pelan, lalu memalingkan wajahnya. Baru saja ingin membuka mulutnya, tangan Yoongi lebih dulu memberi isyarat agar Taehyung tetap diam di tempatnya. Ini urusannya dengan Jihoon dan Taehyung hanya sebagai saksi disana.
"Aku minta kau diam, Taehyung." Yoongi bergumam pelan.
Taehyung hanya mendengus kesal kemudian memilih untuk menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Mau tidak mau ia memperhatikan keduanya berbicara.
Yoongi kembali menatap Jihoon. "Iya, aku minta kau menjauh dariku. Aku sudah memilih Jimin, dan aku tidak mau menyakiti hatinya. Apa kau paham, Jihoon?"
Jihoon terdiam, kepalanya menunduk dalam. Apakah semuanya sudah berakhir bahkan sebelum dirinya berjuang untuk Yoongi?
"Jihoon?" Panggil Yoongi saat ia tidak mendapat jawaban apapun dari pria cantik itu.
Jihoon mendongak, menatap manik kelam Yoongi yang meneduhkan hatinya. Rasanya ia tenggelam dalam tatapan manik kelam itu. Dadanya terasa sakit saat melihat Yoongi sedekat ini dengannya tetapi entah mengapa sulit sekali rasanya untuk digapai.
"Apakah aku tidak memiliki harapan untuk bersamamu kembali, Yoongi?" Tanya Jihoon pelan. Tidak dapat dipungkiri ada rasa sakit dihatinya saat mengatakan hal itu. Jika bisa dilihat, mungkin hatinya penuh dengan goresan luka.
Menatap binar kesedihan itu, Yoongi tahu bahwa ia menyakiti Jihoon. Ia tahu jika pria cantik itu masih mencintainya, ia tahu jika pria cantik itu masih mengharapkan dirinya kembali padanya. Namun, ia tidak bisa. Keputusannya sudah bulat ingin bersama Jimin, membahagiakan pria mungil itu adalah tujuannya saat ini. Menjadi list di urutan pertama.
"Maaf, Jihoon. Aku benar-benar minta maaf, tetapi sepertinya kita tidak bisa lagi bersama. Aku mohon padamu untuk mengerti. Aku mencintai Jimin. Aku ingin memperjuangkannya dan membahagiakannya." Tidak ada rasa sedih saat Yoongi mengatakan hal itu. Sepertinya Yoongi benar-benar sudah tidak memiliki perasaan lagi untuk Jihoon.
Jihoon menangis, hatinya benar-benar sakit. Ia tulus mencintai Yoongi tetapi mengapa pria itu tidak menerima perasaannya. "Kau tahu bahwa aku tulus padamu, bukan?" Tanya Jihoon dengan tatapan sendunya, bulir bening jatuh begitu saja di wajah cantiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend
RomanceJimin hanya sebatas teman bagi Yoongi, tetapi Yoongi adalah sosok yang paling berarti bagi Jimin. Iya, Jimin menganggap Yoongi lebih dari teman, sedangkan pria itu akan selalu menganggapnya teman baik.