Bab 4

1K 111 42
                                    

Jam kosong menjadi hal yang paling disukai oleh semua mahasiswa. Beberapa memanfaatkannya dengan pergi ke kantin untuk mengisi perut kosong, juga ada yang memilih duduk di bangku taman universitas, dan sebagian lagi memilih perpustakaan untuk membaca buku.

Jimin memilih perpustakaan sebagai tempat menunggu mata kuliah selanjutnya. Ia sudah sarapan dan masih kenyang. Ia lebih suka perpustakaan dibanding mengobrol bersama teman di taman. Namun ia tidak sendiri, ada Taehyung yang menemaninya.

Pria tampan itu memilih membaca buku sejarah negara Korea Selatan, sedangkan Jimin membaca buku desain yang berhubungan dengan jurusannya.

Keduanya sibuk dengan tulisan rumit yang ada di hadapannya. Mereka sama-sama suka membaca, oleh sebab itu Taehyung sangat senang saat Jimin mengajaknya ke perpustakaan. Selain agar lebih dekat dengan Jimin, ia bisa menyalurkan hobinya.

Sudah hampir dua jam mereka berada di perpustakaan dengan posisi Jimin menangkup sebelah pipinya dengan mata yang masih fokus pada lembar dihadapannya. Sedangkan Taehyung, meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku karena terlalu lama pada posisi tegak.

Manik pria tampan itu melirik Jimin sekilas, mendapati wajah serius Jimin dengan pipi tembamnya membuat Taehyung gemas. Ia menjulurkan tangannya hanya untuk mencubit pipi Jimin. Mengundang pekikan tertahan dari sang empunya.

Kepalanya mendongak untuk menatap Taehyung, maniknya membulat seakan ingin keluar. Bibirnya siap mengeluarkan sumpah serapah pada pria tampan di hadapannya.

"Hei! Apa yang kau lakukan pada pipiku? Sial." Tidak jadi menyumpah serapahi Taehyung karena seketika ia ingat bahwa masih di perpustakaan. Bahkan umpatannya nyaris tak terdengar.

Taehyung, pria tampan itu hanya terkekeh senang dengan reaksi yang Jimin berikan. Tubuhnya bersandar pada sandaran kursi, tangan kanannya sibuk memukul pelan pada meja di depannya.

"Diam!" Geram Jimin. Apa yang lucu dari dirinya yang marah seperti ini.

Taehyung pun diam, memilih menghentikan tawanya dan mendekatkan tubuhnya pada Jimin.

Ia berbisik pelan, "maaf Ji, ekspresimu itu begitu lucu saat serius, 'kan aku jadi gemas." Terlalu santai membuat Jimin menarik kuat helai rambut Taehyung. Membuat pria tampan itu merintih.

"Ji, Ji ampun, Ji!" Tanpa sadar ia bersuara cukup keras sampai membuat pengunjung perpustakaan menatap keduanya.

Jimin yang menyadari itu meminta maaf pada pengunjung lain tanpa melepaskan cengkraman tangannya pada helai rambut Taehyung. Menariknya sedikit lebih kuat agar Taehyung mendekat, pria tampan itu hanya mampu meringis.

"Sakit, tidak?" Tanya Jimin yang dijawab anggukkan cepat. Kemudian, Jimin melepaskan cengkraman itu dan memundurkan tubuhnya.

"Aw, Ji. Kekuatanmu sungguh luar biasa," gumam Taehyung sambil mengusak kepalanya yang terasa sakit.

Seperti tidak ada takutnya pada Jimin, ia mendekatkan lagi tubuhnya pada Jimin. Menyentuh pipi Jimin yang tadi ia cubit karena gemas. Mengelusnya perlahan sampai membuat wajah Jimin memerah. Iya, Jimin memerah karena perlakuan tiba-tiba Taehyung. Sebelumnya, pria tampan itu tidak pernah secara langsung menunjukkan ketertarikannya, tetapi saat ini jelas sekali Jimin bisa merasakannya. Apa sudah seharusnya ia merelakan Yoongi dan memilih bersama Taehyung? Tapi perasaannya bagaimana?

Tangan yang masih setia mengusap pipi Jimin, seketika ditepis kasar oleh sosok yang kini duduk santai di samping kiri Jimin. Baik Taehyung maupun Jimin menoleh ke arah sosok yang dengan santainya duduk dengan tangan yang memangku dagu sambil menatap Jimin. Senyum lembut pria pucat itu membuat Taehyung jengah. Memundurkan tubuhnya untuk bersandar pada kursi, bibirnya menggerutu kesal.

Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang